MENUJU BONUS DEMOGRAFI
ABSTRAK
Bonus
Demografi merupakan fenomena kependudukan yang menarik untuk terus dikaji.
Apalagi pada tahun 2020-2030 Indonesia akan dihadiahi oleh bonus demografi ini.
Bonus Demografi dapat memberikan berkah bagi Indonesia dan kesempatan besar
untuk mengubah masa depan Indonesia. Tulisan ini mencoba membahas fenomena
demografi di Indonesia yang akan mendatangkan keuntungan demografi pada tahun
2020 hingga 2030. Tulisan ini juga menawarkan strategi jangka panjang untuk
mempersiapkan diri dalam menghadapai bonus demografi tersebut. Strategi
tersebut meliputi empat aspek utama yaitu peningkatan kualitas pendidikan,
kualitas kesehatan, penyediaan lapangan kerja yang cukup, dan konsistensi
pemerintah dalam menekan angka fertilitas.
Kata
Kunci: Bonus Demografi, fertilitas, penduduk produktif, kesempatan kerja
ABSTRACT
Demographic
Bonus is an interesting demographic phenomenon to continue to be studied. Especially
in Indonesia 2020-2030 will be rewarded by this demographic bonus. Demographic
Bonus can provide a blessing for Indonesia and a great opportunity to change the
future of the nation. This report explores the demographic phenomenon in
Indonesia, which will be profitable demographic in 2020 until 2030. It will
also offer a long-term strategy to prepare themselves in the face of the
demographic bonus. The strategy includes four main aspects, namely improving
the quality of education, quality health care, the provision of sufficient
employment, and the consistency of the government in reducing fertility rates.
Keywords
: Demographic Bonus, fertility, productive population, employment.
I.
PENDAHULUAN
Pada tahun 2020
hingga 2030 Negara Indonesia akan dihadiahi Bonus Demografi. Bonus Demografi
yang dimaksud yaitu ketika negara Indonesia memiliki jumlah penduduk usia
Produktif dengan jumlah yang melimpah, yaitu sekitar 2/3 dari jumlah penduduk
keseluruhan. Bonus demografi dapat dilihat dengan parameter Dependency Ratio
(angka beban ketergantungan) yang cukup rendah, yaitu mencpai 44. Hal ini
berarti bahwa dalam setiap 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) hanya
menanggung sekitar 44 penduduk tidak produktif. Data Badan Pusat Statistik
(BPS) indonesia tahun 2010 menunjukkan Dependency ratio Indonesia
sebesar 50,5. Sementara pada tahun 2015 dependency ratio memiliki angka
lebih kecil yaitu 48,6. Angka dependency ratio ini akan semakin kecil lagi pada
tahun 2020 hingga 2030, yang akan menciptakan bonus demografi untuk Indonesia.
Dengan bonus
demografi yang akan diterima Indonesia tahun 2020-2030, maka peluang untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai. Namun untuk mewujutkan tingkat pertumbuhan ekonomi
yang tinggi tersebut, hal yang perlu diperhatikan yaitu bagaimana strategi
negara dalam menyiapkan angkatan kerja
yang berkualaitas?.
Keberhasilan dalam
memanfaatkan bonus demografi dipengaruhi oleh kesiapan pemerintah untuk
menyiapkan angkatan kerja yang berkualitas. Kualitas tersebut berkaitan dengan
peingkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan kecukupan gizi. Untuk itu upaya
menciptakan angkatan kerja yang berkualitas, perlu dipersiapkan matang-matang.
Data BPS tahun 2014 menunjukkan bahwa dari segi Partisipasi Sekolah penduduk
indonesia masih rendah digolongan umur 19-24 tahun. Angka partisipasi sekolah
kelompok umur 19-24 pada tahun 2013 masih 20,14%. Walau angka ini telah
mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, namun jika dibandingkan
dengan Angka partisipasi sekolah kelompok umur dibawahnya yang memiliki
rata-rata mencapai diatas 60%, masih menunjukkan kesenjangan yang besar.
Sementara Data tentang Human Development Index (HDI) yang
disajikan United Nations for Development Program (UNDP) menunjukkan angka HDI
Indonesia masih menempati urutan ke-111 dari 182 negara (Detiknews, 2014).
Jumlah angkatan
kerja yang melimpah pada fase bonus demografi harus dimanfaatkan secara baik
oleh negara Indonesia. Kunci utamanya yaitu dengan mempersiapkan angkatan kerja
yang berkualitas. Hanya dengan angkatan kerja yang berkualitas maka bonus
demografi akan benar-benar memberikan dampak yang positif bagi Indonesia.
Dengan angkatan kerja yang berkualitas akan dapat merespon penawaran kerja dari
negara-negara maju. Fenomena yang terjadi saat ini adalah bahawa negara maju
kekurangan penduduk muda, sebagai kelompok angkatan kerja yang dibutuhkan dalam
pembangunan ekonomi. Untuk itu peluang tersebut bisa dimanfaatkan oleh negara-negara
yang mendapatkan bonus demografi.
Namun Peluang
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui bonus demografi bisa saja
menjadi boomerang bagi Indonesia sendiri. Ketika negara tidak siap dalam
menyongsong bonus demografi pada tahun 2020-2030, maka dapat menimbulkan
permasalahan baru yang tak kalah hebatnya. Ketika Indonesia tidak mampu
menyiapkan angkatan kerja berkualitas, tentu akibat yang terjadi yaitu akan
menimbulkan pengangguran dimana-mana. Pengangguran terjadi ketika angkatan
kerja tidak mampu terserap kedalam lapangan kerja yang sebenarnya tersedia
karena tidak memenuhi kualifikasi yang di butuhkan perusahaan. Dengan begitu,
tentu bonus demografi hanya sebagai angin lalu yang tidak memiliki dampak
positif, dan bahkan malah menyebabkan angin ribut ketika tingkat pengangguran
semakin tinggi.
Aspek lain yang
tak kalah penting untuk diperhatikan yaitu bagaimana Negara Indonesia bisa
terus konsisten dalam menekan angka fertilitas (angka kelahiran). Hal ini
menjadi aspek penting karena jika tingkat fertilitas meningkat dan tidak
terkendali pada fase bonus demografi, maka akan menghambat upaya negara dalam
mempersiapkan angkatan kerja yang berkualitas. Dana untuk mempersiapkan
angkatan kerja yang berkualitas dari segi kesehatan, pendidikan dan kecukupan
gizi, juga akan terbagi untuk mengurusi kebutuhan bayi-bayi yang lahir. Dengan
begitu upaya pemerintah untuk memaksimalkan bonus demografi juga akan
terhambat.
Selain itu, tidak
dapat dipungkiri bahwa salah satu aspek yang mempengaruhi terjadinya bonus
demografi yaitu keberhasilan pemerintah dalam menekan angka kelahiran melalui
program keluarga berencanan (KB). Semakin rendahnya tingkat fertilitas
berdampak pada penduduk kelompok umur 0-15 terkendali dan tidak terjadi ledakan
kelahiran. Sehingga sudah pasti dapat diprediksikan pada tahun 2020-2030,
struktur penduduk kelompok umur produktif jauh lebih besar dibanding kelompok
umur tidak produktif. Jika dilihat dari karakteristik kependudukan melalui
piramida penduduk maka piramida akan berbentuk gemuk dibagian tengah, dengan dasar piramida lebih kecil. Bagian tengah
piramida yang membesar menunjukkan bahwa beberapa waktu yang lalu telah terjadi
jumlah kelahiran yang cukup besar, tetapi tingkat kematian bayi menurun
sehingga jumlah bayi yang lahir dan tetap hidup mencapai usia dewasa lebih
banyak dari jumlah sebelumnya.
Sesuai dengan paparan diatas maka dapat diambil
beberpa rumusan masalah yang akan dikaji dalam tulisan ini yaitu: Pertama, Bagaimana
perubahan komposisi penduduk indonesia akan menciptakan bonus demografi? Kedua,
Bagaimanan strategi pemerintah untuk meyiapkan diri dalam menyambut fase
bonus demografi 2020-2030? Dalam menjawab rumusan masalah tersebut, tulisan ini
akan memberikan sajian data-data yang mendukung dan menganalisisnya. Sehingga akan
didapatkan suatu pembahasan yang komprehensif dan analitis berkaitan dengan
permasalahan demografi di Indonesia.
II. PEMBAHASAN
Penduduk Usia
Produktif yang Melimpah sebagai Keuntungan Demografi
Bonus
Demografi atau sering juga disebut keuntungan demografi merupakan fase dimana
jumlah penduduk produktif (15-64 tahun) jauh
lebih besar dibandingkan jumlah penduduk tidak produktif (0-14 dan 65 tahun ke atas). Menurut Dr Sukamdi, MSc, seorang peneliti di Pusat
Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gadjah Mada (UGM), menyatakan
bahwa bonus demografi yang akan diterima Indonesia tahun 2020 sangat
menguntungkan. Pada kondisi bonus demografi masyarakat akan memperoleh
pendapatan yang lebih tinggi dengan dana tabungan yang lebih banyak. Pada fase
bonus demografi tingkat ketergantungan (dependency ratio) penduduk tidak
produktif kepada penduduk produktif cenderung rendah (Kurniawan; dalam
Detiknews [online], 2014).
Dependency Ratio
Indonesia sejak tahun 1930 hingga tahun 2015 menunjukkan kecenderungan semakin
kecil. Hal ini menunjukkan bahwa dependency ratio yang kecil berarti beban
ketergantungan penduduk usia produktif kepada penduduk produktif semakin
rendah. Data Badan Pusat Statistik (BPS) indonesia tahun 2010 menunjukkan Dependency
ratio Indonesia sebesar 50,5. Sementara pada tahun 2015 dependency ratio
memiliki angka lebih kecil yaitu 48,6. Kecenderungan dependency ratio yang
semakin kecil ini akan berlanjut hingga tahun 2030, dan menciptakan bonus
demografi bagi indonesia. Sementara itu diperkirakan setelah tahun 2030
kecenderungan dependency ratio akan naik kembali karena jumlah lansia
meningkat.
Sementara itu,
melimpahnya jumlah penduduk muda di berbagai wilayah provinsi Indonesia telah
mnciptakan bonus demografi. Bonus demografi dibeberapa provinsi di Indonesia tersebut
dapat dilihat dengan parameter Dependency Ratio yang cukup
rendah, yaitu
mencapai dibawah 45. Yang berarti bahwa dalam setiap 100 penduduk usia
produktif (15-64 tahun) hanya menanggung sekitar 45 penduduk tidak
produktif (0-14 dan 65 tahun ke atas). Perhatikan data dependency
ratio menurut Provinsi di Indonesia pada tabel 1 berikut.
Tabel.1 Dependency
Ratio menurut Provinsi, 2010-2035
Provinsi
|
Tahun
|
|||||
2010
|
2015
|
2020
|
2025
|
2030
|
2035
|
|
Aceh
|
56,3
|
54,8
|
53,6
|
50,8
|
47,9
|
45,8
|
Sumatera Utara
|
58,0
|
56,3
|
55,3
|
53,6
|
51,7
|
50,8
|
Sumatera Barat
|
57,7
|
55,8
|
54,8
|
53,6
|
51,7
|
50,6
|
Riau
|
54,1
|
51,5
|
49,7
|
48,4
|
47,1
|
46,6
|
Jambi
|
50,8
|
47,3
|
44,5
|
43,3
|
42,7
|
42,7
|
Sumatera Selatan
|
51,3
|
49,7
|
48,4
|
47,3
|
45,8
|
45,3
|
Bengkulu
|
51,3
|
47,9
|
46,2
|
44,9
|
44,3
|
44,5
|
Lampung
|
51,1
|
49,5
|
48,6
|
47,3
|
45,6
|
45,3
|
Kepulauan Bangka Belitung
|
48,6
|
46,2
|
44,9
|
44,3
|
43,3
|
43,1
|
Kepulauan Riau
|
46,8
|
49,7
|
46,4
|
41,8
|
38,1
|
37,9
|
DKI Jakarta
|
37,4
|
39,9
|
42,0
|
42,2
|
40,1
|
39,5
|
Jawa Barat
|
49,9
|
47,7
|
46,4
|
46,4
|
46,2
|
46,6
|
Jawa Tengah
|
49,9
|
48,1
|
47,7
|
48,4
|
49,9
|
51,7
|
DI Yogyakarta
|
45,8
|
44,9
|
45,6
|
46,8
|
47,7
|
48,4
|
Jawa Timur
|
46,2
|
44,3
|
43,9
|
44,3
|
46,2
|
48,4
|
Banten
|
48,6
|
46,4
|
45,3
|
43,9
|
41,8
|
41,0
|
Bali
|
47,3
|
45,6
|
43,3
|
42,2
|
43,3
|
45,8
|
Nusa Tenggara Barat
|
55,8
|
53,8
|
52,2
|
50,2
|
48,6
|
48,1
|
Nusa Tenggara Timur
|
70,6
|
66,7
|
63,4
|
62,1
|
61,6
|
61,6
|
Kalimantan Barat
|
52,7
|
50,8
|
49,7
|
48,8
|
47,3
|
46,6
|
Kalimantan Tengah
|
50,4
|
46,2
|
43,3
|
41,4
|
40,3
|
39,9
|
Kalimantan Selatan
|
49,3
|
48,6
|
47,7
|
46,2
|
44,7
|
44,7
|
Kalimantan Timur
|
48,6
|
46,2
|
44,5
|
43,7
|
43,1
|
43,5
|
Sulawesi Utara
|
47,9
|
46,6
|
46,4
|
46,8
|
47,3
|
48,4
|
Sulawesi Tengah
|
52,7
|
50,6
|
49,7
|
49,5
|
48,6
|
48,6
|
Sulawesi Selatan
|
56,0
|
52,9
|
51,3
|
50,4
|
49,5
|
49,7
|
Sulawesi Tenggara
|
63,4
|
60,5
|
58,0
|
54,6
|
52,7
|
51,5
|
Gorontalo
|
51,7
|
48,6
|
47,5
|
47,7
|
47,7
|
47,9
|
Sulawesi Barat
|
60,5
|
56,0
|
53,8
|
52,7
|
51,5
|
51,1
|
Maluku
|
63,1
|
59,7
|
58,2
|
57,5
|
55,8
|
54,3
|
Maluku Utara
|
61,3
|
58,5
|
56,0
|
53,4
|
51,5
|
50,8
|
Papua Barat
|
53,6
|
49,9
|
47,1
|
45,3
|
44,3
|
43,7
|
Papua
|
53,8
|
47,5
|
43,7
|
42,0
|
41,6
|
42,2
|
INDONESIA
|
50,5
|
48,6
|
47,7
|
47,2
|
46,9
|
47,3
|
Sumber: BPS Indonesia
Bonus Demografi sebenarnya telah dialami oleh
beberapa Provinsi di Indonesia sejak tahun 2010. Beberapa provinsi itu seperti
Jakarta, Yogyakarta, Jawatimur dan Kepulaun Riau. Berdasarkan tabel 1,
menunjukkan bahwa beban ketergantungan di empat provinsi telah berada pada angka 46 dan 45. Beban
ketergantungan yang cukup rendah ini telah menciptakan jendela peluang untuk peningkatan
pertumbuhan ekonomi diwilayah yang bersangkutan.
Bonus demografi yang akan terjadi pada tahun 2020
hingga 2030 harus benar-benar di manfaatkan oleh pemerintah. Kesiapan
pemerintah dalam menghadapi bonus demografi tentu akan mendatangkan keuntungan
yang besar. Dengan Bonus demografi berarti Indonesia akan mendapati kondisi
dimana jumlah angkatan kerja yang melimpah-ruah. Angkatan kerja dengan jumlah
yang besar tersebut jika dapat dikelola dengan baik tentu akan mendorong
kemajuan dan pertumbuhan ekonomi negara. Kuncinya terletak pada peningkatan
kualitas angkatan kerja yang berdaya saing pada pasar tenaga kerja global.
Saat ini Indonesia memiliki 67 juta anak muda
berumur 10-24 tahun. Mereka inilah yang akan menjadi pemimpin dan penggerak
pembangunan Indonesia pada fase bonus Demografi tahun 2020-2030. Jumlah anak
muda yang melimpah ini juga menjadi incaran tenaga produktif negara-negara maju
yang kekurangan anak muda. Sehingga bisa menjadi keuntungan yang besar jika
Indonesia mampu merespon permintaan pasar tenaga kerja global (Kompas 29
November 2014, hlm 13).
Jumlah anak muda yang besar telah menjadikan
Indonesia sebagai salah satu negara yang akan mendapatkan keuntungan demografi
selain India dan Thiongkok. Jumlah anak muda di dunia diperkirakan mencapai 1,8
miliar. Dan dari angka tersebut Indonesia menempati posisi ketiga setelah India
yang memiliki jumlah anak muda 356 juta, dan Thiongkok yang memiliki jumlah
anak muda 269 juta. Jumlah anak muda ini akan sangat menguntungkan jika strategi
pembangunan yang memanfaatkan bonus demografi bisa dijalankan dengan benar.
Dengan investasi yang tepat dari pemerintah, maka jutaan anak muda akan
benar-benar menjadikan berkah demografi. Selain itu juataan anak muda ini jika
mampu dikelola dengan baik tentu akan bisa mengubah masa depan Indonesia
menjadi lebih baik.
Bonus Demografi sebagai Jendela Peluang Pertumbuhan
Ekonomi
Bonus demografi yang akan datang pada tahun 2020
hingga 2030, menjadi jendela peluang (windows opportunity) untuk pertumbuhan
ekonomi. Populasi penduduk produktif yang besar akan bermanfaat sebagai
pendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan tersedianya penduduk
produktif yang siap kerja dengan jumlah yang besar menjadi modal awal dalam
pembangunan ekonomi. Selanjutnya tinggal bagaimana pemerintah Indonesia mampu
menyiapkan angkatan kerja yang berkualitas dan lapangan kerja yang cukup untuk
menampung mereka.
Pemerintah perlu mempersiapkan angkatan kerja
yang mampu merespon permintanaan pasar tenaga kerja dalam kerangka bonus
demografi. Dengan angkatan kerja yang terdidik dan terampil maka berapapun
jumlah angkatan kerja yang tersedia akan bisa terserap dalam pasar tenaga
kerja. Namun yang tak bisa dilupakan adalah bagaimanan pemerintah manambah
lapangan kerja untuk menampung mereka. Dengan tersedianya lapangan kerja yang
cukup dan sesuai dengan keahlian pencari kerja, maka populasi anak muda yang
besar akan benar-benar produktif dan menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi
negara.
Jaminan tersedianya lapangan kerja yang sesuai
dengan kahlian pencari kerja, akan memungkinkan anak-anak muda Indonesia mampu
mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Dengan memperluas kesempatan kerja,
akan memperluas usaha dan produksi yang dihasilkan. Sehingga hal tersebut dapat
mengerakkan ekonomi negara dan meningkatkan Income.
Pengelolaan angkatan kerja yang tepat tentu juga
akan menjawab permasalahan pengangguran yang selama ini masing memiliki angka
yang cukup tinggi. Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia bulan Agustus 2014
masih cukup tinggi yaitu 5,94%. Angka tersebut lebih tinggi dari tingkat
pengangguran terbuka bulan Februari 2014 yang hanya 5,70%. Untuk itu, dalam
kerangka bonus demografi sangat diperlukan kesiapan dan strategi yang tepat,
sehingga jumlah anak muda yang melimpah mampu mendorong peningkatan ekonomi.
Dengan terserapnya jutaan anak muda dalam lapangan kerja selain mengurangi
angka penganguran juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara.
Bonus demografi menjadi kondisi yang sangat baik
bagi suatu negara untuk meningkatkan pendapatan dan standar hidup masyarakatnya
pada posisi yang sejahtera. Selain itu dengan peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan akan bisa mengakhiri kemiskinan yang selama ini masih menjadi
salah satu problem utama.
Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Pemanfaatan Bonus Demografi
Bonus demografi dapat mendatangkan keuntungan
yang besar bagi Indonesia. Dengan persiapan yang baik dan investasi yang tepat,
bonus demografi bisa mengubah masa depan Indonesia menjadi lebih sejahtera dan
maju. Namun keberhasilan dalam memanfaatkan bonus demografi sangat dipengaruhi
oleh empat faktor utama yaitu kualitas pendidikan, kualitas kesehatan,
ketersediaan lapangan kerja, dan konsistensi penurunan angka kelahiran melalui
program KB.
Pada fase
bonus demografi jumlah anak muda sangat besar sebagai kelompok produktif yang
telah memasuki usia kerja. Sehingga Pengelolaan ketenagakerjaan yang baik, menjadi
pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh pemerintah. Pengelolaan
ketenagakerjaan yang baik dengan mempersiapkan angkatan kerja yang berkualitas,
akan menentukan keberhasilan pemanfaatan bonus demografi. Untuk itu dalam
mempersiapkan angkatan kerja yang berkualitas haruslah dilihat dari aspek
kualitas pendidikan, kualitas kesehatan dan kecukupan gizi.
1.
Peningkatan KualitasPendidikan
Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan
dalam fase bonus demografi yaitu meningkatnya kebutuhan terhadap pendidikan.
Meningkatnya jumlah anak muda pada tahun 2020 hingga 2030, akan berpengaruh
pada meningkatnya kebutuhan akan fasilitas pendidikan. Pendidikan telah menjadi
kebutuhan mendasar bagi penduduk yang harus dipenuhi selain kecukupan gizi dan
kesehatan. Dengan kesempatan yang mudah untuk mengenyam pendidikan, tentu akan
dapat menciptakan penduduk yang berkualitas dan terampil.
Dalam usaha untuk meningkatkan kualitas anak muda
sebagai penduduk produktif masa mendatang, salah satu usaha yang tepat adalah
dengan menyediakan kesempatan pendidikan seluas-luasnya. Kemudahan akses
pendidikan dan didukung oleh prasarana pendidikan yang lengkap, serta tenaga
pendidik yang berkualitas, akan menciptakan masyarakat yang berkualitas pula.
Dengan kesempatan mengenyam pendidikan sampai ke jenjang yang tinggi, tentu
menjadi modal penting untuk menciptakan angkatan kerja yang berkualitas dan
terampil.
Peningkatan kualitas pendidikan menjadi faktor
utama keberhasilan perencanaan ketenagakerjaan. Perencanaan tenaga kerja akan
menjamin kebutuhan tenaga kerja, terutama tenagakerja terdidik yang diperlukan
dalam pembangunan (Sumarsono ,2003:25). Dalam kerangka bonus demografi
perencanaan ketenagakerjaan berhubungan eret dengan pembangunan sumberdaya
manusia yang berkualitas.
Pendidikan menjadi aspek penting dalam upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Data tentang Human Development
Index (HDI) yang disajikan United Nations for Development Program (UNDP)
menunjukkan bahwa peringkat kualitas SDM Indonesia cenderung mengalami
penurunan dari tahun-ketahun. Pada tahun 1998 HDI indonesia berada pada posisi
99, dan merosot pada tahun 1999 ke posisi 105. Sementara itu Pada tahun 2000
HDI Indonesia kembali merosot ke posisi 109 (Irianto, 2001:1). Saat ini
kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih terbilang rendah, dengan angka
Human Development Index (HDI) Indonesia masih menempati urutan ke-111 dari 182
negara. Untuk itu peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi upaya yang
harus di prioritaskan untuk menghadapi bonus demografi beberapa tahun
mendatang.
Jika melihat Angka Partisipasi Sekolah (APS) di
Indonesia, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan APS di masing-masing kelompok
umur, sepanjang tahun 2003 hingga 2013 (Perhatikan Tabel.2). Kenaikan
APS dimasing-masing kelompok umur ini bisa dipengaruhi oleh peningkatan
kebutuhan akan pendidikan ketika jumlah penduduk semakin besar. Peningkatan
angka APS ini menunjukkan sesuatu yang baik jika dilihat secara terpisah
dimasing-masing kelompok umur.
Tabel.2 Angka
Partisipasi Sekolah ( A P S ) Tahun 2003-2013
Kelompok Umur
|
Tahun series
|
||||||||||
2003
|
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
|
7-12
|
96,42
|
96,77
|
97,14
|
97,39
|
97,64
|
97,88
|
97,95
|
98,02
|
97,62
|
98,02
|
98,42
|
13-15
|
81,01
|
83,49
|
84,02
|
84,08
|
84,65
|
84,89
|
85,47
|
86,24
|
87,99
|
89,76
|
90,81
|
16-18
|
50,97
|
53,48
|
53,86
|
53,92
|
55,49
|
55,50
|
55,16
|
56,01
|
57,95
|
61,49
|
63,84
|
19-24
|
11,71
|
12,07
|
12,23
|
11,38
|
13,08
|
13,29
|
12,72
|
13,77
|
14,82
|
16,05
|
20,14
|
Sumber: BPS
Indonesia
Namun jika dilihat perbandingan Angka Pertisipasi
Sekolah diantara kelompok umur memperlihatkan kecenderungan yang menurun.
Dimana terlihat bahwa Angka Partisipasi Sekolah cenderung semakin kecil pada
kelompok umur yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun Angka Partisipasi
Sekolah dimasing-masing kelompok umur meningkat dari tahun ketahun, namun jika Angka
Partisipasi Sekolah tersebut di bandingkan dinatara kelmpok umur masih
menunjukkan angka yang sangat timpang.
Kecenderungan Angka Partisipasi Sekolah yang
semakin kecil pada kelompok umur yang tinggi menjadi permasalahan yang cukup
mengkhawatirkan. Semakin kecilnya Angka Partisipasi Sekolah pada kelompok umur
yang tinggi, berarti penduduk yang berhasil menempuh pendidikan tinggi masih
relatif kecil. Angka partisipasi sekolah yang relatif kecil pada kelompok umur
19-24 tahun dipengaruhi beberapa faktor seperti: kemiskinan, biaya pendidikan
yang mahal, rendahnya motivasi sekolah di jenjang pendidikan yang lebih tinggi,
dan lain sebagainya.
Pada fase bonus demografi angka partisipasi
sekolah harus ditingkatkan, khususnya Angka Partisipasi Sekolah pada kelompok
umur 16-18 dan 19-24 tahun. Langkah yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya untuk menempuh pendidikan. Dengan pendidikan
murah dan bantuan biaya pendidikan bagi golongan miskin dapat memacu naiknya
angka partisipasi sekolah. Angka partisipasi sekolah yang tinggi pada kelompok
umur 19-24 akan menciptakan angkatan kerja yang berkualitas dan terampil. Jenjang
pendidikan yang tinggi sebagai bekal utama menghadapai persaingan tenaga kerja.
Faktor utama untuk meningkatkan kualitas
pendidikan terletak pada tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang
lengkap dan memadai. Selain itu dengan jumlah tenaga pendidik yang memadai dan
berkualitas menjadi salah satu aspek penting yang tidak bisa dilupakan.
Pemerintah juga harus memperhatikan pengembangan dibidang sains dan teknologi
penunjang pendidikan. Hanya dengan peningkatan dan perbaikan diberbagi unsur
penting dalam pendidikan, akan menjadi kunci utama peningkatan kualitas
pendidikan.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan
formal tidaklah menjadi satu-satunya
penentu keberhasilan untuk menciptakan angkatan kerja yang berkulaitas. Oleh
karena itu, pemerintah juga harus mengupayakan dan mengembangkan pendidikan
non-ijazah yang menekankan pada pengembangan ketrampilan. Dengan pengembangan
ketrampilan melalui pendidikan non-formal bisa menjadi salah satu alternatif
untuk menciptakan tenaga kerja yang berkualitas. Pendidikan non-ijazah bisa
menjadi solusi dari keterbatasan pendidikan formal, dan tepat untuk mewadahi
anak-anak muda yang tidak cocok dengan pendidikan formal.
2.
Peningkatan Kualitas Kesehatan
Kealitas kesehatan menjadi aspek penting yang
perlu ditingkatkan untuk menyambut bonus demografi. Peningkatan kualitaas
kesehatan akan menjadikan angkatan kerja
berkualitas selain berkualitas dalam segi pendidikan. Dengan menyediakan
layanan kesehatan yang baik dan bermutu menjadi kunci utama peningkatan
kualitas kesehatan tersebut.
Penyediaan layanan kesehatan dalam kerangka bonus
demografi diprioritaskan kepada penduduk usia 0-18 tahun. Prioritas ini di
pilih karena penduduk usia 0-18 tahun berada pada usia perkembangan. Dengan
peningkatan kesehatan yang diprioritaskan pada penduduk usia emas tersebut,
maka nantinya diharapkan akan menciptakan anak-anak muda yang berkualitas.
3.
Konsistensi dalam Penurunan angka fertilitas
Konsistensi penurunan angka fertilitas yang baik
akan membuat investasi pendidikan dan kesehatan menjadi semakin optimal.
Penurunan fertilitas akan menurunkan proporsi anak-anak, dan akan menjaga
populasi anak-anak tetap pada angka yang kecil. Dengan begitu beban
ketergantungan dalam fase demografi akan tetap bisa ditekan. Konsistensi
penurunan fertilitas ini perlu dipertahankan hingga tahun 2030. Sehingga
kesempatan emas pada fase demografi akan benar-benar bisa dimanfaatkan dengan
baik.
Konsisitensi penurunan angka fertilitas berarti
akan semakin memudahkan pemerintah untuk fokus dalam program peningkatan
kualitas anak muda. Penurunan angka kelahiran akan mengurangi anggaran untuk
kesehatan dan kebutuhan gizi bayi-bayi yang lahir. Sehingga anggaran yang
dimiliki pemerintah sebagian besar bisa digunakan untuk investasi dalam
peningkatan kualitas anak muda.
Penuruanan angka fertilitas dalam kerangka bonus
demografi memang tidak bisa dilepaskan dari keberhasilan program keluarga
berencana (KB). Meningkatnya partisipasi KB telah berhasil menurunkan angka
fertilitas secara signifikan. Data BPS nasional menunjukan bahwa presentase
perempuan usia 15-49 tahun yang telah menikah dan ikut KB memiliki proporsi
yang cukup besar. Data tahun 2000 hingga 2013 memperlihatkan partisipasi KB
menjacapi 50% lebih dimasisng masing tahun. Data tersebut juga menunjukkan
kecenderungan meningkat dari taun ketahun.
Tabel.4 Persentase
Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang Sedang Menggunakan/Memakai
Alat KB Menurut & Angka Fertilitas Total 1971, 1980, 1985, 1990, 1991,
1994, 1997, 1998, 1999, 2000, 2002, 2007, 2010 dan 2012
Partisipasi
KB Tahun 2000-2013
|
Angka
Fertilitas Total (AFT) Tahun 1971-2012
|
||||
Tahun
|
%
|
Tahun
|
%
|
||
2000
|
54,35
|
1971
|
5,61
|
||
2001
|
52,54
|
1980
|
4,68
|
||
2002
|
54,19
|
1985
|
4,06
|
||
2003
|
54,54
|
1990
|
3,33
|
||
2004
|
56,71
|
1991
|
3,02
|
||
2005
|
57,89
|
1994
|
2,85
|
||
2006
|
57,91
|
1997
|
2,34
|
||
2007
|
57,43
|
1998
|
2,65
|
||
2008
|
56,62
|
1999
|
2,59
|
||
2009
|
60,63
|
2000
|
2,27
|
||
2010
|
60,94
|
2002
|
|||
2011
|
61,34
|
2007
|
2,60
|
||
2012
|
62,43
|
2010
|
2,41
|
||
2013
|
62,50
|
2012
|
2,60
|
Sumber:BPS Nasional Indonesia
Meningkatnya Partisipasi KB hingga mencapai 62,43%
pada tahun 2013 secara langsung berdampak pada menurnnya angka fertilitas. Sejak
tahun 1971 hingga 2012 Angka fertilitas total/TFR (Total Fertility Rate)
menunjukkan kecenderungan semakin menurun. Sampai tahun 2012 angka fertilitas
total berada pada angka yang cukup kecil, yaitu 2.60. Bahkan pada tahun 2000
angka fertilitas total berada pada angka terkecil yang pernah dicapai Indonesia
yaitu 2.27.
Keberhasilan program keluarga berencana dalam
menekan angka kelahiran perlu dipertahankan. Dengan konsisitensi menurunkan
angka kelahiran melalui program KB, akan menjadi salah satu faktor penting
penentu keberhasilan pemanfaatan bonus demografi.
4.
Ketersediaan Lapangan Kerja
Ketersediaan lapangan kerja yang cukup pada fase
bonus demografi menjadi aspek penting yang tak bisa diabaikan. Jaminan
ketersediaan lapangan kerja yang sesuai dengan keahlian angkatan kerja akan
membuat anak-anak muda bisa mengembangkan potensinya, dan menjadi sumbangangan
tanaga yang produktif bagi pengembangan ekonomi negara. Dengan tersedianya
lapangan kerja yang besar akan mampu menampung jumlah angkatan kerja yang
besar, dan tidak akan menjadikan jutaan anak muda menganggur.
Tabel.3 Jumlah
Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, Pengangguran, TPAK dan TPT, 1986–2013
Tahun
|
Angkatan
Kerja
|
Bekerja
|
Pengangguran
|
Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja - TPAK
|
Tingkat
Pengangguran Terbuka - TPT
|
|
(Juta
Orang)
|
(Juta
Orang)
|
(Juta
Orang)
|
(%)
|
(%)
|
||
2005
|
Februari
|
105,80
|
94,95
|
10,85
|
68,02
|
10,26
|
November
|
105,86
|
93,96
|
11,90
|
66,79
|
11,24
|
|
2006
|
Februari
|
106,28
|
95,18
|
11,10
|
66,74
|
10,45
|
Agustus
|
106,39
|
95,46
|
10,93
|
66,16
|
10,28
|
|
2007
|
Februari
|
108,13
|
97,58
|
10,55
|
66,60
|
9,75
|
Agustus
|
109,94
|
99,93
|
10,01
|
66,99
|
9,11
|
|
2008
|
Februari
|
111,48
|
102,05
|
9,43
|
67,33
|
8,46
|
Agustus
|
111,95
|
102,55
|
9,39
|
67,18
|
8,39
|
|
2009
|
Februari
|
113,74
|
104,49
|
9,26
|
67,60
|
8,14
|
Agustus
|
113,83
|
104,87
|
8,96
|
67,23
|
7,87
|
|
2010
|
Februari
|
116,00
|
107,41
|
8,59
|
67,83
|
7,41
|
Agustus
|
116,53
|
108,21
|
8,32
|
67,72
|
7,14
|
|
2011
|
Februari
|
119,40
|
111,28
|
8,12
|
69,96
|
6,80
|
Agustus
|
117,37
|
109,67
|
7,70
|
68,34
|
6,56
|
|
2012
|
Februari
|
120,41
|
112,80
|
7,61
|
69,66
|
6,32
|
Agustus
|
118,05
|
110,81
|
7,24
|
67,88
|
6,14
|
|
2013
|
Februari
|
121,19
|
114,02
|
7,17
|
69,21
|
5,92
|
Agustus
|
118,19
|
110,80
|
7,39
|
66,90
|
6,25
|
|
1967-1999
|
max
|
94,85
|
88,82
|
6,03
|
67,22
|
6,36
|
min
|
67,20
|
65,38
|
1,82
|
65,60
|
2,55
|
|
1999-2004
|
max
|
103,97
|
93,72
|
10,25
|
68,60
|
9,86
|
min
|
94,85
|
88,82
|
5,81
|
67,22
|
6,08
|
|
2004-2013
|
max
|
121,19
|
114,02
|
11,90
|
69,96
|
11,24
|
min
|
103,97
|
93,72
|
7,17
|
66,16
|
5,92
|
Sumber: Sakernas, BPS
Jumlah angkatan kerja yang terus meningkat membutuhkan
peningkatan lapangan kerja. Peningkatan lapangan kerja akan memperluaas
kesempatan kerja dan akan mengurangi pengangguran. Perluasan kesempatan kerja
harus dilihat berdasarkan keseimbangan distribusi penyerapan kerja antar sektor
perekonomian. Sehingga investasi yang dipilih untuk memperluas kesempatan kerja
diprioritaskan pada sektor yang belum berkembang. Dengan penambahan lapangan
kerja pada sektor tersebut akan meningkatkan produktifitas perekonomian.
Penciptaan kesempatan kerja atau lapangan kerja
menjadi aspek penting dalam perencanaan tanaga kerja. Ketika perencanaan tenaga
kerja telah diupayakan dengan baik melalui peningkatan kualitas angkatan kerja,
maka penciptaan kesempatan kerja juga harus dilakukan untuk mendukungnya.
Menurut Suroto (1992) perencanaan penciptaan
kesempatan kerja dan perencanaan persedian tenaga kerja merupakan dua aspek
yang saling berkaitan satu sama lain, dan menjadi satu pasang komponen yang
harus cocok (Suroto, 1992:399). Dalam kerangka bonus demografi, dua aspek
perencanaan tenaga kerja tersebut sangat penting dalam keberhasilan pembangunan
bangsa.
Strategi pengelolaan bonus demografi
Berdasarkan dari paparan data dan analisis yang
telah disajikan sebelumnya, maka dapat disusun beberapa strategi untuk
menghadapi bonus demografi tahun 2020-2030. Rancangan strategi ini berupa suatu
intervensi sosial melalui berbegai kebijakan pemerintah. Intervensi sosial
dalam bentuk kebijakan pemerintah ini bertujuan untuk memperbaiki dan
mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki, baik individu, kelompok maupun
negara. Intervensi yang dapat dilakukan setidaknya meliputi empat aspek penting
yaitu disektor pendidikan, sektor kesehatan, ketenagakerjaan dan program
Keluarga Berencana.
Empat aspek penting yang terdiri dari kualitas
pendidikan, kualitas kesehatan, ketenagakerjaan dan program keluarga berencana
tersebut menjadi kunci utama keberhasilan pembangunan pada fase bonus
demografi. Untuk itu, berbagai intervensi yang tepat pada empat sektor ini
menjadi prioritas utama dalam menghadapi dan menyambut bonus demografi tahun
2020 hingga 2030. Berikut ini beberapa strategi dalam bentuk kebijakan yang
bisa dijalankan pemerintah untuk menghadapi bonus demografi:
1.
Strategi dibidang
Pendidikan:
a.
Peningkatan
kualitas pendidikan melalui wajib belajar 12 tahun (sampai tingkat SMA/SMK).
b.
Tidak hanya sampai
tingkat SMA, dalam jangka panjang bisa ditingakatkan secara konsisten
kesempatan sekolah sampai jenjang perguruan tinggi.
c.
Untuk mendukung
keberhasilan wajib belajar 12 tahun, dan sampai jenjang perguruan tinggi, maka
diperlukan berbagai program bantuan biaya pendidikan (Beasiswa). Dengan
beasiswa prestasi dan beasiswa keluarga miskin dapat meningkatkan Angka Partisipasi
Sekolah sampai tingkat SMA/SMK, dan juga sampai jenjang perguruan tinggi.
d.
Meningkatkan
sarana dan prasarana pendidikan seperti fasilitas laboratorium yang lengkap,
fasilitas multimedia, gedung sekolah dan lain sebaginya. Dengan fasilitas yang
lengkap tentu akan mendukung kegiatan belajar siswa dan mamacu peningkatan
prestasi.
e.
Meningkatkan
kualitas tenaga pengajar/Guru/Dosen.
f.
Menambah alokasi
dana untuk anggaran pendidikan
2.
Strategi dibidang
Kesehatan
a.
Meningkatkan
anggaran untuk Kesehatan
b.
Meningkatkan
kualitas tenaga medis seperti Dokter, Bidan, Perawat dsb.
c.
Meningkatkan
saranan dan prasaranan kesehatan seperti: pembangunan fasilitas kesehatan di
daerah yang belum memiliki, manambah kelengkapan fasilitas kesehatan, fasilitas
Rawat inap, penambahan Rumah sakit milik pemerintah sebagai pemberi layanan
kesehatan gratis, dan lain sebaginya.
d.
Penyediaan layanan
kesehatan dalam kerangka bonus demografi diperioritaskan kepada penduduk usia
0-18 tahun (usia emas). Program riil bagi penduduk usia emas ini (usia
perkembangan) meliputi penggalakan program “asi eksklusif”, pemberian makanan
bergizi, imunisasi, dan lain sebagainya.
e.
Selain ditujukan
untuk penduduk usia 0-18, layanan kesehatan juga ditujukan kepada penduduk usi
19-21 tahun, karena sebagi penduduk yang akan memasuki dunia kerja. Sehingga
kualitas keseatan penduduk usia ini perlu diperhatikan sebagi syarat kesiapan
dalam memasuki dunia kerja.
3.
Strategi dibidang
Ketenagakerjaan
a.
Menekan angka
pengangguran dengan memberikan kesempatan kerja yang luas melaui penyediaan
lapangan kerja yang banyak
b.
Penyediaan dan
penambahan lapangan kerja disesuaikan dengan kemampuan para pencari kerja.
c.
Pengembangan UMKM
sebagai sektor informal yang lebih fleksibel dalam penyerapan lapangan kerja
d.
Menciptakan
angkatan kerja yang berkualitas melalui pendidikan dan pelatihan-pelatihan,
untuk bisa bersaing di dunia internasional.
4.
Strategi dibidang
Keluarga Berencana untuk menekan angka fertilitas
a.
Meningkatkan
aseptor KB
b.
Mendorong dan
meningkatkan Aseptor KB laki-laki.
c.
Penyuluhan untuk
kesehatan reproduksi dan pernikahan dini
d.
Disusun UU
mengenai batas usia minimum pernikahan
III.
PENUTUP
Kesimpualan
Komposisi penduduk Indonesia yang
memiliki Karekteristik Penduduk muda yang besar, telah mendatangkan keuntungan
demografi. Keuntungan demografi atau yang sering disebut sebagai bonus
demografi merupakan fase dimana jumlah penduduk usia produktif memiliki
proporsi yang besar dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif.
Kecendurangan ini terlihat dari angka dependency ratio yang terus
menglami penurunan dari tahun-ketahun. Bonus demografi yang dimiliki Indonesia
sekarang ini menjadi tantangan besar untuk masa depan dan perubahan Indonesia.
Bonus demografi yang menghampiri
Indonesia bisa berdampak positif, ataupun sebaliknya dapat menciptakan dampak
negatif jika strategi pengelolaannya salah. Untuk menjadikan bonus demografi
menguntukngkan bagi Indonesia perlu strategi yang tepat. Strategi tersebut meliputi empat aspek
utama yaitu peningkatan kualitas pendidikan, kualitas kesehatan, penyediaan
lapangan kerja yang cukup, dan konsistensi pemerintah dalam menekan angka
fertilitas.
PUSTAKA
Sumarsono, Sony. 2003. Ekonomi Manajemen Sumberdaya Manusia dan
Ketenagakerjan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Suroto, 1992. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan
Kerja. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Moh.Yasin, dkk. 2004. Dasar-dasar Demografi. Jakarta:
Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Irianto, Yusuf. 2001. Isu-isu Strategis Pengembangan Sumber
Daya Manusia. Jawatimur: Insan Cendikia
Kurniawan, Bagus. 2014, ‘2020 Indonesia Alami Bonus Demografi’,
Detiknews, [Online], diakses 01 Desember 2014, yang ada di :
http://news.detik.com/read/2014/06/12/225936/2606875/10/2020-indonesia-alami-bonus-demografi
Republika,
2014, ‘BKKBN: Masalah Bonus Demografi Sangat Serius’, Surat Kabar
Republika,
[Online], diakses 01 Desember 2014, yang ada di :
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/14/11/27/nfp38b-bkkbn-masalah-bonus-demografi-sangat-serius
KABAR BAIK!!!
BalasHapusNama saya Aris Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu untuk Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran dimuka, tetapi mereka adalah orang-orang iseng, karena mereka kemudian akan meminta untuk pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, sehingga hati-hati dari mereka penipuan Perusahaan Pinjaman.
Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial dan putus asa, saya telah tertipu oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan digunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dan tingkat bunga hanya 2%.
Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan, telah dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.
Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan menghubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan oleh kasih karunia Allah ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda menuruti perintahnya.
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan bercerita tentang Ibu Cynthia, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Cynthia, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: arissetymin@gmail.com sekarang, semua akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening mereka bulanan.
Sebuah kata yang cukup untuk bijaksana.
Tks lady Mia sharingnya semoga bermanfaat.
BalasHapus