MENOLAK di VAKSIN...
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyatakan bahwa 99,5 persen orang yang meninggal karena Covid-19 selama 6 bulan terakhir, adalah orang yang tidak vaksin. (4 Juli 2021). Untuk mengetahui alasan orang tidak mau divaksin ada baiknya kita cuplik tulisan William Saletan, tanggal 28 April 2021 Hasil penelitian yang dilakukan di Amerika, menunjukkan adanya hal yang menarik. Ternyata ada 2 jenis kelompok orang yang menolak untuk di vaksin. Berdasarkan tingkat penolakan, yaitu : 1. Mereka yang mengatakan akan “menunggu dan melihat”. Kelompok ini masih mungkin berubah menjadi setuju utk divaksin. Biasa disebut kelompok “ragu-ragu” 2. Mereka yang mengatakan tidak mau divaksin dan akan memegang teguh pendiriannya. Biasa disebut kelompok yang “menolak”. Rata-rata, di seluruh jajak pendapat, orang-orang yang RAGU-RAGU mewakili sekitar 20 persen populasi (penduduk). Orang yang MENOLAK mewakili sekitar 15 persen. Namun walaupun persentase mereka kecil bila keduanya disatukan, kita (pemerintah dan masyarakat) akan menghadapi masalah besar, karena untuk mencapai kekebalan kelompok, titik di mana virus kesulitan menemukan inang yang rentan untuk mempertahankan dirinya sendiri, kita mungkin perlu menyuntik sekitar 70 hingga 85 persen masyarakat. Walaupun kita mampu melakukan vaksinasi pada orang-orang tanpa penolakan, kita tetap membutuhkan orang-orang yang ragu-ragu untuk diyakinkan. ๐ Kelompok yang “ragu-ragu”. Ketika mereka ditanya mengapa mereka enggan, jawaban mereka yang paling umum berfokus pada keraguan tentang keamanan dan kemanjuran vaksin. Untuk meyakinkan mereka, kita dapat memberi mereka informasi yang relevan, misalnya, bahwa meskipun vaksinnya baru, ilmu tentang hal tersebut telah dikembangkan selama 20 tahun. Penjelasan tersebut cukup bermanfaat, sehingga orang yang ragu-ragu besar kemungkinan akan mengatakan bahwa mereka bersedia untuk divaksin. Beberapa orang ragu-ragu dan menahan diri karena masalah logistik. Tetapi ketika yang berwenang mengatasi masalah tersebut dengan membuat proses vaksinasi lebih mudah dilakukan dan lebih mudah diakses, vaksinnya gratis, permasalahan tersebut bisa diatasi. ๐Kelompok penolak. Beberapa penolak mengatakan mereka tidak memerlukan vaksin, karena mereka kebal karena infeksi sebelumnya. (Kekebalan tidak dapat diandalkan seperti vaksin.) Selain itu mereka mengatakan bahwa mereka tidak akan menerima suntikan COVID karena “ Saya tidak percaya pada pemerintah. Pemerintah dipenuhi dengan orang-orang dengan motif tersembunyi untuk manipulasi dan kontrol.” Selain alasan diatas, setengah dari orang yang mengatakan mereka tidak mau divaksin, percaya adanya satu teori konspirasi tentang vaksin Covid-19 atau vaksin secara umum (menurut jajak pendapat YouGov). Ternyata kelompok yg ragu-ragu juga ada yg berpendapat mirip seperti itu yaitu tidak mempercayai ilmuwan pembuat vaksin dan perusahaan pembuat vaksin. Walaupun penelitian diatas dilakukan di Amerika, cara MEYAKINKAN orang untuk bersedia di vaksin berlaku universal, karena mengandung teknik yang ada dalam ilmu psikologi. Berikut adalah beberapa cara untuk mendekati seseorang yang ragu-ragu terhadap vaksin. 1. Dengarkan kekhawatiran mereka dan berEMPATI. Penting untuk benar-benar mendengarkan dan memahami, karena mungkin seseorang memiliki kekhawatiran yang sangat masuk akal dan hanya membutuhkan beberapa informasi yang jelas. Dekati orang tersebut dengan hormat dan bermartabat, walaupun Anda tidak setuju dengan mereka. 2. Berikan informasi yang jelas dan relevan dengan kekhawatiran masyarakat, tetapi jangan terlalu banyak. Membanjiri mereka dengan terlalu banyak informasi bisa menjadi bumerang. Ketika dihadapkan dengan beberapa argumen yang berlawanan terhadap pandangan mereka yang mereka percayai dan dipegang teguh, orang cenderung mengambil sikap bermusuhan, dan menghabiskan energi untuk melawan pendapat Anda, (teori Adam Grant). Lebih baik untuk mengarahkan seseorang ke satu alasan yang kuat daripada bertele-tele membeberkan studi ilmiah. 3. Pertimbangkan untuk mencari orang yang relevan dan bisa dipercaya oleh mereka. Ketika menghadapi bencana, banyak dari kita atau rata-rata manusia, akan cenderung percaya dan bergantung pada kelompok yang sama dengan kita untuk mendapatkan rasa aman dan dukungan. Sayangnya, hal itu dapat mengarah pada "pemikiran kelompok", di mana orang-orang mendiskreditkan informasi dari seseorang di luar kelompok mereka walaupun informasi itu benar. Sebaliknya orang yang tergabung dalam kelompok yang sama dapat membantu menghilangkan keraguan tentang vaksin kepada sesama anggota. Dokter , pendeta, atau tokoh masyarakat tepercaya dalam satu komunitas , yang memahami pandangan “dunia” mereka akan lebih bisa meyakinkan anggota komunitas yang lain. 4. Seruan pada altruisme orang dan kemanusiaan bersama. Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Para peneliti menemukan bahwa sekitar 6% orang lebih bersedia untuk divaksin jika mereka diberitahu bahwa itu melindungi orang lain selain melindungi diri mereka sendiri. Ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa, “ aspek mempertimbangkan keselamatan orang lain” meningkatkan kesediaan untuk memakai masker dan mengambil tindakan pencegahan kesehatan. Kita berharap bahwa orang dapat mengubah pikiran mereka sendiri, namun bila mereka belum sadar akan pentingnya vaksinasi bagi orang-orang yang memenuhi syarat, ada baiknya kita mencoba menjelaskan bahwa pandemi yang berkelanjutan akan menggagalkan tujuan yang dimiliki semua orang, seperti membuka kembali bisnis dan memperkuat ekonomi kita yang melemah. “Orang yang benar-benar hebat dalam sejarah tidak pernah ingin menjadi hebat untuk diri mereka sendiri. Yang mereka inginkan hanyalah kesempatan untuk berbuat baik bagi orang lain dan dekat dengan Tuhan”. Muhammad Ali.
RTS