Senin, 01 November 2021

PERBEDAAN PERSEPSI

 KEGADUHAN karena beda PERSEPSI... Merdeka!๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ Dunia akan selalu gaduh, begitu juga Indonesia akan selalu gaduh. Kegaduhan akibat perbedaan persepsi tidak mungkin dihindari, lalu perlukah kita risau karena perbedaan persepsi? Presiden membangun infrastruktur gaduh... Menteri BUMN mengangkat Komisaris Perusahaan plat merah gaduh... Ketua Parpol mengeluarkan pernyataan gaduh... Anak mantan presiden pindah keyakinan gaduh... Selebritis berperilaku “aneh”, gaduh... Padahal perilaku-perilaku tersebut tidak ada yang bisa dikatagorikan sebagai perilaku yang melanggar hukum. Mengapa dunia selalu gaduh karena adanya perbedaan pendapat? Pendapat seseorang dinyatakan berdasarkan persepsi yang dimilikinya tentang suatu fenomena yang terjadi. Banyak definisi tentang persepsi yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh psikologi, diantaranya: Menurut Kreitner Dan Kinicki (2005:208) Persepsi ialah proses kognitif (berfikir) yang memungkinkan kita dapat menafsirkan dan memahami lingkungan sekitar kita. Moskowitz dan Orgel (1969) menyebutkan bahwa persepsi merupakan proses yang terintegrasi atau terpadu dalam diri individu terhadap stimulus (rangsang) yang diterimanya. Alat penerima stimulus atau rangsang dalam diri kita adalah alat indera kita termasuk mata utk melihat, telinga untuk mendengar, lidah untuk mengecap, hidung utk mencium bau, kulit untuk meraba dsb. Setelah stimulus ditangkap oleh indera kita, di kumpulkan dan di kirim ke otak untuk diartikan. Jadi, persepsi merupakan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diindera manusia sehingga merupakan sesuatu yang berarti bagi dirinya. Hal ini tidak sederhana, karena dalam memberi arti suatu stimulus yang masuk dalam diri kita ada beberapa faktor yang mempengaruhi. ๐ŸŒบ Faktor internal atau faktor yang ada dalam diri individu, termasuk fisik dan kondisi alat indera, pengalaman, pengetahuan, perasaan, kemampuan berfikir, motivasi, kerangka acuan dll. Individu-individu dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang berbeda, kemungkinan akan memiliki persepsi yang berbeda untuk suatu stimulus yang sama. Demikian juga bila perasaan dan kerangka acuan berbeda maka persepsi terhadap suatu stimulus atau fenomena yang sama akan berbeda pula. Hal ini sangat mungkin menimbulkan perdebatan dan kegaduhan dalam suatu lingkungan dimana manusia saling berinteraksi. Kepribadian individu juga sangat mempengaruhi cara individu tersebut mempersepsikan atau memberi arti stimulus yg muncul dalam kehidupan sebagai dasar untuk mengeluarkan respon atau pendapat. ๐ŸŒนFaktor eksternal atau faktor diluar individu. * Stimulus (rangsang) yang dipersepsi harus jelas. Bila stimulus yang datang tidak jelas dan ambigu maka akan sangat mempengaruhi individu-individu yang mempersepsi stimulus tersebut. Pernyataan-pernyataan yang tidak jelas, kata-kata “bersayap”, sering salah dipersepsi dan akibatnya menimbulkan perdebatan dan kegaduhan. * Lingkungan Atau Situasi. Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi stimulus juga akan berpengaruh dalam persepsi. Obyek dan lingkungan yang melatarbelakangi merupakan kesatuan yang sulit dipisahkan. Obyek yang sama dengan situasi sosial yang berbeda dapat menghasilkan persepsi yang berbeda. Kebijakan pemerintah dalam situasi pandemi, bisa dipersepsikan berbeda dengan kebijakan yang sama yang diberlakukan disaat kondisi sebelum pandemi. Pamer kekayaan bisa dipersepsikan sebagai suatu yang menyakitkan dikala kondisi kehidupan sangat sulit. Hal-hal ini sangat mungkin menimbulkan perbedaan, konflik dan kegaduhan. Bagaimana menghadapi persepsi negatif orang lain tentang Anda ketika hubungan tidak cukup dekat. 1. Anda hanya perlu memiliki kepercayaan diri tentang siapa diri Anda. Lagi pula, tidak semua orang akan menyukai semua orang. Hanya karena seseorang tidak terlalu menyukai Anda secara pribadi, bukan berarti Anda orang jahat. Itu hanya berarti bahwa orang itu memiliki preferensi pribadi yang mereka yakini belum pernah Anda temui. Anda tidak dapat mengontrol atau mengubah kecenderungan seseorang. 2. Anda tidak dapat memperlakukannya sebagai situasi "siapa yang benar dan siapa yang salah". Jangan membalas negatif dengan negatif. Jika Anda memiliki kesempatan untuk mencari penyelesaian dengan seseorang yang salah mengartikan sesuatu yang Anda katakan, maka Anda harus meluangkan waktu untuk menjernihkannya. 3. Pikirkan pendapat siapa yang Anda hargai: pasangan hidup, sahabat, orang tua; keluarga, bos, karyawan, atau rekan kerja; mentor, ustad, pendeta, atau pelatih. Siapa pun itu, tentukan siapa orang yang paling bisa berbicara dalam hidup Anda dan membantu memberi Anda arahan. Ini adalah orang-orang yang benar-benar mengenal Anda dengan tepat dan dapat membantu Anda. Jika seseorang yang tidak mengenal Anda dengan baik mengatakan sesuatu yang tidak benar tentang diri Anda, maka abaikan saja. Mudah-mudahan tulisan ini tidak menimbulkan kesalahan persepsi dan kegaduhan. "Beberapa orang melihat cangkir itu setengah kosong. Beberapa orang melihat cangkir itu setengah penuh. Saya melihat cangkir itu terlalu besar." George Carlin. Retno Triani Soekonjono Psikolog