Jumat, 27 Desember 2019

APAKAH INDONESIA BISA MAJU SEPERTI CHINA

Sekali lagi..., ayo belajar dari negeri CHINA....: Secara Politik...., DPR AS sudah resmi menendang Trump...; tetapi secara konstitusi Donald Trump harus menghadapi Sidang Senat. Apabila 2/3 anggota Senat setuju..., maka Trump akan ditendang keluar dari Gedung Putih. Deng sebagai bapak pembaharuan China punya cara...; cara terbaik mendapatkan kebaikan dari lawan ketika perang dingin. China bersekutu dengan Uni soviet (Rusia)..., tetapi merendah kepada AS dan barat. Deng sangat paham dengan kehebatan AS..., namun pada waktu bersamaan sangat paham dengan kelemahan AS. Apa kelebihan AS....?Kapitalis. Apa kelemahan AS....? Ya kapitalis. China memberikan tempat subur bagi kapitalisme AS dan Barat..., agar semua kekuatan modal dan teknologi pindah ke China. AS baru menyadari..., betapa bodohnya mereka ketika...: ➡ IBM di akuisisi oleh Lenovo. ➡ Bank of America diambil alih China Contruction Bank. ➡ Terakhir..., HSBC diambil alih Ping An Bank. Tidak ada lagi kebanggaan AS...., dan kini AS merupakan negara penghutang terbesar..., dan itu hutangnya ke China. Di tengah perang dagang...., index Manufacture China kini membaik..., Index kepuasan rumah tangga juga meningkat. Pertumbuhan ekonomi 6 %..., jauh lebih tinggi dari AS dan UE serta Indonesia. Mengapa China begitu lentur di tengah krisis global....? China dari awal punya tujuan membangun SDM rakyatnya dulu..., sementara asing itu hanya intermezo saja. Kalau perusahaan asing bangkrut di China atau hengkang..., maka pengusaha China siap mengambil alih. Pemerintah China sudah mengeluarkan keputusan..., bahwa semua kantor tidak boleh lagi menggunakan komputer bermerek asing..., termasuk juga aplikasinya. Jadi dipastikan..., microsoft dengan program window nya akan kehilangan pasar miliaran dolar setahun. Pasar memprediksi..., akan banyak perusahaan pendukung IT yang terdaftar di Wallstreet jatuh sahamnya. Ini akan menjadi lonceng merah kedua bagi Wallstreet..., setelah jatuhnya Lehman. Maklum..., perusahaan berbasis IT itu tingkat value intangible nya selangit di Bursa. Artinya kalau jatuh..., benar-benar jatuh..., fatal. Trumps menuduh China sengaja melakukan proteksi..., untuk membalas serangan tarif dari AS. Padahal itu sebenarnya bukan serangan balasan...., karena Trumps sendiri tidak pernah bisa mempelajari substansi kebijakan China. Larangan menggunakan teknologi asing itu..., sudah ada UU nya sejak tahun 1980an di China. Bahwa apabila dalam negeri China sudah bisa mandiri..., maka teknologi asing tidak boleh dipakai. Proses pelarangan itu tidak mendadak...., semua pihak asing di China paham itu. Makanya pertumbuhan investasi industri Asing di China setiap tahun menurun..., seiring dengan pertumbuhan industri lokal. Kalau akhirnya banyak investor asing yang hengkang ke Vietnam dan negara lain..., itu juga sudah by design..., terbukti China berhasil mengembangkan produk IT nya. Apa artinya....? China itu negara komunis sosialis..., dimana tujuan mereka membangun peradaban itu dalam jangka panjang..., dan tujuannya adalah kemandirian..., kemandirian dalam segala hal. Kalau awalnya mereka menerima bantuan dari asing..., itu bukan berarti mereka tergantung dengan asing. Itu hanya metodologi untuk mencapai kemandirian. Ada target dan ada proses yang ketat..., agar kemandirian itu tercapai sesuai jadwal. Misal...: semua perangkat keras IT seperti server..., komputer..., gateway..., jaringan..., NOC dan sebagainya..., sudah dikuasai oleh China...., maka otomatis produk asing closed file. Sama halnya dengan pertanian...; seperti kedelai..., gandum..., dan kapas. China sudah mengurangi produk impor dari AS..., dan itu bisa berkurang mencapai lebih dari USD 100million/thn. Mengapa...? Itu bukan karena China mengembargo produk pertanian AS untuk masuk ke China...; tetapi karena keberhasilan meningkatkan produksi pertaniannya.., maka dari itu setiap tahun China bisa mengurangi kertegantungan impornya. Berkat kerja keras..., mereka menemukan bibit yang hebat dan teknologi proses budi daya tanam yang bisa meningkatkan produksi berlipat di atas lahan yg kritis. Berbeda dengan AS...; penetapan kenaikan tarif produk China masuk ke AS..., lebih karena alasan sentimen akibat neraca perdagangan AS yang tekor terhadap China. Padahal..., produk China yang dikenakan tarif tinggi itu..., produksinya sangat kurang di AS dan bahkan pabrik banyak yang tutup. Perhatikan China melarang/menerapkan tarif tinggi terhadap produk impor..., karena produksi dalam negeri sudah melimpah...., dan AS menerapkan tarif tinggi impor justru dalam negeri kurang produksinya Jadi yang dirugikan atas kebijakan tarif impor tinggi Trump..., adalah rakyat AS sendiri. Rakyat AS terpaksa membeli dengan harga mahal..., karena kebijakan Presidennya sendiri Itu sebabnya perang dagang..., hanya propaganda kegagalan Trump menyelesaikan masalah ekonomi AS. Bagi China itu dihadapi dengan kesabaran tinggi..., dan AS tetap menjadi mitra terbaik China. Rahayu...

Jumat, 06 Desember 2019

Amandemen UUD 1945 presiden 3 periode

ASERTIF... TEGAS, LANGSUNG, JUJUR. Presiden Joko Widodo pada akhirnya buka suara terkait wacana perpanjangan masa jabatan presiden menjadi 3 periode yang menuai polemik. Presiden Jokowi menegaskan menolak usulan yang masuk dalam rangkaian amandemen UUD 1945 itu. Pengusaha Sandiaga Uno tegas menolak untuk ikut bergabung dalam direksi di perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Mantan wakil Gubernur DKI Jakarta ini memastikan bakal berkecimpung di dunia ekonomi sekaligus politik bersama Partai Gerindra. Siapa yang pernah baca karya Jean-Paul Sartre? Nah pada Oktober 1964, sastrawan asal Prancis ini menolak penghargaan Nobel Sastra yang diberikan kepadanya, Ia mendapat penghargaan tersebut atas karyanya yang dinilai inspiratif dengan mengemukakan ide-ide semangat kebebasan dan upaya mencari kebenaran. Sartre mengatakan bahwa alasan penolakan itu didasari pertimbangan pribadi dan obyektivitas. Contoh diatas adalah sikap asertif atau tegas, yang diwujudkan dalam gaya komunikasi. Ada 3 gaya komunikasi yang biasa digunakan manusia. Jenis-jenis ini adalah: 1. Agresif langsung: suka memerintah, sombong, tidak toleran, berprasangka. Agresif tidak langsung: sarkastik, menipu, ambigu, menyindir, manipulatif, dan menimbulkan rasa bersalah 2. Pasif: meratap, merintih, tak berdaya, tunduk, bimbang, dan minta maaf 3. Asertif: tegas, langsung, jujur, bertanggung jawab, dan spontan Komunikasi asertif adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain. Komunikasi asertif juga kemampuan untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan positif dan negatif secara terbuka, jujur ​​dan langsung. Individu yang mampu berkomunikasi asertif, dapat dikatakan memiliki sikap asertif atau sikap tegas. Bersikap asertif berarti individu mengekspresikan diri secara efektif dan membela sudut pandang sendiri, dan juga menghormati hak dan kepercayaan orang lain. Bersikap asertif juga dapat membantu meningkatkan harga diri dan mendapatkan rasa hormat orang lain. Hal ini dapat membantu mengatasi stres, terutama jika individu cenderung kesulitan mengatakan “tidak”. Dengan ketidak mampuannya untuk menolak permintaan orang lain, maka individu menambah “beban kerja”, yang sebenarnya bukan menjadi tanggung jawabnya. Bersikap asertif juga dapat menciptakan hubungan yang jujur, saling menghormati. Individu yang bersikap asertif berbeda dengan individu yang bersikap pasif, dan “nrimo” Budaya Timur menyebabkan individu sering bersikap pasif. Individu yang bersikap pasif, mungkin terlihat santun, dan cenderung menghindari konflik. “ Pesan” komunikasi yang di kirim memberi kesan bahwa pikiran dan perasaannya tidak sepenting pikiran dan perasaan orang lain. Intinya, ketika individu terlalu pasif, Ia memberi orang lain “hak” untuk mengabaikan keinginan dan perasaannya. Niat individu mungkin untuk menjaga hubungan baik. Tapi bila selalu mengatakan “ya “ bisa merrugikan diri sendiri. Dan lebih jauh lagi, hal ini dapat menyebabkan individu mengalami konflik internal karena kebutuhan nya dan kebutuhan keluarganya selalu menempati urutan kedua. Jika gaya individu agresif, ia bisa dianggap sebagai pengganggu yang mengabaikan kebutuhan, perasaan, dan pendapat orang lain. Individu yang bersangkutan tampak benar sendiri atau lebih “tinggi” dari orang lain. Orang yang sangat agresif dapat mempermalukan dan mengintimidasi orang lain. Sikap Agresif mengurangi kepercayaan dan saling menghormati, sehingga menimbulkan kebencian dari orang lain. Kembali pada komunikasi Asertif. Kriteria kualifikasi untuk pernyataan ASERTIF ada dua: 1.Anda dengan jujur ​​mengungkapkan pikiran dan perasaan Anda, dan 2. Anda melakukannya dengan cara yang menunjukkan rasa hormat terhadap perasaan, keinginan, atau kebutuhan orang lain. Presiden Jokowi sudah 21 kali menolak pemberian gelar doktor honoris causa dari berbagai lembaga perguruan tinggi di dalam dan luar negeri. Ketika ditanya alasannya, beliau hanya menjawab : “Saya kan hanya insinyur kehutanan dari UGM. Itu saja sudah cukup”, sambil tersenyum. “Mengetahui diri sendiri adalah awal semua kearifan.” – Aristotle Merdeka! 🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩
RTS

Kamis, 05 Desember 2019

FPI LANJUT APA BUBAR

FPI: on genealogy 
Oleh: Iskandar Hadrianto *)
 “Mengkaitkan FPI dengan diskursus politik c.q. penistaan agama dalam kasus Basuki “Ahok” Tjahaya Purnama adalah pandangan uprooted zonder ‘der gegenstand’ holistic. Untuk Itu perlu verifikasi, ‘due diligence’, apakah FPI gerakan syiar atau galiisme/premanisme berkedok agama (baca: Islam) dengan agenda khilafah dais?” Kulminasi pro-kontra tentang Front Pembela Islam - FPI sudah sampai pada critical masses (titik-didih). Lepas dari tujuan, AD-ART organisasi massa (ormas) yang menamakan dirinya sebagai “pembela Islam” dan memiliki ayatollah (imam besar) Hadromi bernama Rizieq Shihab, seharusnya perdebatan pro-kontra bersifat mature (matang, komprehensif). Disini tak perlu lagi dibahas, FPI sebagai paramilitary bentukan oknum TNI sebagai konsekuensi ‘gegeran’ Reformasi 1998. Semua orang tahu. Intinya, yang terpenting adalah “what’s next” terkait Surat Keterangan Terdaftar (SKT) bagi Ormas. Termasuk pengerian “khilafah” yang kepada publik (men in the street) juga ummat agama lain; harus dijelaskan oleh para ayatollah MUI (Majelis Ulama Indonesia) sebagai wadah ‘gerontolocracy’ para kyahi model Tarekat di Qom Iran dengan fatwa ultimate. Dilain pihak “what if” jika zonder dicantumkannya Pancasila dalam AD-ART nantinya ‘behavior’ Ormas FPI menyimpang dari cita-cita NKRI yang berideologi Pancasila dan berlandasan dasar Konstitusi (baca: UUD-1945). Atau alih-alih FPI mimicry (mbunglon) macam Nasional Demokrat; dari ormas jadi Partai Nasdem dibawah Oom Brewok Surya Paloh. Ngaku saja, yang ditakutkan khalayak umum (mayoritas) adalah jika kekuatan FPI jadi kuda tunggang politik yang mengarah pada Piagam Jakarta. Atau bahkan daulah islamiya dengan amirulmukminin model khalifatullah Abubakar pasca wafatnya Nabi Besar Muhammad s.a.w. Dalam konteks ini, dedongkot & para anggota FPI juga harus menyadari ‘ketakutan’ mayoritas ummat Islam Indonesia plus minoritas ummat agama non-islam; termasuk WNI yang antum sebut ‘non-pribumi’ keturunan Cina. Aneh-nya Hadromi (turunan Arab) koq tidak disebut non-pribumi. Apakah kita (inlanders non-Arab non-Cina) memang bahlul? PeKokNdeLi? Guoblok setengah hidup? Kembali ke FPI. Dik Rizieq Shihab (adik klas Ibu Negoro di SMP-40 Pejompongan sebelah SD-2) WNI keturunan penjual biang (bibit) parfum (minyak wangi) ini okem (suka dugem). Dipecat dari SMP-40 akibat mbejujag, othal-othalan (baca: nakal liar pol model encik cilik - bocah arab). Akhirnya lulus SMP Penabur (Kristen). Sang ‘preman’ Rizieq itu sejak muda konconya lintas-agama. Suatu ketika tahun mid1990-an dalam reuni SMP-40 Habib Rizieq Shihab (HRS) datang pakai jeans dan baju kaos. Tak heran kepalanya diuyeg-uyeg teman & senior yang heran, koq ente bisa jadi Habib story nya gimana? Bahkan setelah dinobatkan sebagai ayatollah FPI pasca 2000, HRS kumpul teman ex-SMP 40 tidak pernah sekalipun nampak bersorban & baju gamis. Ummatnya saja yang pontificate (mem-Paus-kan) HRS sebagai keturunan Nabi Muhammad dan dielu-elukan sebagai ayatollah - imam besar. Model santri gudigen (baca: non educated moslem) yang tidak begitu faham Qur’an, Hadist, Fiqh, Adab (history) apalagi kitab kuning; kecenderungannya cari role model. HRS yang habis dicelub (dikirim ke Arab Saudi) entah belajar Islam atau sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia)yang faham Bahasa Arab seperti anak encik (bocah turunan Hadromi Arab) Sarkliwon, Pekalongan, Krukut, Condet lainnya ... koq pulang bersorban, ngaku habib dan jadi gegedug ngeslam. Bisa jadi sangking mlaratnya njit (Mbah) dan Abah (Papà)-nya encik cilik dikirim ke Hadramaut atau Jazirah untuk kerja di Negeri petro-dollar. Sembari belajar kefasihan berbahasa Arab& ilmu agama. Pulang ngaku Syech (guru) bahkan habaib. Inlanders memang mudah kagum pada produk asing atau yang berbau asing. Lihat saja dikampung-kampung. Guruku ngaji Ustadz Mudakir Muhsin Drs. Geography nggak dipandang sebelah mata jika di pengajian muncul Abdullah Taufail Saputra (Pakistani), Ba’asyir atau Sungkar yang ngArab Hadromi. Kyai Sahlan Rosidi bapaknya Mbak Fadillah ex Menteri Kesehatan pun ‘kalah awu’. Yang lebih dihormati para Santri Gudigen inlanders bahlul adalah ngustadz asing atau berbau asing. Tuch dia contoh, Wan Jaber bakul (penjual) jinten (kapulaga, cardamon) yang suka ditayangkan TV pengajian akbar di area PasarMinggu, Zaki Encik ‘lolak-lolok’ Sarkliwon, Syech kakaknya Jamal tengkor imam Masjid Segaff Wiropaten... jadi kabib tiban. Padahal kecilnya kutahu mereka khattam baca Qur’an pun kagak. Habib Syech? Okey Doki lah, dengan salawat badar yang dilantunkan mengandung ajaran seperti Kitab Ambiyo RNg. Yosidipuro pujangga Kraton (Tafsir al-Qur’an Jawen karya Ki Bagus Ngarfah tahun 1905). Tapi sorry to say & with all due respect saya pribadi kagak percaya ada habaib yang keturunan Nabi. Ingat, anak Fatmah (Sitti Fatima) dengan Bagendo ngAli - Sayyidina Ali) Hassan & Hussein dibantai Muawiyyah dan kaum Khawarij. Anak lelaki Fatmah lainnya miskram (miss carried) atau lahir premature dan meningggal. Sementara dalam kultur Kabilah garis keturunan dari wanita tidak diakui. Para Hadromi yang mengklaim diri sebagai habaib mungkin mengikuti Manzab bani Hasyim (Hashemite) seperti Raja Hussein dan Abdullah di Urduun (Jordan) yang keturunan at-Talal. Sedangkan as-Saud berkuasa di Saudi Arabia; ditunjuk British Authority sebagai Sheriff Makkah. Hadromi (orang asal Hadramaut (Yemen) katanya yang bermarga Alawiyin (keturunan Ali bin Abu Thalib menantu Rasulullah) “arrabithah al-alawii” dan berhak menyandang gelar Sayyid dan bersorban hijau. Di lain pihak ada Irsyadi (vide: ormas al-Irsyad) yang dianggap kastanya lebih rendah seperti Sungkar; termasuk marga ber-awalan Ba (Ba’Asyir Bawasir, Basalamah dsb). Tapi awas, Baudeh Itu Cina. Sebutan Arab Hadromi mal’un yang pikirnya semua Cina Itu Buddha (baca: baudeh). Tak jelas yang bin Sungkar Alurmeh Itu apa seperti 2nd class atau sederajat dengan Bani Thabathaba & Bani Hussein Di Tabristan (Iran). Alurmeh berkembang sampai Gujarat, lantas masuk Nusantara. Point to ponder: Apakah FPI identik Hizbut Tahrir (HTI) yang berakar ajaran Sayyid Qutb, Hasan al-Bana ataukah Wahabiisme? Rasa-rasanya bukan. Juga bukan waham dais - daulah islamiya al-Bhagdadi yang berkembang sebagai embryo ISIL (Islamic State in Iraq & Levant/Syria). Juga bukan ideologi Baathist (sosialisme Islam) model Saddam Hussein dan Hafez al Assad yang dilanjutkan anaknya: Bashar. FPI tidak juga mencita-citakan al-jamahiriya sebagaimana Muamar Khadafi. HTI jelas wahabi. Doktrin FPI yang dikenal luas adalah membela Islam. Namun apa yang dibela dan dari ancaman apa, tanyakan saja pada rumput yang bergoyang. Namun Negara jangan sampai jadi authoritarian government yang mengekang kebebasan Rakyat dan menutup ruang publik (civil space) bagi perdebatan yang bermanfaat untuk “nation and character building”. Lantas bagaimana jika FPI akhirnya berubah jadi Darul Islam (DI) model Sekamadji Maridjan Kartosoewirjo atau TII (Tentara Islam Indonesia) antagonist TKR/TNI pimpinan Mayor Munawar (Batalyon 426) dan Sofyan Lasykar Hisbullah? Jadi ingat ceritera almarhum bapak. Munawar & Sofyan teman main & ngaji. Tapi begitu mereka ikut waham DI-TII Kartosoewirjo - jadi musuh. Karena mereka mengingkari cita-cita luhur NKRI yang berdasarkan Pancasila & UUD-1945. FPI berkembang sebagai embryo al-jamahiriya khalifatullah seperti model Fatimith-Abassyith-Umayyith? Meskipun usia sudah 65tahun demi tegaknya NKRI dan Islam yang “rahmatanlilalamin” (membawa rahmat, menaungi semua makhluk ciptaan Tuhan) kita masih bersedia membasmi sampai ke akar-akarnya. No further discussion jika FPI sebagai ormas bergerak di bidang sosial, dakwah (non Khawarij wal Wahabi wal Dais) dan bersikap toleran terhadap non-Islam plus minoritas WNI. *) United Nations University Academy graduate, APCSS alumnus

Sabtu, 16 November 2019

Test the Water, Ahok politik dan psikologi

ISU POLITIK
Ini adalah bagian dari ilmu strategi dan politik "taste the water ", mencoba menjajagi adakah reaksi ataupun respon dari masyarakat bila nama ini dimunculkan
Reaksi akan dilihat murni apa rekayasa. Dari situ baru di putuskan apakah saatnya Ahok bisa menjabat lagi.
Ilmu ini juga bisa dipakai untuk pengalih perhatian dengan apa yang sesungguhnya terjadi karena kesulitan yang dihadapi pemerintah ataupun situaai politik saat itu.
Dirinjau dari kacamata psikolok maka, nama Ahok saat ini muncul menjadi topik pembicaraan, walaupun sebenarnya nama tersebut tidak pernah tenggelam. Ahok disebut-sebut akan menduduki posisi strategis sebagai petinggi BUMN. Mantan gubernur DKI ini terkenal dengan etos kerjanya yang positif. Baginya Integritas menjadi modal utama dalam bekerja yang tidak bisa ditawar. Akibatnya banyak orang yang “kecewa” ketika Ahok menjadi orang nomer 1 di DKI. Setelah “beristirahat” selama beberapa tahun tidak ikut aktif dalam lingkungan pemerintah, akhir-akhir ini namanya muncul kembali. Mendengar nama Ahok akan menjadi petinggi organisasi, ada orang-orang yang “panas dingin” karena merasa akan terancam eksistensinya. Dengan “gagah berani” mereka melakukan unjuk rasa menyatakan penolakan pada Ahok. Pikiran rasional kalah dengan emosi yang meledak-ledak. Mereka tidak sadar, bukannya sifat pemberani yang menjelma sebagai perilaku seperti yang tampak, tetapi mereka sebenarnya sedang mengalami stress. Stress merupakan tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun secara mental terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam Situasi dan tekanan psikologis yang memicu munculnya stress dikenal sebagai stressor. Ada beberapa penyebab, yaitu alasan eksternal dari luar diri individu, dan alasan internal dari dalam diri individu. Penyebab eksternal, antara lain: Perubahan besar dalam hidup atau pekerjaan, terutama perubahan struktur dan kebijakan perusahaan. Apabila Ahok jadi pimpinan perusahaan, sudah pasti dia akan melakukan perubahan ditempat yang memerlukan. Hal ini tidak disenangi oleh pemuja status quo, yang ingin mempertahankan keadaan seperti sekarang. Mereka yang merasa “nyaman” bermain-main dalam organisasi, akan dipaksa kerja keras dan mematuhi jobdes yang ada. Bekerja keras, disiplin, tanggung jawab, jujur dan tidak mencuri. Kalau tidak mau, silahkan keluar dari perusahaan. Kalau keluar, mereka bisa mengalami kesulitan dalam masalah keuangan.
 Hal ini menyebabkan stress yang berat. Penyebab internal: 1. Kesehatan terutama jika individu memiliki penyakit kronis seperti penyakit jantung 2. Aspek kepribadian, seperti emosi, yang berupa kesedihan, dan rendah diri 3. Pikiran yang negatif dan kaku, tidak fleksibel, atau tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Akumulasi aspek eksternal dan internal yang ada berpotensi menimbulkan stress bagi individu/karyawan Akibat stress adalah Munculnya kemarahan yang meledak-ledak Marah merupakan suatu respon dalam bentuk emosi yang dapat menimbulkan perilaku agresif seperti melakukan unjuk rasa dan kekerasan. Stress akan meningkatkan ekskresi hormon adrenalin yang menyebabkan jantung berdetak lebih cepat. Akibatnya, pada kondisi ini individu cenderung lebih sulit untuk relaks dan menjadi lebih mudah marah. Hal ini perlu dihindari karena meluapkan kemarahan dengan kekerasan dapat menimbulkan sesuatu yang bisa menjadi sumber stress yang baru, antara lain berurusan dengan pihak keamanan dan penegak hukum. Terapi mengelola stres antara lain dengan 1. Relaksasi atau meditasi. 2. Dukungan keluarga juga sangat penting dalam pemulihan seseorang dari gangguan stres 3. Merubah cara pandang/pola pikir. Kedatangan AHok jangan dianggap sebagai “ancaman” tetapi anggaplah sebagai “tantangan” dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan organisasi. “Siapa pun bisa marah-itu mudah.Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik-bukan hal mudah.” Aristoteles Filsuf Yunani Merdeka! 🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩RTS

Kamis, 14 November 2019

SELAMAT DATANG DIMASA DEPAN

 Ber-siap siap shifting karena gaya hidup para milenial
Lihat apa yang sudah terjadi Satu lagi dampak evolusi ekonomi pergeseran perilaku ... hari ini beberapa store Giant tutup, Lotus tutup mungkin bangkrut.... Selamat membaca tulisan analisa di bawah ini yang cukup menarik: How Millennials Kill Everything Oleh : Yuswohady Judul tulisan ini bakal menjadi judul buku baru. Mudah-mudah buku ini bisa keluar dalam 2-3 bulan ke depan. Coba googling dengan kata kunci “millennials kill”, maka Anda akan mendapati betapa millennial adalah “pembunuh berdarah dingin” yang membunuh apapun. Di halaman pertama hasil pencarian Google saya menemui judul-judul menyeramkan seperti ini: “RIP: Here Are 70 Things Millennials Have Killed” “Things Millennials Are Killing in 2018” “Millennials Kill Again. The Latest Victim? American Cheese” “Millennials Are Killing the Beer Industry” “How Millennials Will Kill 9 to 5 Job?” Bahkan ada situs yang menulis: “The Official Ranking of Everything Millennials Have Killed.” Di dalamnya peringkat produk dan layanan yang paling cepat “dibunuh” oleh milenial. Ada dalam urutan peringkat itu produk-produk seperti: berlian di urutan 29; golf di urutan 23; department store di urutan 20; sabun batang di urutan 15; kartu kredit di urutan 10; dan bir di urutan 5. Millennials Kill Everything New.
Kenapa milenial bisa menjadi “pembunuh berdarah dingin”
bagi begitu banyak produk dan layanan? Karena perilaku dan preferensi mereka berubah begitu drastis sehingga produk dan layanan tersebut menjadi tidak relevan lagi, alias punah ditelan zaman. Contohnya golf. Tren dunia menunjukkan, sepuluh tahun terakhir viewership ajang-ajang turnamen golf bergengsi turun drastis setelah mencapai puncaknya di tahun 2015. Tahun lalu bahkan turun drastis 75%. Porsi kalangan milenial yang menekuni olahraga ini juga sangat kecil hanya 5%. Olahraga elit ini memang digemari kalangan Baby Boomers dan Gen-X, namun tidak demikian halnya dengan milenial. Celakanya, semakin surut populasi Baby Boomers dan Gen-X, maka semakin tidak populer pula olahraga yang lahir sejak abad 15 ini. Dan bisa jadi suatu saat akan puhah. Yang sudah kejadian sekarang adalah departement store. Tahun lalu kita menyaksikan departement store di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Matahari, Ramayana, Lotus) pelan tapi pasti mulai berguguran. Sumber penyebabnya adalah milenial yang bergeser perilaku dan preferensinya. Pertama karena mereka mulai berbelanja via online. Kedua, milenial kini tak lagi heboh berbelanja barang (goods), mereka mulai banyak mengonsumsi pengalaman (experience/leisure). Mereka ke mal bukan untuk berbelanja barang, tapi cuci mata, nongkrong dan dine-out mencari pengalaman penghilang stress. Pasar properti beberapa tahun terakhir seperti diam di tempat. Alih-alih semua pelaku berharap ini hanya siklus “bullish-bearish” biasa yang nanti akan naik dengan sendirinya, saya curiga ini adalah kondisi “bearish berkelanjutan” sebagai dampak terbentuknya “new normal” perekonomian kita yang melesu dalam jangka panjang. Mungkin biangnya bisa berasal dari pergeseran perilaku dan preferensi milenial. Beberapa kemungkinannya: Milenial mulai menunda nikah, menunda punya rumah, dan menunda punya anak. Belum lagi minimalist lifestyle yang kini banyak diadopsi milenial mendorong mereka memilih rumah ukuran mini. Program KB yang sukses membuat late Baby Boomers dan Gen-X membentuk keluarga kecil dengan dua anak. Dengan jumlah anggota keluarga yang kecil, maka anak-anak mereka (milenial) cenderung menempati rumah orang tua dan sharing dengan sesama saudara. So, tak perlu beli rumah baru lagi. Ini yang menjadi biang kenapa market size properti cenderung mandek. Tak hanya itu, tempat kerja pun nantinya pelan tapi pasti bisa “dibunuh” oleh milenial. Bagi Baby Boomers dan Gen-X bekerja rutin tiap hari masuk kantor dari jam 8 pagi sampai 5 sore (“8-to-5”) adalah sesuatu yang lumrah. Namun tak demikian halnya dengan milenial. Milenial mulai menuntut fleksibilitas dalam bekerja. Bekerja di manapun dan kapanpun bisa asal kinerja yang dikehendaki tetap tercapai. Kini mereka mulai menuntut pola kerja: “remote working”, “flexible working schedule”, atau “flexi job”. Survei Deloitte menunjukkan, 92% milenial menempatkan fleksibilitas kerja sebagai prioritas utama.
Tren ke arah “freelancer”, “digital nomad” atau “gig economy” kini kian menguat. Kerja bisa berpindah-pindah: tiga bulan di Ubud, empat bulan di Raja Ampat, tiga bulan berikutnya lagi di Chiang May. Istilah kerennya: workcation (kerja sambil liburan). Apa dampak dari millennial shifting tersebut terhadap kantor-kantor yang masih menerapkan working style ala Baby Boomers dan Gen-X? So pasti kantor-kantor jadul itu akan ditinggalkan angkatan kerja yang nantinya bakal didominasi milenial. Kantor itu akan punah dan melapuk. Millennials will kill everything!!! Have we change the way we do our business in order to face the millenials way of life Beberapa prediksi menarik :
1. Bengkel perbaikan kendaraan akan hilang. 2. Mesin yang menggunakan bensin memiliki 20.000 bagian. Motor yang menggunakan listrik hanya memiliki 20 bagian. Mobil listrik dijual dengan garansi seumur hidup dan hanya diperbaiki oleh dealer. Hanya perlu waktu 10 menit untuk mencopot dan mengganti motor yang menggunakan listrik.
3. Motor listrik tidak diperbaiki di dealer tetapi akan dikirim ke bengkel perbaikan regional yang akan memperbaikinya menggunakan robot.
4. Motor listrik anda yang gagal fungsi akan ditunjukkan oleh lampu yang menyala, lalu anda akan pergi ke tempat yang menyerupai mesin cuci mobil, dan mobil anda akan ditarik sementara anda ngopi dan motor mobil anda akan diganti dengan yang baru.
5. SPBU atau pomp bensin akan hilang.
6. Meter parkir akan digantikan oleh meter dispenser listrik. Banyak perusahaan akan memasang stasiun isi ulang listrik; sebenarnya hal itu sudah dimulai.
7. Kebanyakan pabrik kendaraan (yang cerdas) telah mengalokasikan uangnya untuk mulai membangun pabrik yang hanya membuat mobil listrik.
8. Industri batu bara akan hilang. Perusahaan minyak dan gas akan hilang. Pengeboran minyak akan hilang. Ucapkan selamat tinggal kepada OPEC.
9. Rumah2 akan menghasilkan dan menyimpan energi listrik pada siang hari dan akan menggunakan serta menjualnya listriknya ke grid. Grid akan menyimpan dan menyalurkannya ke industri yang banyak menggunakan listrik. Apakah anda sudah melihat atap Tesla?
10. Bayi sekarang hanya akan melihat mobil pribadi di musium. Masa depan mendekati kita lebih cepat daripada yang bisa kita tangani.
11. Pada tahun 1998 Kodak memiliki 170.000 pegawai dan menjual 85% foto kertas di seluruh dunia. Hanya dalam beberapa tahun model bisnis mereka hilang dan mereka bangkrut. Siapa yang mengira itu akan terjadi? 12. Apa yang terjadi pada Kodak dan Polaroid akan terjadi di kebanyakan industri dalam 5-10 tahun yang akan datang... dan kebanyakan orang tidak melihat itu akan terjadi.
13. Apakah pada tahun 1998 anda mengira bahwa 3 tahun setelahnya anda tidak akan pernah lagi mem-foto menggunakan film?. Dengan telepon cerdas sekarang, siapa yang masih memiliki kamera dengan film?.
14. Kamera digital ditemukan tahun 1975. Barang pertama hanya memiliki 10.000 piksel, tetapi mengikuti hukum Moore. Dengan perkembangan teknologi yang eksponensial, barang yang semula mengecewakan menjadi super dan menjadi mainstream hanya dalam waktu yang singkat.
15. Hal itu terjadi lagi (tapi jauh lebih cepat) dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence), kesehatan, kendaraan listrik, pendidikan, pencetakan 3D, agrikultur dan lapangan pekerjaan.
16. Lupakan buku 'Kejutan Masa Depan', ucapkan selamat datang kepada Revolusi Industri keempat.
17. Software telah dan akan terus mengacaukan banyak industri tradisional dalam 5-10 tahun mendatang.
18. Uber (seperti halnya Gojek di Indonesia) hanya piranti software, mereka tidak memiliki mobil, tapi sekarang mereka adalah perusahaan taksi terbesar di dunia! Tanyakan pada supir taksi apakah dulu mengira hal itu akan terjadi.
19. Airbnb sekarang adalah perusahaan hotel terbesar di dunia, walaupun mereka tidak memiliki properti apapun. Tanyakan pada hotel Hilton apakah dulu mereka mengira hal itu akan terjadi.
20. Artificial Intelligence: komputer akan menjadi lebih baik secara eksponensial dalam hal memahami dunia. Tahun ini, komputer mengalahkan pemain game terbaik kdi dunia, 10 tahun lebih cepat daripada yang diharapkan.
21. Di USA, pengacara muda sudah tidak memiliki pekerjaan. Berkat Watson IBM, anda bisa memperoleh nasehat hukum dalam hitungan detik (saat ini untuk hal-hal dasar), dengan akurasi 90% dibandingkan 70% akurasi yang dilakukan manusia. Jadi jika anda belajar hukum, berhentilah segera. Kebutuhan pengacara akan berkurang 90%, hanya spesialis serba tahu yang masih akan tetap bertahan.
22. Watson telah membantu perawat dalam mendiagnosa kanker, 4 kali lebih akurat dibandingkan perawat manusia.
23. Facebook sekarang memiliki software pengenal pola yang dapat mengenali wajah jauh lebih baik daripada manusia. Pada tahun 2030 komputer akan lebih cerdas daripada manusia.
24. Kendaraan otomotif: Pada tahun 2018 mobil tanpa supir pertama sudah muncul. Dalam waktu 2 tahun ke depan seluruh industri akan dikacaukan. Anda tidak akan ingin memiliki mobil lagi karena anda akan memanggil mobil dengan telepon anda, mobil itu akan muncul di lokasi anda, dan mengantarkan anda ke tempat tujuan anda. Tidak perlu bingung memarkir mobil itu, anda hanya akan membayar jarak tempuh dan anda dapat tetap produktif selama berkendara. Anak-anak jaman sekarang tak pernah punya sim dan tak pernah memiliki mobil.
25. Hal itu akan mengubah kota-kota kita, karena kita hanya perlu mobil 90-95% lebih sedikit. Kita dapat mengubah lahan2 parkir menjadi taman-taman kota.
26. Sekitar 1,2 juta orang meninggal karena kecelakaan tiap tahun, termasuk yang disebabkan mengendarai sambil mabuk. Sekarang kita memiliki satu kecelakaan tiap 60.000 mil; dengan kendaraan tanpa supir angka itu akan turun menjadi 1 kecelakaan tiap 6 juta mil. Ini akan menyelamatkan jutaan nyawa tiap tahunnya.
27. Kebanyakan perusahaan mobil tak diragukan lagi akan menjadi bangkrut. Perusahaan mobil tradisional hanya mencoba pendekatan evolusioner dan hanya berusaha membuat mobil yang lebih baik, sementara perusahaan teknologi (Tesla, Apple, Google) melakukan pendekatan revolusioner dan membangun komputer di atas roda. 29. Lihat apa yang dilakukan Volvo sekarang; tidak ada lagi mesin pembakaran internal di kendaraan mereka mulai tahun ini untuk model 2019, semua menggunakan listrik atau hybrid, dengan maksud nantinya akan melenyapkan pula model2 hybrid.
28. Banyak ahli-ahli teknik di Volkswagen dan Audi takut terhadap Tesla, dan memang seharusnya begitu. Lihat semua perusahaan yang menawarkan mobil listrik. Beberapa tahun lalu keberadaan mereka tidak bisa dirasakan.
29. Perusahaan asuransi akan mengalami kesulitan masif; tanpa kecelakaan, biaya akan menjadi lebih murah. Model bisnis asuransi mobil akan hilang.
30. Real estate akan berubah. Jika orang bisa bekerja pulang-pergi, mereka akan tinggal di tempat yang jauh untuk hidup di lingkungan yang lebih terjangkau dan lebih menyenangkan.
31. Mobil listrik akan menjadi mainstream pada tahun 2030 an. Kota menjadi tidak berisik karena semua mobil baru akan menggunakan listrik. 32. Kota juga akan memiliki udara yang lebih bersih. 33. Listrik akan menjadi sangat murah dan bersih. 34. Produksi listrik tenaga surya telah mengalami kurva pengembangan eksponensial selama 30 tahun, tetapi sekarang anda dapat melihat dampak perkembangan tersebut. Dan sekarang perkembangan itu sedang dipacu lebih kencang lagi. 35. Perusahaan energi fosil sedang berusaha mati2an membatasi akses ke grid untuk mencegah munculnya pesaing yang muncul dari instalasi listrik tenaga surya di rumah-rumah, tetapi upaya itu tidak akan bisa berlanjut - teknologi tidak akan bisa dibendung.
36. Kesehatan: Harga Tricorder X akan diumumkan tahun ini.
37. TV dan Koran akan mati dengan sendirinya, siapa yang sekarang baca koran atau siapa yg sekarang melihat TV sebagian kecik orang-orang tua diatas 50 tahun. Millenial beralih ke Youtube dan sejenisnya lebih cepat.
38. Layanan Perbankan dan Ticketing sudah swa Mandiri tidak perlu Customer Service atau Teller akan ada jutaaan profesi pekerjaan yang hilang 10-20 tahun kedepan. Sudah siapkah kita Banyak perusahaan akan membuat perangkat medikal (yang disebut 'Tricorder' dalam film Star Trek) yang bekerja dengan telepon anda, yang akan memindai retina anda, sampel darah anda, dan napas anda. Lalu dia akan menganalisa 54 bio-marker yang akan meng identifikasi hampir semua jenis penyakit. Saat ini sudah terdapat lusinan aplikasi telepon untuk tujuan kesehatan.
SELAMAT DATANG MASA DEPAN ...dia sebenarnya sudah datang beberapa tahun yang lalu...siap tidak siap sangat mungkin terjadi.....seperti di kemukakan Chairul Tanjung Bos Trancorp di Pesta Wira Usaha TDA 2010 hanya 3 Industri yang akan bertahan yaitu FEW = Food, Energy and Water.

Rabu, 13 November 2019

Hancurkan Batu Ginjal Dengan Air Kelapa hijau

HANCURKAN BATU GINJAL DENGAN AIR KELAPA KOPYOR. BATU AKAN LEMBUT SEPERTI KOPYOR

Orang kaya mengatasi batu ginjal sampai harus ke Amerika. Ini pengalaman Pak Dahlan Iskan yang ditulis hari ini dalam Disway.id. Orang miskin, cukup dengan minum kelapa hijau. Tokcer. Segar, lezat, dan ampuh. Batu ginjal luruh berkeping-keping seperti gamping disiram air. Lalu keluar deras bersama air kencing. Ini pengalaman saya dan entah berapa banyak yang sudah membuktikan. Sebetulnya sebagian tulisan ini adalah komentar saya atas tulisan Pak Dahlan yang dishare hari ini. Gara-gara ini ada beberapa teman yang inbox minta resepnya. Baiklah.
Sebelumnya ijinkan saya berkisah dulu. Pada tahun 2001, sore maghrib itu, saya mengalami sakit yang luar biasa saat buang air kecil. Mampet. Panas dingin menahan sakitnya. Air kencing sampai berdarah. Ternyata itu yang disebut batu ginjal. Sebelumnya saya hanya melihat kakak saya sampai menangis menderita hal yang sama. Setelah mencoba berbagai obat dan tidak mempan, kakak saya itu akhirnya mendapat resep jitu. Resep para leluhur. Dengan resep tersebut, saya sembuh. Tidak pakai lama. Minum abis maghrib, di pagi subuh saat buar air kecil mak byooor. Amazing. Beberapa tahun berikutnya, saat mudik lebaran, ada kerabat yang bercerita kalau mau operasi batu ginjal. Rasa sakit dia rasakan makin sakit saja. Itu karena ditambah dengan memikirkan biaya operasinya. Saya katakan: "Tenang. Nggak usah cemas". Lalu saya berikan resep ampuh pemunah batu kristal itu. Lebaran tahun berikutnya, ia bercerita dengan penuh suka cita. Resep yang saya berikan itu telah membebaskan dia dari meja operasi. Kisah itu pun viral di desa sana. Begitulah. Setiap ada yang menderita batu ginjal, saya berikan resep ini. Entah sudah berapa banyak orang. Dan sejauh ini belum ada yang gagal. Nah. Ini dia resep mujarab penghancur batu ginjal itu. Silahkan petik, manjat pohonnya, atau beli kelapa hijau di pasar. Biar tidak repot mintalah penjual sekalian memangkas bagian atasnya agar nanti mudah membuat lubang. Oh iya. Anda harus paham. Yang namanya kelapa hijau asli, sabutnya justru berwarna merah seperti di foto ini. Caranya, masaklah air di panci hingga mendidih. Setelah mendidih matikan kompor. Kemudian masukkan kelapa hijau itu utuh ke dalam panci berisi air mendidih itu. Lalu tutup. Diamkan selama 10 menit. Selama 10 menit itu, silahkan dibolak-balik posisinya agar merata. Setelah itu, angkat kelapa hijau dari panci. Segera lubangi ujung atas kelapa itu dan tuangkan airnya ke dalam gelas. Sekarang minum airnya. Rasanya sungguh lezat dan segar. Setelah itu, silahkan tidur. Saat terbangun di pagi subuh, Anda akan terasa ingin buang air. Kini warna air kencing itu bukan coklat atau kuning lagi. Tetapi berwarna serperti air susu. Itu adalah batu ginjal yang sudah hancur. Lakukan hal itu maksimal tiga kali saja. Pengalaman saya, dengan dua kali minum, batu itu sudah hilang.

 https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10155704160161864&id=593706863

Senin, 11 November 2019

CHIN CHAI

*CHIN CHAI* ( Tidak terlalu banyak perhitungan / easy going ) 4 TIPE MANUSIA DALAM FILOSOFI CINA 
1. *Huang Ti Sen, Huang Ti Gu* (Badan raja, tulangnya juga tulang raja). Golongan ini adlh org kaya & jiwanya juga kaya & bisa menggunakan kekayaannya utk dinikmati, juga mau berbuat Amal/Kebajikan .
 2. *Huang Ti Sen, Ji Kai Gu* (Badan raja, tapi tulang pengemis). Golongan ini menggambarkan, org kaya tapi gak bisa menikmati uangnya. Kerjanya sibuk terus menerus utk mencari uang. Jgn kan utk berbuat kebajikan, setiap tindakannya saja dihitung untung-rugi nya. Memiliki mobil bagus cuma bisa di-elus2 saja, malah banyak supir atau pegawainya yg pakai. Dunianya cuma toko atau tempat kerjanya. Tahu2 sdh tua... (Banyak nih yg model gini di sekeliling kita).
3. *Ji Kai Sen, Huang Ti Gu* (Badan pengemis, tapi tulang raja). Golongan ini menggambarkan, org2 yg secara materi biasa2 saja, tapi bisa menikmati hidupnya. Walaupun hidupnya pas2an, tapi bermental kelimpahan & berjiwa sosial.
4. *Ji Kai Sen, Ji Kai Gu* (Badan pengemis, tulang juga pengemis). Golongan ini paling parah, sudah miskin bermental pengemis... sudah gak punya duit, mentalnya minta dikasihani terus, istilah kerennya bermental "poor me" atau kasihanilah saya. Dalam menjalani kehidupan ini, jika kita benar2 menjalankan ajaran kebajikan dgn benar, maka tdk mungkin bisa sampai terpuruk... Yang mesti diingat bahwa, *"Tidak punya uang itu hanya bersifat sementara, tapi kalau merasa Miskin itu Mental yg akan terus menempel dlm Pikiran & Perbuatan...*

BELAJARLAH HIDUP CHIN CHAI
Orang tua selalu menasehati kita kalau mau hidup banyak sahabat, relasi yang baik, keluarga harmonis, dagangan lancar dan hidup menjadi santai dan enjoy, maka jadilah orang yang "chin chai". Chin chai artinya tidak terlalu banyak perhitungan plus Easy Going.... Orang yang terlalu perhitungan setiap detik, otaknya dipenuhi dengan angka angka. Jiwanya disesaki oleh dua kata yang paling penting dalam hidupnya yaitu UNTUNG dan RUGI.... Hatinya selalu Cemas dan Gelisah memikirkan bagaimana meraup keuntungan habis habisan dan memblokir semua bentuk kerugian.... Serambut kerugian dipandang serius dan besar bagai Gunung Semeru. Suka Tarik Urat, bersilat lidah, ngotot dan gontok gontokan, hanya untuk masalah sepele.... Orang yang perhitungan tak pernah mau mengalah apa lagi memberi dan berkorban. Sikap perhitungan membuat hidup tegang, kuatir, capek dan menderita..... Belajarlah menjadi "chin chai". Orang 'chin chai' selalu mengalah dan memberi, toleransi dan pengertian, gampang bekerja sama, mudah diajak berunding, sehingga punya banyak sahabat.... Rejekinya lancar, hidupnya tenang, ceria dan tidak banyak "Gejolak". Dia dan keluarganya hidup lebih sehat, harmonis, bahagia dan enjoy.. Memang benar nasihat orang tua, *"CHIN CHAI" adalah Kunci Hidup Sukses dan Bahagia....* *
Selamat pagi dan selamat beraktivitas salam kebajikan*

Sabtu, 09 November 2019

DISRUPSI PENDIDIKAN INDONESIA

Dramaturgi Bertold Brecht Dikdasmen Ala Nadiem: "The Blind & The Doubt".
 Oleh Djoko Edhi S Abdurrahman, Anggota Komisi Hukum DPR (periode 2004 - 2009), Advokat, Wasek Lembaga Penyuluhan Bantuan Hukum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
 Tulisan di Sindo News "Nadiem Dan Disrupsi Pendidikan Kita", kurang lebih deskripsi dramaturgi Nadiem Makarim untuk rombak Kurikulum Dikdasmen. Presiden Jokowi pekan lalu, sudah perintahkan perombakan besar-besaran Dikdasmen dan Kebudayaan, dan PT, termasuk kurikulumnya. Luar biasa, belum pernah ada ahli yang berani bongkar pasang dikdasmen. Mau dimilenialkan karena ada hantu disrupsi. Ini sama dengan dramaturgi yang ditulis Bertold Brecht bertajuk "The Doubt & The Blind" (kerja sama si Bisu dan si Buta). Castingnya Nadiem si The Doubt, Jokowi si The Blind. Sebab Jokowi dan Nadiem sama-sama tak paham apa itu paedagogi, tapi mau merombak kurikulum besar-besaran, dikdasmen dan kebudayaan, sekaligus. Ahli dikbud kita dianggap usang, kuno, dan puritan. Kudu ditinggalkan menuju era disrupsi yang, samar-samar itu. Hallu habis, ditambah parno disrupsi, terpenting, inilah dia dua tokoh hebat revolusi kebudayaan ala Presiden Jokowi dan Mendikbud Nadiem! Keduanya tak berlatar pedagogi, tak punya ilmu budaya, tak punya empiriknya, tapi punya kekuasaan dan duit exploitationg der lhomme, parlhomme orang miskin ojol. Nanti saya urai profil keduanya. Mari simak dulu Yuswohadi, yang konon diorder menulis "Nadiem Dan Disrupsi Pendidikan Kita" di Sindo News, tampaknya mewakili. Seru, spekulatif, dan mengerikan. Nadiem sendiri tak berani menulis. Ikhwalnya Profesor Clayton Christensen. Menurut alumni Mark Plus itu, ialah pencipta teori disrupsi. Maka Yuswohadi berangkat dari situ. Christensen memprediksi tahun 2014, separuh universitas di AS bangkrut dalam kurun 10-15 tahun. Penyebabnya, terdisrupsi online learning, MOOCs (Massive Online Open Courses), etc. Jadilah hantu itu! Christensen meramal disrupsi dunia pendidikan: Pertama, 65% anak-anak, bakal mendapatkan pekerjaan yang saat ini belum ada. Kedua, 75 juta (42%) pekerjaan manusia akan digantikan robot AI (artificial intelligence) pada tahun 2022 (World Economic Forum, 2018). Ketiga, pada 2021, 60% universitas di seluruh dunia akan menggunakan teknologi virtual reality (VR) untuk pembelajaran yang imersif (Gartner, 2018). Pendidikan adalah institusi yang sulit berubah menghadapi disrupsi. Kondisi dan metodologi pembelajaran hari ini, kata Yuswohadi, tak jauh beda dengan kondisi seabad lampau: akan terkena 3 disrupsi yang berakibat sistem jadi usang dan tidak relevan. Keempat, dari sisi anak didik, disrupsi diramal datang dari kaum milenial (neo-milenial, yaitu generasi Z) yang perilaku belajarnya menuntut perubahan radikal pendidikan, milenial generasi highly mobile, apps-dependent, terhubung online, cepat berbagi informasi via medsos, self-learner yang mencari sendiri pengetahuan di YouTube atau Khan Academy. Mereka menolak digurui. Generasi Z itu, melek visual (visually literate), lebih suka belajar secara visual (di YouTube, online games) ketimbang baca buku atau mendengar ceramah guru di kelas. Mereka sangat melek data (data-literate), piawai berselancar di Google mengulik, memproses, mengurasi, dan menganalisis informasi daripada pasif di perpustakaan. Itu dilakukan dengan super-cepat melalui 3M: multi-media, multi-platform, dan multi-tasking. Mereka lebih nyaman belajar secara kolaboratif di proyek riil, peer-to-peer, melalui komunitas atau jejaring sosial. Mereka peers lebih kredibel ketimbang guru. Mereka lebih suka menggunakan interactive gaming untuk belajar, mengerjakan PR. Kelima, disrupsi teknologi, di mana teknologi pendidikan berkembang secara eksponensial mendisrupsi sekolah tradisional. Inovasi disrupsi pendidikan ie MOOC, open educational resources (OER), situs tutorial online seperti RuangGuru atau Khan Academy, social learning platform, personalized/customized learning, professional learning network (PLN), hingga massively multi-player online (MMO) learning games kini sedang antri untuk mencapai titik critical mass. Sebagai wahana pembelajaran, sekolah tradisional akan tergeser dari posisi “core” menjadi “peripheral”. Keenam, teknologi 4.0 menghasilkan kompetensi (skill-set) baru, mendisrupsi kompetensi lama karena diganti robot/AI. “The fourth industrial revolution seems to be creating fewer jobs in new industries than previous revolutions,” ujar Klaus Schwab pendiri World Economic Forum, kutip Yuswohadi. Dengan teknologi machine learning, AI, big data analytics, IoT, AR/VR, hingga 3D printing, maka pekerjaan bergeser dari manual occupations dan routine/repetitive jobs ke cognitive/creative jobs. Kesuksesan ditentukan kemampuan kolaborasi “human +robot”. Itu sisi hard skill. Untuk soft skill, Tony Wagner (2008) merumuskan “Seven Survival Skills for 21st Century”. Tujuh skill-set itu minim diajarkan di sekolah. Karena itu sekolah harus meredefinisi kurikulumnya dengan mengakomodasi skill-set. Ketujuh, Nadiem terhadap disrupsi butuh terobosan kreatif dan pendekatan baru non business as usual. Pendekatan lama dari orang-orang lama, puritan dan resisten membuat ekosistem pendidikan terpuruk melapuk, tulis Yuswohadi. Dunia pendidikan butuh sosok muda (milenial) yang punya default logika zaman baru. Pendidikan butuh disruptive leader yang mumpuni, Nadiem? Seperti dibuktikan di Go-Jek kata Yuswohadi, Nadiem mampu memainkannya, menghasilkan creative solution, terobosan Go-Jek, Go-Ride, Go-Car, Go-Send, Go-Food, hingga Go-Pay. Komen Saya Bro Yuswohadi, anda tidak mabok tah? Sebab tak ada masyarakat seperti profil paparan anda itu di Indonesia (1-6). Mungkin di AS. Sebab, membaca data SPSS (Statistical Pakckage Social and Science) saja, milenial itu tak mampu. Bagaimana mereka disebut data literasi? Paling ada 1/mil yang bisa baca data SPSS. Kalau cuma akses data, kami dulu juga sudah canggih modem to modem sebelum masuknya Internet (1987). Namun, cukup jelas latar belakang munculnya Nadim sebagai Mendikbud, ialah untuk meng-Go-Jek-kan pendidikan. Ada 6 alasan seperti sudah Anda papar tadi: disruptif, hantu, dan komputerized. Paparan Yuswohadi sama persis dengan pikiran Nadiem dan Jokowi. Modernitas via IT: tapi tak lebih dari mengubah disdakmen jadi BLK (balai latihan kerja). Ada link and match, cepat, anak didik diajar oleh AI, medsos dan Youtube, etc. Tapi tak ada itu di alam nyata. Hallu westernized itu. Tutorial macam itu, dengan machine learning, sudah ditolak tahun 2000 setelah para ahli AI bertemu di Carnegie Melon Univ. Sebelumnya di Konferensi Musim Panas di Montreal tahun 1954 menyatakan, "Kami takkan menyerahkan pendidikan kepada komputer", bunyi petisi itu. Karena itu, pendidikan tetap konservatif. Sesat berat ente Bro Yuswohadi. Bukan itu yang dimaksud pengajaran Bro. Itu BLK untuk cetak tukang, etc. Pengajaran tidak didasarkan karena ada hantu disrupsi yang menakuti balita. Juga bukan didasarkan karena anakmu suka gaul generasi Z, etc, yang kesengsem HP. Pengajaran didasarkan data empiris, data pengalaman bangsa ini. Data Empirik itu diproyeksi jadi kurikulum Dikdasmen. Tak boleh kurikulum mencerabut peserta didik dari akar antropologisnya (90 persen peserta didik adalah anak muslim). Jangan kau cari sillabus GO-JEK di situ. Saya pastikan tak ada! Nyusun kurikulum itu, seperti menyusun Tabel Robert Merton. Menggunakan Time Series, tabel perilaku manusia itu baru selesai 26 tahun bikinnya. Mau dipercepat? Tak boleh dan tak bisa. Kurikulum adalah formula, harus dicoba ke SD-SMP-SMA =12 tahun, sebagai kelinci percobaannya. Sekali gagal, berarti hangus 12 tahun. Tahun 1975, dibuat eksperimen SMPP untuk mencetak pemikir sekaligus tukang. Gagal. SMPP bubar, kembali jadi SMA. Belakangan sekolah kejuruan ditukangi, STM diubah namanya menjadi SMK, termasuk SMEP. Gagal lagi, malah jadi mobil Esemka, impor dari Cina. LOL, QI QI QI. llustrasi: kita muter dulu Bro: 1974 saya di Madura, kabur dari Jakarta karena diuber TEKAB-nya Malari yang dipimpin Hariman Siregar, sang legendaris. Issu ramai di Malang, adalah mencari formula rokok kretek Gudang Garam. Seorang pembuat formula kretek Gudang Garam terbunuh ketika ia hendak jual formula itu ke Jarum. Formula itu berharga Rp 7 miliar. Pertarungan Gudang Garam versus Jarum pun kian menghebat. Jadi saya ikut mencampur uji coba kretek, siapa tahu saya beruntung: grosok dulu, sekian persen, tembakau hitam, sekian persen, tembakau kuning, sekian persen, tetes, sekian persen, cengkeh sekian persen, dst. Lalu gulung, jadilah rokok kretek. Rasa berubah ketika urutan diubah. Rasa juga berubah ketika dosis berubah. Rasa juga berubah, jika raw material berubah. Banyak benar variabelnya. Lebih rumit daripada penelitian Adam Smith terhadap tukang jagal, di mana Smith menemukan 13 prototipe pisau jagal ketika ia merumuskan formula efisiensi ekonomi yang, kemudian disebutnya Neo Classic. Bayangkan rokok kretek itu anak didik. Bayangkan tukang jagal itu peserta didik. Anda mengubah mereka dengan formula rokok kretek dan pisau jagal. Lalu anda buat tabel berjudul Statistics Indeks Human Behavior dalam ukuran alpha. Signifikansinya pasti lebih 5%. Gagal! Seperti itu ribetnya menyusun kurikulum. Kurikulum itu Formula, Formula itu Menu Utama. IT pendukung Menu. Sekarang mau dirombak oleh orang yang tak paham formula, cuma paham IT, sebatas aplikasi. Tapi kan bisa walau laksana The Doubt & The Blind? Tak bisa! Walau kau pakai manajemen Kaplan, Weber dan filosofi Noam Chomsky. Soalnya, tak ada ilmu manajemen yang mengajar Headnya (leadnya). Tapi baguslah, Ente sudah kasih bahan BLK walau nyaris semua sudah pernah saya dengar gymmicknya IT. Tapi perlu saya kemukakan, tak ada sistem tutorial komputer maupun AI di Indonesia mengganti guru. Sudah ditolak ide itu tahun 2000, seiring penolakan ahli AI di Carnegie Melon. Ramalan sejenis Profesor Christensen itu juga telah muncul sejak generasi komputer 386, 486, Pentium 75, 100, Pentium Pro (Pentium 120). Saya mengikuti perkembangan itu, gimmicknya, sambil ngoprek. Tapi online pertama Pers di Indonesia, justru dibikin Dahlan Iskan, Jawa Pos, saya jadi wartawan di situ. Dongeng kayak itu juga saya dengar membumbui komputer Newman di Silicon Valley sebelumnya, hingga IBM 400 di San Diego yang menggantikan mainframe. Dunia seolah akan berubah drastis oleh tukang Super Computer. Tak terjadi apa-apa tuh, dunia IT berjalan anteng, stabil, meningkat dan menggembirakan. Gymmicknya doang yang gegap gempita. Menurut UUD 45, pendidikan untuk menciptakan kecerdasan dan orang beriman, bukan tukang. Bukan mencari kerja yang domainnya ekonomi. Tak bisa dikdasmen itu direvolusi. Kecuali Jokowi bikin revolusi sosial, bagian besarnya adalah merevolusi Dikdasmen. Revolusi sosial yang menerbitkan Revolusi Mental. Keras, konsisten, berresiko, untuk mengikuti metodologi revolusi sosial, seperti dilakukan guru Mao. Pasti Jokowi tak mampu. Gojek membantu menampung naker ketimbang nganggur. Itu bukan soal pedagogi. Itu soal pertumbuhan ekonomi. Per 1 persen menyerap 400.000 naker. Pertumbuhan ekonomi 5 persen adalah 5 dikali 400.000 = 2.000.000 naker/ tahun. Jadi bukan soal kurikulum, apalagi celana cingkrang. Tapi soal Jokowi meroket yang gagal. Tapi kenapa Nadiem nyasar ke Dikbud? Dungu istilah Rocky Gerung. Nadiem itu paradoks, tapi kaya raya berkat peras ojol. Tabungan ojol saja 20 persen sekitar Rp 1,4 M cash-in per hari. Nadiem tak pernah sekolah di Indonesia. Ia sudah westernized. Ia dari keluarga non muslim, menikah di gereja, anak-anaknya juga dibaptis di gereja. Ia berhasil menembus sistem sosial di Amerika, sehingga ia jadi pengurus inti di Yayasan isterinya Bill Gates bersama Sri Mulyani. Kelihatan keren, tapi berbahaya. Yaitu menebar weternized dan sekularisme.

Minggu, 13 Oktober 2019

BRAIN WASH

Dibawah ini tulisan tentang bagaimana brainwashed bisa terjadi.... Namanya Akhmad..., dia adalah Jokower sejati. Menurut dia..., Jokowi adalah orang hebat yang telah dikirimkan Tuhan untuk membangun negeri ini. Saya suka geli sendiri..., melihat betapa fanatiknya Akhmad pada mantan Walikota Solo tersebut. Postingannya di Facebook hampir semuanya tentang Jokowi..., bahkan dia telah mencuri start untuk mengampanyekan Jokowi agar terpilih 2 periode di pemilu 2019. Mengetahui bahwa saya juga pendukung Jokowi..., Akhmad seneng banget. Dia sering ngirim WA tentang kebijakan-kebijakan Presiden kita ini...; bagaimana Jokowi mendahulukan sila ke lima tentang Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Berita-berita tentang Jokowi membangun infrastruktur di Indonesia Timur..., saya peroleh lengkap dari Akhmad. Sampai suatu hari..., dia tiba-tiba menghilang. Dia berhenti memposting broadcast tentang Jokowi..., bahkan boleh dibilang dia gak pernah posting apapun lagi. Penasaran yang membukit membuat saya gatel dan mengirim WA ke dia..., bunyinya singkat saja..: “Apa kabar, Mad...?” Dan tau gak apa jawabnya...? Akhmad membalas WA saya panjang banget..., isinya pun diluar dugaan saya. Begini isi WA nya...: “Terima kasih Bud..., loe orang yang baik hati..., mau menanyakan kabar gue..., semoga loe juga mau untuk bergandengan tangan sama gue untuk berjuang. Kita harus bergerak Bud..., kita harus berjuang menyelamatkan negeri ini. Jokowi adalah orang yang haus kekuasaan..., dia sampe menghalalkan segala cara demi menduduki jabatan sebagai pemimpin negeri ini. Dia bahkan mau menjual negara ini ke tangan China..., dia antek aseng.., dia PKI. Dan itu masih belum seberapa...; yang paling bikin gue sakit hati.., hanya untuk kekuasaan..., Jokowi begitu sampai hati memusuhi umat islam. Sekali lagi..., kita harus berjuang Bud...; jangan sampe negeri ini terjajah oleh China..., kita harus gagalkan niat Jokowi untuk menjadi presiden kedua kalinya. Apapun harus kita lakukan...! Kita jihad Bud...; nyawa pun akan gue korbankan untuk melawan musuh islam. Takbiiir....! Allahu Akbar...!" Sumpah..., saya kaget banget membaca messagenya. Kok tiba-tiba anak ini bisa berubah 180 derajat...? Apa yang terjadi dengan Akhmad...? Karena penasaran..., akhirnya saya ajak Akhmad untuk ngopi bareng di sebuah coffee shop di Citos. “Kok loe mendadak bisa berubah begitu Mad...? Bukankah selama ini loe Jokower...?”, tanya saya sambil menghirup Hot Cappucinno kesukaan saya. “Kita selama ini tertipu Bud..., Jokowi itu ternyata serigala berbulu domba...”, jawab Akhmad. “Berbulu domba gimana...?”, tanya saya kebingungan. “Selama ini Jokowi cuma pencitraan doang Bud. Dia berlagak sederhana..., berlagak mencintai rakyat..., berlagak membangun infrastruktur untuk kesejahteraan rakyat...” “Membangun infrastruktur kok bisa belagak...?” Makin puyeng nih kepala gue. “Sebetulnya dia pengen ngejual negeri ini ke China Bud. Semua proyek yang dia bangun semua dikasihkan ke kontraktor China..., dari perusahaan sampe tenaga buruhnya didatangkan dari China...; emang loe gak tau udah jutaan buruh China menyerbu negeri kita...? Padahal rakyat butuh lapangan kerja....” “Heh...? Loe jangan fitnah Mad...; gue juga denger semua berita itu..., tapi semuanya datang dari media abal-abal..., dan berita itu semuanya hoax...!”, kata saya agak keras. “Hoax gimana...? Semua ada datanya..., dan loe tau gak kenapa Jokowi mau ngejual negeri ini ke China...?” “Kenapa....?” “Karena dia keturunan PKI. Loe tau kan..., China itu negara komunis....”, Akhmad bicara sambil berteriak keras..., sehingga tamu-tamu lain menengok ke arah meja kami. “Ngaco loe....!”, kata saya. “Loe yang ngaco...!”, bentak Akhmad dengan suara garang...! “Gue bersyukur banget akhirnya bisa mengetahui belangnya Jokowi. Dia itu antek Aseng...! Bahkan untuk ngejual negeri ini pun dia tega-teganya sampai memusuhi Islam. Sadar Bud...., sadaaaar....!” Suasana mendadak jadi panas. Kami berdebat dengan hebatnya..., dan Akhmad emosinya semakin meninggi. Saya heran bukan main. Selama ini Akhmad selalu bersikap lemah lembut pada saya..., dia adalah orang yang sangat sabar. Biasanya dia mau ngedengerin pendapat orang lain. Tapi kali ini dia bersikap sangat garang..., sepertinya siap mengajak berkelahi. Saya berusaha mendebat Akhmad dengan data-data yang saya peroleh dari media mainstream..., namun Akhmad semakin murka. “Goblok...! Manusia goblok...! Loe gak sadar selama ini diboongin sama Jokowi...?” Dia memaki saya dengan kata kasar..., yang belum pernah sekalipun dia lontarkan ke saya. “Mad.., loe jangan kasar ya ngomong sama gue...! Jangan bikin gue marah...”, saya memperingatkan. “Loe yang bikin gue marah...! Goblok boleh..., tapi jangan diborong semua. Insyaf Bud..., insyaf...!” Saking murkanya..., saya berdiri dan mencengkram kerah baju Akhmad dengan tangan kiri..., sementara tangan kanan siap memukul..., karena gak tahan dihina seperti itu. Akhmad diam tidak bergerak..., tapi parasnya juga tidak menunjukkan rasa takut. Dia melotot ke arah saya..., tanpa mengucap sepatah kata. Saya masih memegang kerah baju Akhmad..., orang-orang di kafe semua menatap kami..., dan berharap ada drama yang terjadi di antara kami. Saya mengambil napas berkali-kali..., untuk meredakan amarah yang bergolak di dada. Alhamdulillah..., saya berhasil menahan diri untuk tidak nonjok mukanya. Saya lepaskan Akhmad..., hingga terduduk kembali di bangkunya. Dengan perasaan gondok..., saya berjalan ke kasir dan membayar bill kami berdua. Sebelum pergi..., saya menghampiri Akhmad yang masih duduk memandang saya dengan pandangan aneh. “Gue cabut dulu Mad. Gue gak tau apa yang terjadi..., tapi loe udah jadi orang aneh sekarang...” “Gue dapet hidayah Bud..., dan gue mau membimbing eloe ke jalan Surga..., tapi loe malah marah ke gue. Jadi sebenernya yang aneh itu siapa...?” “Dapet hidayah...? Jangan-jangan loe juga percaya ya..., kalo bumi itu datar...?” tanya saya. “Memang bumi itu datar. Loe kira bumi itu bulat...? Dasar thogut...!” “Hah....? Mad..., dari mana loe dapet info bumi itu datar...?” “Al-Hijr ayat 19...: dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran....” Kembali saya terpaku mendengar omongannya Akhmad. “Surat Al-Baqarah 22...: Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap…”, kata Akhmad lagi. Saya shock mendengar omongan temen saya ini..., dia sarjana S1 dan salah satu lulusan terbaik di kampusnya dulu..; tapi bisa punya pendapat seperti itu. “Surat Qaaf 7...: Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata…” “Mad..., dengerin omongan gue…”, selak saya..., tapi Akhmad masih mengoceh terus. “Surat An-Naba’ ayat 6-7..., Surat Al Gasyiah ayat 20...; semua mengatakan telah kuhamparkan bumi. Hampar itu seumpama sajadah..., jadi pasti datar. Kalo loe masih ngotot mengatakan bumi itu bulat..., berarti loe emang thogut....” “Mad..., tafsir itu cuma dipake untuk sesuatu yang belum diketahui. Karena belum diketahui..., makanya manusia menafsirkan. Jaman sekarang udah ada foto-foto dan video sebagai bukti otentik bahwa bumi itu bulat...". “Dari mana loe tau foto-foto itu...? Dari NASA...?” “Ya banyak...! NASA cuma salah satunya aja...” “Terus loe percaya sama omongan orang kafir...? Loe seharusnya lebih percaya sama Allah daripada orang kafir....” “Eh Mad..., gue percaya 100% sama Allah...; yang gue gak percaya itu eloe..., bumi kok datar...? Waktu acara pembagian otak dari Tuhan..., loe gak hadir ya...?” kata saya mulai emosi lagi. “Kalo percaya sama orang kafir..., maka loe juga kafir. Kalo loe sebagai kafir tapi masih mengharapkan surga..., berarti loe munafik..., thogut...!” Nyerah deh..., gue. Daripada saya tonjok beneran..., akhirnya saya pergi meninggalkan Akhmad. Sewaktu melangkah menjauh..., masih terdengar suaranya berteriak dengan lantang. “Orang kafir dan munafik kayak eloe tempatnya di neraka Bud. Allah menawarkan surga dengan 70 bidadarinya yang senantiasa perawan untuk melayani eloe..., malah loe tolak. Dasar kafir...!”. Saya berjalan terus ke arah area parkir sambil menulikan telinga..., tapi suara Akhmad sayup-sayup masih terdengar. “Kalo masih mendukung Jokowi..., lebih baik kita gak usah berteman lagi. Gue gak mau berteman dengan musuh islam...! Daripada bermusuhan..., lebih baik kita tidak berteman...!”, kata Akhmad lagi. Sehabis pertemuan itu..., saya baru menyadari ternyata bukan cuma Akhmad..., tapi ada banyak temen-temen saya yang berubah seperti Akhmad. Sebenernya saya gak masalah mempunyai temen yang berbeda pilihan politik...; yang saya heran adalah kenapa orang yang awalnya mendukung Jokowi..., sekonyong-konyong pindah haluan dan berbalik membencinya setengah mati. Anehnya..., karakter orang tersebut juga berubah menjadi pemarah. Mereka sulit sekali diajak berdebat dengan kepala dingin. Mereka rata-rata bersikap sebagai pemegang kebenaran..., mereka gak pernah peduli pada data..., pokoknya apa yang mereka yakini adalah yang paling benar. Semua yang tidak sehaluan langsung dituduh kafir..., munafik..., dan musuh islam. Peristiwa dengan Akhmad membuat saya merasa perlu berkonsultasi dengan kawan lama saya..., Bagus. Dia adalah kawan sesama pecinta alam..., yang sekarang bekerja sebagai psikolog. Bagus juga seorang konsultan politik..., sehingga dia banyak tahu seluk-beluk seputar kegilaan pilpres ini. Di ruang meeting kantornya..., kami berdua berdiskusi soal politik. Panjang lebar saya bercerita pada Bagus..., pengalaman saya bersama Akhmad beberapa waktu yang lalu. “Loe pernah denger istilah Reptilian Brain...?”, tanya Bagus setelah saya menyelesaikan cerita. “Reptilian brain..., apa itu...?” “Ada orang yang bernama Paul D. MacLean. Dia seorang physician and neuroscientist..., yang memperkenalkan teori triune dalam otak manusia...” “Triune...?” “Triune itu sendiri artinya three in one...” “Sebentar-sebentar. Coba loe terangin ke gue..., seakan-akan gue anak SD”, protes saya. “Menurut teori ini..., otak manusia sebenarnya terdiri dari tiga bagian. Otak reptil..., otak mamalia..., dan neo cortex..., atau biasa disebut dengan human brain....” “Buset...! Kok makin susah aja ngertinya...” “Kalo kita mengikuti teori evolusi..., otak reptil ini adalah jenis otak yang pertama kali dimiliki oleh manusia purba..." "OK. Terusin cerita loe..." "Otak reptil tidak berbeda dengan binatang. Jadi manusia kala itu bertindak tanpa mikir..., alias hanya mengandalkan insting. Dengan kata lain..., dahulu kita adalah binatang berbentuk manusia..., karena kita belum memiliki human brain...” Saya makin kebingungan mendengar penjelasan Bagus. “Otak reptil sifatnya untuk survive. Tindakannya hanya pada wilayah...: Fight..., flight..., food..., fuck. Agar gampang diingat..., orang biasa menyebutnya 4F...” “Okay..., lalu...?” “Fight dan flight itu adalah situasi ketika kita dihadapkan terhadap ketakutan (fear). Ketika berhadapan dengan ketakutan..., insting kita akan mempunyai dua pilihan...; apakah melawan (fight)..., atau melarikan diri (flight)...." Bagus behenti sejenak untuk menunggu reaksi saya..., tapi saya memutuskan untuk menunggu kelanjutan omongannya. “Sementara..., Food adalah naluri untuk mempertahankan hidup..., karena semua makhluk hidup perlu makan. Dan fuck adalah naluri mencari pelampiasan..., ketika libido menyerang dan menuntut kepuasan seksual. Semua insting spontanitas ini dikendalikan reptilian brain...” Saya berusaha untuk fokus pada cerita Bagus..., yang amat sulit dipahami. “Inget gak loe..., waktu SD..., kita diajarkan oleh guru bahwa gerak refleks adalah gerakan otomatis..., yang tidak diperintah oleh otak...” “Iya.., inget...” “Nah..., sebenarnya yang mengatur gerak refleks tersebut adalah otak reptil. Otak reptil bertugas mengatur gerak refleks dan keseimbangan koordinasi pada tubuh manusia. Ketika bahaya mengancam dengan tiba-tiba..., otak reptil inilah yang memberi komando untuk bereaksi...” “Oh..., gue ngerti sekarang. Tapi apa hubungannya dengan peristiwa yang mengubah Akhmad...?” “Loe pernah denger teori Firehose of Falsehood...?” tanya Bagus lagi. “Ya taulah. Itu kan strategi yang dipake sama Donald Trump ketika mengalahkan Hillary Clinton saat pemilu di Amerika, kan...?”. “Betul. Loe tau bagaimana cara Trump menggunakan strategi itu...?” “Kalo gak salah dia mengimplementasikan teorinya Hitler..., yang pernah mengatakan..., bahwa kebohongan yang dilakukan secara terus menerus..., lama kelamaan akan menjelma menjadi sebuah kebenaran...” “Tepat sekali. Di Amerika..., kebohongan Trump sering disebut dengan fake news..., dan kebohongan itu sengaja didesain untuk menciptakan ‘FEAR’ pada masyarakat Amerika...” “Ah..., iya betul. Bagian itu gue setuju...” “Trump menggunakan isu agama..., dengan mengatakan bahwa Islam itu teroris. Dia juga menggunakan isu ras..., dengan mengatakan bahwa pengungsi itu berbahaya...; makanya dia akan membangun tembok besar di perbatasan Mexico...” “Loe kok pinter banget Gus...? Iya..., gue pernah baca itu semua....” “Trump juga bilang..., bahwa tenaga asing akan merebut lapangan kerja di Amerika. Dia juga menakuti-nakuti rakyatnya..., bahwa negara China sangat membahayakan perekonomian negeri adidaya tersebut...” “Terus apa hubungannya semua itu dengan topik kita...?”, tanya saya kebingungan. “Trump menciptakan ‘fear’ yang luar biasa..., dan sasaran semua kebohongan itu ditujukan langsung ke otak reptil rakyatnya...” "Oh..., jadi otak reptil kita masih ada...?" "Masih. Otak reptil itu yang diserang secara terus menerus tanpa jeda..., sehingga human brain gak sempet bekerja. Mereka gak sempet meggunakan logika..." "Kenapa Akhmad jadi pemarah...?" "Karena reptilian brain itu otak binatang. Mereka lagi diserang 'FEAR'..., makanya naluri binatangnya berusaha melawan dan mempertahankan diri..." "Akmad sarjana loh..., kok bisa-bisanya percaya bumi itu datar...?" “Mau S1 atau S3 gak ada bedanya. Mereka gak bisa berpikir dengan logika..., karena otak reptil yang diberondong dengan fake news tidak sempat masuk ke human brain...” “Oh ya..., lalu apa yang terjadi...?” “Karena ditembakkan terus menerus dengan berita bohong..., fake news tersebut langsung masuk ke subconscious mind..., dan menjelma menjadi believe system...” “Gila...! Padahal kalo udah masuk ke believe system..., susah banget disembuhkannya ya...?” “Susah banget..., korbannya sudah seperti di-brainswashed. Mereka akan kebal terhadap data dan fakta...” “Maksudnya...?” “Kita gak bisa berdebat dengan orang semacam itu..., Mereka gak percaya pada data dan fakta. Fake news yang telah masuk ke Believe system..., perlu terapi khusus untuk menyembuhkannya...” “Wuiiih.., mengerikan banget ya...?” “Sangat mengerikan. Makanya Scott Pelley..., seorang jurnalis Amerika..., pernah mengatakan ‘I believe the fastest way to destroy democracy is to poison the information...’” “Siapa lagi itu Scott Pelley...?” “Scott Pelley itu news anchor di Televisi CBS News..." Selesai meeting dengan Bagus.., saya kembali ke kantor...; Pemilu kali ini bener-bener gak masuk akal. Entah berapa banyak saya kehilangan teman..., cuma gara-gara pilpres. Gak ilmiah banget..., kesel saya...! Tapi..., ya sudahlah..., gak papa kok kehilangan teman. Ada bagian dari omongan Akhmad yang saya sangat setuju...: "Daripada bermusuhan..., lebih baik kita tidak berte merdeka.

Jumat, 04 Oktober 2019

Gebyar Pelantikan DPR

GEBYAR PDPR...
 Baru saja kita selesai dengan pelantikan anggota DPR periode 2019-2024. Semua stasiun TV menyuguhkan tayangan upacara tersebut. Nitizen disuguhi foto dan video anggota DPR terutama yang baru, yang dianggap menarik untuk disimak. Foto Selebritis wanita yang cantik-cantik, laki-laki gagah perkasa dengan tiga isteri, sampai pada foto anggota yang baru saja dilantik sedang tidur lelap dikursinya, semua beredar dengan komentar yang beraneka ragam. Tidak kalah serunya, foto/video para tokoh undangan yang menghadiri pelantikan anggota DPR. Saat itu Gedung Nusantara 1, ibarat gedung tempat upacara penyerahan piala Oscar dimana para aktris dan aktor berjalan di karpet merah. Hari-hari berikutnya acara televisi tetap di padati dengan kegiatan anggota DPR/DPD/MPR. Semuanya meriah, penuh tawa ceria, menggambarkan kemakmuran para wakil rakyat Indonesia. Bagaimana bisa dikatakan makmur atau kaya? Logika sederhana, biaya kampanye untuk menjadi Yang Mulia anggota DPR pasti besar. Bukan sekedar bilangan juta, tetapi bilangan milyar. Berapa nol nya? Petani, tukang becak atau bakul pecel susah membayangkannya. Padahal mereka adalah rakyat yang diwakili oleh Yang Mulia Anggota DPR. Begitu juga gaji yang akan diterima oleh Yang Mulia, sungguh fantastis...tidak masuk akal; sangat luar biasa; sangat hebat menurut rakyat biasa. Mengapa individu yang sudah kaya masih ingin menjadi anggota DPR dengan gaji, fasiltas yang aduhai? Teori kebutuhan/ motivasi oleh Alderfer, yang disebut Teori ERG (Existence,Relatednes, Growth) bisa menjelaskannya. Existence atau keberadaan adalah suatu kebutuhan akan tetap bisa hidup yaitu meliputi kebutuhan fisiologis ( gaji, makanan/minuman, dan sex) dan ditambah kebutuhan akan rasa aman (asuransi, pensiun dll) Relatedness atau hubungan mencakup kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain Growth atau pertumbuhan adalah kebutuhan yang mendorong seseorang untuk dihargai, dan memiliki pengaruh terhadap diri sendiri atau lingkungan. Semua kebutuhan yaitu : gaji besar, asuransi, pensiun, penghargaan sebagai Yang Mulia dan perwujudan diri/aktualisasi diri muncul bersamaan sekaligus, dalam diri calon anggota DPR tanpa harus berurutan. Peluang dan kepastian mendapatkan semuanya terbuka lebar dengan berkantor di DPR. Proses untuk menjadi Yang Mulia anggota DPR, sesuai dengan peribahasa “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian” bersakit-sakit dulu, bersenang-senang kemudian. Mari kita lihat sejarah DPR Pada awal kemerdekaan, lembaga-lembaga negara yang diamanatkan UUD 1945 belum dibentuk. Maka, sesuai pasal 4 aturan peralihan dalam UUD 1945, dibentuklah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Komite ini adalah bakal calon badan legislatif di Indonesia. Anggota KNIP berjumlah 60 orang. Sumber lain ada yang menyebutkan jumlahnya 103 anggota. Dalam Sidang KNIP yang pertama telah ditentukan empat pimpinan susunan pimpinan sebagai berikut: Mr. Kasman Singodimedjo sebagai ketua. Mr. Sutardjo Kartohadikusumo sebagai wakil ketua I. Mr. J. Latuharhary sebagai wakil ketua II. Adam Malik sebagai wakil ketua III. Berapa gajinya? Tidak ada data mengenai hal tsb. Pada masa Republik Indonesia Serikat (1949-1950), badan legislatif terbagi menjadi dua majelis, yaitu Senat dengan jumlah anggota 32 orang, dan Dewan Perwakilan Rakyat yang anggotanya berjumlah 146 orang (49 orang dari anggota tersebut adalah perwakilan Republik Indonesia dari Yogyakarta). Selanjutnya sampai sekarang nama Dewan Perwakilan Rakyat tetap dipakai. Kembali pada rakyat yang diwakili anggota DPR. Ada baiknya kita melihat Angka pendapatan per kapita yang merupakan ukuran paling sederhana yang dapat merepresentasikan tingkat kesejahteraan sebuah negara. Dari sebelas negara yang ada di Asia Tenggara, Indonesia menduduki peringkat kelima dengan angka pendapatan per kapita, dibawah Singapura, Brunei, Malaysia dan Thailand (per Oktober 2017). Bangsa Indonesia dengan kekayaan Sumber Daya yang dimiliki, pasti akan bisa mengungguli negara tetangga, asal semua lembaga negara bekerja keras untuk menjadi juara Asean. Upaya untuk menjadi juara Asean sudah dilakukan oleh pemerintah (Eksekutif). Bagaimana dengan Legislatif ? apakah penampilan, pendapatan dan fasilitas dan anggota DPR merepresentasikan upaya untuk mensejahterakan rakyat Indonesia yang katanya mereka wakili? Rakyat hidup pas-pasan tetapi wakilnya gemerlapan, bergelimang kemewahan. Bagaimana kalau nama Dewan Perwakilan Rakyat dengan singkatan DPR disesuaikan menjadi Dewan Perwakilan Perjuangan Rakyat (DPPR) atau Dewan Perjuangan Rakyat (DPR). Agar semangat para anggota dewan untuk memperjuangkan nasib rakyat Indonesia menjadi masyarakat sejahtera, adil dan makmur lebih lama membara. Hadir dalam rapat-rapat dari awal sampai akhir, menjalankan tugas dengan penuh jawab, berintegritas selama masa jabatan. Atau kalau sulit merubah nama DPR, akan lebih mudah merubah perilaku bermewah-mewah memakai uang rakyat yang mereka wakili. Sekaligus tidak menyakitkan hati rakyat. “Orang yang mencari kebenaran tetapi malu berpakaian sederhana adalah orang yang tidak perlu kita ajak bicara” Konfusius Filsuf dari Tiongkok. Merdeka! 🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩 Retno Triani Soekonjono Psikolog

Kamis, 26 September 2019

Demo Mahasiswa 25 september 2019

MAHASISWA BANYAK TUNTUTANMU. APA SUMBANGANMU PADA NEGARA?
 Beberapa hari ini mahasiswa dengan gagah berani dan garang turun kejalan untuk menyampaikan aspirasinya kepada DPR dan Pemerintah. Tuntutan utama adalah adalah pembatalan RKUHP yang dianggap mengandung pasal-pasal kontroversial dan pembatalan UUKPK yang sudah disahkan. Namun ada pernyataan menarik dari wakil mahasiswa, yaitu dari Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Swasta Jakarta, kepada Kompas.com. yang menyatakan bahwa Mahasiswa Demo Bukan untuk lengserkan Jokowi, Melainkan Hanya Menuntut Pembatalan RKUHP dan UU KPK. Dia menilai kedua rancangan undang-undang tersebut tak sesuai dengan amanat reformasi. Hal senada juga diucapkan oleh pencetus penggalangan dana untuk aksi demo mahasiswa tanggal 23-24 September 2019. Melalui laman penggalangan dana yang dibuatnya, mantan personel grup musik itu menyebut bahwa aksi ini bukan untuk menggulingkan Presiden Jokowi dari jabatannya. Melainkan, para mahasiswa menuntut agar kebijakan-kebijakan Jokowi sejalan dengan janji-janjinya. Hari minggu tanggal 23 dan 24 September 2019, mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia melakukan aksi unjuk rasa. Bahkan tanggal 25 September pelajar SMU dan SMK ikut kakak-kakaknya turun kejalan. Dari pengalaman -pengalaman di dalam negeri ataupun diluar negeri, demo atau unjuk rasa yang semula diinginkan berjalan damai hampir selalu berakhir dengan ricuh, anarkhis disertai perusakan. Sudah pernah saya tulis bahwa ketika sekumpulan orang berkumpul menjadi suatu massa, maka kepribadian atau jiwa orang-perorangan hilang digantikan dengan jiwa massa. Massa dapat bertindak secara primitif dan tidak rasional karena individu yang menjadi bagian dari massa dan dipengaruhi sikap serta tindakan karena adanya massa yang hadir.” (Gustave Le Bon) Seseorang yang terlibat dalam massa cenderung kehilangan kepribadian yang sadar dan rasional, serta melakukan tindakan kasar dan irasional yang berlawanan dengan kebiasaan2nya. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi calon-calon intelektual. Mahasiswa dengan pendidikannya akan memiliki kemampuan berfikir, dan kepekaan sosial serta sikap kritis, dan dikemudian hari diharapkan mahasiswa mampu menjadi pengontrol sebuah kehidupan sosial dalam masyarakat dengan cara memberikan saran, kritik dan juga solusi untuk permasalahan sosial masyarakat maupun permasalahan bangsa. Sebab mahasiswa adalah bagian dari masyarakat. Kepedulian tersebut bukan hanya diwujudkan dalam bentuk demo ataupun turun kejalan saja, tetapi dengan pemikiran-pemikiran cemerlangnya, diskusi-diskusi, atau memberikan bantuan moril dan juga materil kepada masyarakat serta bangsa. Aksi demo yang dilakukan mahasiswa saat ini disebabkan karena mahasiswa merasa bahwa mereka dan masyarakat tidak diikut sertakan dalam penyusunan rencana kedua undang-undang tersebut dan DPR mencederai demokrasi. Pemerintah dan DPR memahami ada sumbatan komunikasi yang terjadi selama ini. Pemerintah dan DPR sadar bahwa kepentingan bangsa diatas segala-galanya, maka tuntutan mahasiswa yang menolak RKUHP sudah dikabulkan dengan menunda pengesahannya sampai DPR yang baru bersidang. Pemerintah dan DPR berjanji akan membuka dialog selebar-lebarnya. Walaupun sebenarnya pada waktu menyusun RKUHP, sudah mengakomodir masukan dari berbagai masyarakat. Tuntutan pembatalan UUKPK yang sudah disahkan, bisa dilakukan melalui Mahkamah Konstitusi, bukan dengan demo dijalan. Karena negara ini adalah negara hukum. Apalagi yang mahasiswa inginkan atau tuntut pada Pemerintah dan DPR? Mengapa masih melakukan demo? Tidak salah bila ada pemikiran bahwa ada agenda tersembunyi dibalik tuntutan yang diutarakan. Sadarkah bahwa aksi turun kejalan yang dilakukan mahasiswa telah ditiru oleh adik-adiknya siswa SMU/SMK yang sudah dirasuki sifat Hero yang sering mereka tonton/lakukan dalam games yang menjamur didunia maya. Karena usia yang masih muda, maka dalam mewujudkan sifat Hero seringkali berubah menjadi perilaku Agresif dan Vandalisme, perusakan dan penghancuran secara kasar dan ganas. Tuntutan mahasiswa adalah mulia, peduli pada kepentingan masyarakat, tetapi pertanyaannya, apakah kewajiban mahasiswa dalam bela negara sudah dilakukan? Apakah mahasiswa ikut berpartisipasi aktif dalam pemadaman hutan? Apakah mahasiswa ikut membantu pemerintah dalam meyakinkan masyarakat Papua bahwa seluruh masyarakat Indonesia mencintai mereka? Apakah mahasiswa ikut membantu menangani bencana alam? Apakah mahasiswa juga ikut menjaga agar anak bangsa tidak kecanduan narkoba? Dan pertanyaan terakhir, apakah mahasiswa ikut mengatasi kerusuhan yang timbul sebagai dampak demo yang mereka lakukan saat ini? Adik-adik siswa-siswa SMU/K sedang dirusak moralnya, oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang senang melihat moral bangsa hancur. Mengapa mahasiswa tidak cepat tanggap bahwa aksi siswa yang masih dibawah umur, memerlukan penanganan yang sangat hati-hati? Mengapa mahasiswa tidak ikut cuci “piring yang kotor” setelah mereka selesai makan? Banyak sekali pertanyaan sekaligus harapan yang ditujukan pada mahasiswa sebagai manusia dewasa yang berpendidikan tinggi. Masa depan bangsa dan negara ada ditangan mahasiswa, putera/putri bangsa yang cerdas dan santun Harapan masyarakat, hendaknya mahasiswa sadar bahwa hak dan kewajiban harus berjalan seiring dan proporsional. “Jangan Tanyakan Apa yang Negara Berikan Padamu, Tapi Tanyakan Apa yang Telah Kamu Berikan pada Negaramu.”. John F Kennedy, presiden ke 35 Amerika Serikat.

Rabu, 25 September 2019

Komunikasj Persuasif kontroversi RUUKUHP

KOMUNIKASI PERSUASIF...

Tadi malam saya lihat acara di salah satu TV swasta. Ada dialog antara beberapa kelompok, topiknya : “Kontroversi RKUHP: Dari Pasal Kumpul Kebo Sampai Penghinaan Presiden“ (24/9/2019) Saya hanya ingin menjelaskan bahwa dalam acara tersebut terjadi komunikasi persuasif yang dilakukan oleh “Kelompok pemerintah dan DPR” yang saya anggap sebagai sumber informasi dan “kelompok mahasiswa dkk” sebagai penerima informasi. Topik ini sangat cocok dengan kondisi saat ini dimana “mahasiswa” diberbagai daerah sudah dua hari melakukan demo untuk menolak disahkannya RKUHP oleh DPR. Rencananya demo mahasiswa masih akan berlangsung beberapa hari kedepan. Kelompok mahasiswa yg diwakili oleh 3 orang wakil mereka mengemukakan faktor2 penyebab mereka melakukan demo. Mereka mengharap Pemerintah dan DPR bekerja untuk kepentingan rakyat dengan hati nurani, dan mereka menyoal sederet pasal kontroversi yang dianggap terlalu masuk ranah pribadi, kebebasan terancam dikebiri, reformasi, sedang “dikorupsi”. Dengan lantang dan gagah berani, serta semangat yang berapi-api, sesuai dengan ciri anak muda atau dewasa awal, mereka mengkritik senior mereka yang mewakili pihak pemerintah dan DPR. Sikap mereka terlihat jelas, menyalahkan DPR dan Pemerintah dan membela rakyat yang oleh mereka dianggap didholimi dengan pasal-pasal yang ada di RKUHP. Namun sayang, ketika pemimpin acara menanyakan apakah dari 3 orang yang mewakili mahasiswa tersebut ada yang kuliah Ilmu Hukum? Ternyata tidak ada. Pemimpin acara sempat menyayangkan dan mengatakan bahwa sebaiknya dalam diskusi yang menyangkut aspek Hukum, pembicara adalah orang yang melek hukum. Sangat berbeda dengan kelompok Pemerintah dan DPR yang diwakili oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan beberapa anggota DPR yang semuanya adalah pakar hukum dan sangat paham akan seluk beluk ilmu hukum. Saya tidak akan membahas aspek hukum yang diperdebatkan, namun akan membahas aspek komunikasi persuasif yang terjadi. Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau mempengaruhi sikap seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Komunikator yang ingin merubah sikap lawan komunikasi adalah pihak pemerintah dan DPR. Sedangkan pihak yang ingin dirubah sikapnya adalah mahasiswa yang melakukan demo. Ingin dirubah karena sikap mahasiswa yang berwujud demo dianggap tidak tepat. Selain meresahkan masyarakat, mengganggu ketertiban umum, aksi demo yang semula diinginkan berjalan damai kemungkinan bisa “ditunggangi” oleh kelompok yang tidak bertanggung jawab sehingga demo berubah menjadi anarkhis. Ternyata memang terbukti. SIKAP. Ada beberapa defini tentang Sikap, antara lain oleh Soetarno (1994) yaitu: sebuah pandangan dan perasaan yang diikuti oleh kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Soetarno menekankan obyek sebagai hal utama untuk pengertian sikap. Komponen sikap ada 3 yaitu: 1. Kognisi: Proses berfikir di mana individu menjadi sadar akan persepsinya terhadap obyek. 2. Afeksi: proses di mana individu mempunyai kecenderungan untuk suka atau tidak suka pada objek. 3. Konasi: Predisposisi perilaku yang sudah sampai tahapan individu akan melakukan sesuatu tindakan/perilaku terhadap objek. Obyek nya disini adalah RKUHP. Mahasiswa berfikir (KOGNISI) bahwa RKUHP merugikan rakyat maka harus dibatalkan pengesahaannya, atau ditunda sampai DPR yang baru. Mahasiswa merasa tidak senang (AFEKSI) terhadap RKUHP yang dibuat oleh DPR bersama Pemerintah karena ada beberapa pasal yang kontroversial. Mahasiswa akan melakukan demonstrasi (KONASI) sebagai wujud penyaluran aspirasi mereka untuk menghentikan pengesahan RKUHP. Kelanjutannya demo memang di lakukan oleh mahasiswa. Sikap ini yang akan dirubah oleh pihak DPR dan Pemerintah melalui tahapan komponen sikap. Pemikiran (kognisi) tentang pasal -pasal bermasalah ternyata TIDAK TEPAT karena mahasiswa tidak membaca secara mendalam. Hanya menerima informasi dari sosmed yang viral yang bersifat menyesatkan. Akibatnya perasaan (AFEKSI) atau emosi negatif muncul. Mahasiswa yang berjiwa muda seringkali mudah tersulut emosinya, sehingga pikiran rasional terganggu atau lenyap. Mahasiswa melakukan demo sebagai perwujudan KONASI, perilaku yang awalnya direncanakan positif, berubah menjadi anarkhis, mengganggu kehidupan bernegara. Lebih jauh lagi, Obyek yang semula adalah RKUHP melebar ke arah Pemerintah pada umumnya dan Presiden pada khususnya. Apakah komunikasi persuasif yang dilakukan pihak Pemerintah dan DPR dalam acara TV tersebut, bisa dikatakan berhasil merubah sikap mahasiswa? Kesan yang saya peroleh tadi malam, perubahan BELUM tampak pada aspek perasaan atau afeksi dan perilaku. Karena tanggapan mahasiswa tetap keras. Mahasiswa tetap merasa tidak senang dan tetap menyalahkan DPR dan Pemerintah. Kemungkinan penolakan terhadap penjelasan pemerintah salah satunya disebabkan oleh HARGA DIRI yang tinggi dari mahasiswa. Mereka tidak mau dianggap tidak mampu berfikir rasional, tidak mau mengakui kekurangan karena mereka merasa sudah masuk dan menjadi anggota dalam dunia kaum Intelektual, dengan kata lain mereka sudah berhak disebut sebagai Orang Pandai. “Menulis adalah baik, berpikir lebih baik. Kepandaian baik, kesabaran lebih baik”. Hermann Hesse Penulis, penyair dan Peraih Nobel sastra (1946) Merdeka! 🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩

Jumat, 20 September 2019

Butir butir Pedoman Pada Pancasila

BUTIR-BUTIR PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA

Lima asas dalam Pancasila dijabarkan menjadi 36 butir pengamalan, sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila. Butir-butir Pancasila ditetapkan dalam Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa.

 I. SILA PERTAMA : KETUHANAN YANG MAHA ESA

 1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. 2. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama & penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup. 3. Saling hormat-menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. 4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

II. SILA KEDUA : KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
 1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. 2. Saling mencintai sesama manusia. 3.Mengembangkan sikap tenggang rasa. 4. Tidak semena-mena terhadap orang lain. 5. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. 6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. 7. Berani membela kebenaran dan keadilan. 8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu kembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

III. SILA KETIGA : PERSATUAN INDONESIA 1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. 2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. 3. Cinta Tanah Air dan Bangsa. 4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan bertanah Air Indonesia. 5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

IV. SILA KEEMPAT : KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN 1.Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat. 2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. 3.Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. 4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan. 5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah. 6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. 7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung-jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

V. SILA KELIMA : KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
 1.Mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong. 2. Bersikap adil. 3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. 4. Menghormati hak-hak orang lain. 5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain. 6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain. 7. Tidak bersifat boros. 8. Tidak bergaya hidup mewah. 9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum. 10. Suka bekerja keras. 11. Menghargai hasil karya orang lain. 12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial. 

Rabu, 18 September 2019

PENCIPTAAN KEMAKMURAN

Politik Inovasi Yudi Latif Direktur Sekolah Pancasila Kompas, Rabu, 18 September 2019. Wacana publik akhir-akhir ini, termasuk Pidato Presiden, sering mengeluhkan hambatan kemakmuran yang ditimbulkan oleh gejala deindustrialisasi, defisit perdagangan dan pembayaran, perangkap pendapatan menengah (middle income trap), dan jebakan ekonomi ekstraktif. Namun, nyaris tak ada perhatian politik dan kebijakan strategis untuk melakukan transformasi perekonomian ke arah kemakmuran yang terus meningkat secara berkesinambungan dan inklusif. Untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut, Indonesia harus mentransformasikan diri dari perekonomian berbasis ekstraktif, pertanian tradisional, dan manufaktur konvensional menuju ekonomi berbasis pengetahuan dan teknologi (knowledge economy). Selama ini, ukuran yang berkaitan dengan total factor productivity dan knowledge economy index menunjukan betapa rendahnya kontribusi nilai tambah iptek dan tingkat inovasi Indonesia bagi pertumbuhan ekonomi. Bisa dipahami bila pada periode kedua pemerintahannya, Presiden Joko Widodo bertekad menggencarkan pembangunan sumber daya manusia, termasuk memberikan perhatian yang serius terhadap kegiatan riset dan inovasi. Sejumlah rencana telah dicanangkan seperti penambahan anggaran riset negara, penyatuan lembaga-lembaga riset di bawah satu badan, bahkan telah mulai “mengimpor” rektor asing demi menggenjot mutu perguruan tinggi. Kebijaksanaan riset-inovasi dan kebutuhan pasar Sebelum pilihan-pilihan kebijakan itu dijalankan, seyogianya pemerintah perlu menetapkan arah kebijakan dan strategi pendekatan yang tepat bagaimana politik inovasi-teknologi harus dikembangkan agar berjalan efektif dalam mendorong kemakmuran bangsa. Perlu dipahami terlebih dahulu, bahwa hambatan utama pemacuan riset dan inovasi di Indonesia justru terlalu memusat pada inisiatif dan dorongan (push factor) dari negara. Kurang ada terobosan untuk memasyarakatkan hasil riset atau menggairahkan kegiatan riset di jantung masyarakat (pasar). Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan aktivitas riset di negeri ini mewarisi tradisi para apostel pencerahan Eropa yang bekerja untuk kepentingan pemerintah kolonial. Andrew Goss dalam bukunya The Floracrats: State-Sponsored Science and the Failure of the Enlightenment in Indonesia (2011), menyebutnya sebagai tradisi para floracrat; kekuasaan para ilmuwan pecinta bunga yang bekerja di lembaga-lembaga ilmu pengetahun pemerintah kolonial. Di bawah tradisi seperti itu, Ilmuwan/peneliti profesional Indonesia memperoleh legitimasi melalui negara. Pemerintah yang menentukan dan mengendalikan aktivitas riset. Pemerintah pula yang menjadi konsumen utama dari hasil penelitian. Dengan demikian, kendati para ilmuwan memandang dirinya sebagai “pembimbing” masyarakat, pada kenyataannya mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan masyarakat dalam kerangka memasyarakatkan ilmu pengetahuan dan menghidupkan aktivitas riset dan inovasi di jantung masyarakat. Dengan demikian, “Ilmu pengetahuan tetap menjadi urusan kaum elite pemerintah yang boleh jadi dikerjakan dengan penuh minat dan bakat, namun tetap tidak mampu menerobos pagar tinggi sekeliling Kebun Raya.” Dalam jebakan tradisi seperti itu, berapa pun anggaran riset, badan apapun yang mengoordinasikan lembaga-lembaga riset, dan dari mana pun rektor didatangkan, tidak akan efektif dalam mendorong aktivitas inovasi-teknologi dalam kerangka kemakmuran bangsa. Bagaimana pun juga, riset inovatif itu harus sampai ke pasar (masyarakat). Harus mengikuti kebutuhan dan tarikan (pull factor) dari pasar. Oleh karena itu, selain harus mendekatkan hubungan antara lembaga-lembaga riset pemerintah dan perguruan tinggi dengan kebutuhan pasar, juga harus menjadikan aktivitas riset dan inovasi sebagai bagian organik dari dunia usaha. Relevansi dan urgensi pergeseran kebijakan riset-inovasi dan pembangunan kemakmuran dari dorongan pemerintah ke arah tarikan pasar dijelaskan antara lain oleh Clayton M. Christensen, Efosa Ojomo dan Karen Dillon dalam The Prosperity Paradox: How Innovation Can Lift Nations Out of Poverty (2019). Secara jernih digambarkan, betapa banyak usaha dan sumberdaya telah diguyurkan baik oleh negara maupun lembaga-lembaga internasional untuk mengatasi kemiskinan. Sejak 1960, Official Development Assistance telah menggelontorkan $4.3 trilyun dana asistensi pembangunan dalam rangka memerangi kemiskinan di berbagai negara miskin. Negara Indonesia sendiri telah mengerahkan begitu banyak program dan subsidi bagi kaum miskin. Selain itu, berbagai resep juga telah diberikan, mulai dari dorongan untuk memperbaiki infrastruktur (keras dan lunak), memperbaiki tata kelola negara, menambah bantuan (investasi) luar negeri, meningkatkan perdagangan luar negeri dan sebagainya. Namun, hasilnya tidak terlalu menggembirakan. Lebih banyak negara tetap dalam jeratan kemiskinan atau jebakan pendapatan menengah-bawah, karena tidak mampu melakukan transformasi perekonomiannya. Banyak negara terlalu menguras energinya untuk mengurusi kemiskinan, tapi kurang memberikan perhatian pada usaha menciptakan kemakmuran. Bahwa menjadi bangsa yang “makmur” (prosper) itu beda dengan bangsa yang “kaya” (rich, wealthy). Sejumlah negara bisa jadi kaya hanya karena memiliki satu-dua sumberdaya alam yang berlimpah. Namun, kekayaan seperti itu tak bisa berkelanjutan, dan tak bisa mendorong mobilitas vertikal secara luas. Untuk menjadi “makmur”, suatu perekonomian harus bisa menciptakan nilai tambah secara berkelanjutan yang bisa meluaskan mobilitas vertikal secara lebih inklusif. Lewat studi komparatif secara ekstensif terhadap negara-negara yang berhasil mentransformasikan diri dari negara miskin menjadi makmur, Clayton dan kawan-kawan menyimpulkan bahwa usaha menumbuhkan kemakmuran tak bisa hanya mengandalkan push factor dari negara. Mendorong perubahan konstitusi dan kelembagaan demokrasi, instalasi institusi-insitusi baru, pranata antikorupsi, dan beragam infrastruktur oleh negara mungkin bisa menyelesaikan masalah secara temporer, namun pada umumnya tidak membawa perubahan secara berkesinambungan. Pembangunan dan kemakmuran bisa lebih mudah mengakar di banyak negara manakala terkoneksi dengan aktivitas inovasi di jantung pasar, yang pada gilirannya dapat menarik berbagai sumberdaya yang diperlukan masyarakat. Yang dimaksud dengan inovasi adalah perubahan dalam proses, yang melalui proses itu suatu organisasi melakukan tranformasi pekerja, modal, material, dan informasi ke dalam produk atau jasa dengan nilai tambah yang lebih besar. Setidaknya ada tiga jenis inovasi yang harus dikenali. Pertama adalah “sustaining innovations”; yakni inovasi dalam bentuk perbaikan terhadap solusi-solusi yang telah ada di pasar , yang secara tipikal ditargetkan untuk mempertahankan pelanggan yang menginginkan performa yang lebih baik dari suatu produk atau jasa. Inovasi seperti ini diperlukan oleh suatu negara dan perusahaan agar bisa tetap kompetitif dalam mempertahankan pelanggan. Kedua adalah “efficiency innovations”; yakni inovasi yang memungkinkan organisasi bisa mengerjakan (menghasilkan) lebih banyak dengan sumberdaya lebih sedikit. Efisiensi inovasi sangat penting bagi daya hidup organisasi (usaha) manakala lapangan industri makin sesak dan kompetitif. Ketiga adalah “market-creating innovations”; yakni inovasi yang dapat menciptakan pasar baru karena kemampuan menghadirkan produk atau jasa yang belum ada di pasar; atau produk dan jasa yang sudah ada di pasar, namun dengan lebih murah dan terjangkau oleh kalangan yg lebih luas (non-consumers). Meski sustaining innovations dan efficiency innovations diperlukan bagi keberlangsungan perusahaan, namun keduanya tak begitu menjanjikan perluasan tenaga kerja dan ruang-ruang usaha baru. Untuk itu, usaha kemakmuran harus lebih mendorong “market-creating innovations”. Pengalaman lintas negara menunjukan bahwa inovasi terakhir itu dapat membangkitkan mesin ekonomi suatu negara dengan beberapa dampak ikutan. Pertama, menciptakan pekerjaan—seiring dengan makin banyaknya orang yang diperlukan untuk membuat, memasarkan, mendistribusikan, dan menjual hasil-hasil inovasi baru. Kedua, mendorong kemunculan sektor-sektor usaha baru sebagai dampak ikutan. Ketiga, menciptakan keuntungan dari luasnya bentang penduduk, yang pada gilirannya bisa mendatangkan dana bagi pelayanan publik, termasuk pendidikan, infrastruktur, kesehatan, dan sebagainya. Keempat, memiliki potensi besar untuk membawa serta perubahan budaya dan tata kelola yang lebih kondusif bagi usaha-usaha pemajuan kemakmuran. Dengan demikian, lokomotif kemakmuran itu terletak pada usahawan inovator yang mampu mengembangkan inovasi-teknologi yang dapat menciptakan pasar baru. Dan agar suatu bangsa dapat mempertahankan kemakmuran dalam jangka panjang, diperlukan pemerintahan baik, yang dapat menjaga dan mendukung budaya inovasi. Usaha pemerintah dalam pengadaan kebijakan, tata kelola, dan infrastuktur harus ditempatkan sebagai kerang pendukung dalam mempromosikan usaha-usaha market-creating innovations. Ditilik dari perspektif itu, arah kebijakan pembangunan, riset dan inovasi di Indonesia selama ini terlalu menekankan stategi push factor dari negara. Infrastruktur dibangun tanpa terkoneksi secara erat dengan tarikan dinamika pasar. Berbilang lembaga riset negara terus didirikan, dengan aktivitas dan produk riset yang kurang terhubung dengan kebutuhan pasar; juga tanpa kerangka kebijakan yang dapat menumbuhkan aktivitas riset dan inovasi di dunia usaha, atau memberikan kerangka insentif bagi gagasan-gagasan inovasi yang dapat mengarah pada market-creating innovations. Di Amerika, misalnya, anak-anak muda cemerlang dengan ide-ide teknologi inovatif bisa membangun start-up dengan pinjaman modal ventura. Memang tidak semua berhasil; tetapi selalu ada beberapa yang sukses mengembangkan perusahaan berbasis pengetahuan berskala global, seperti microsoft, apple, facebook, dan lain-lain. Defisit insinyur dan strategi mencegah mismatch Usaha meningkatkan mutu perguruan tinggi juga ditempuh melalui push factor dari negara, dengan jalan pintas “mengimpor” rektor dari luar, tanpa mempertimbangkan soal mutu pendidikan itu dengan ketersambungannya dengan pasar (industri). Selama ini banyak dikeluhkan soal rendahnya proporsi mahasiswa sains-teknologi (keinsinyuran) di perguruan tinggi kita. Jumlah mahasiswa (dan lulusan) bidang keinsinyuran hanya 14% dari jumlah seluruh mahasiswa di Indonesia (sekitar 50% belajar teknik komputer), dengan tingkat putus kuliah paling tinggi (4,66%). Bandingkan dengan proporsi lulusan bidang keinsinyuran di Korea Selatan (38%), China (33%), dan bahkan Malaysia (25%). Akibatnya, Indonesia mengalami defisit insinyur. Di sisi lain, kendati jumlah mahasiswa keinsinyuran itu relatif kecil, faktanya dari sekitar 100 ribu lulusan bidang keinsinyuran, hanya sekitar 5 ribu yang bekerja secara profesional sesuai dengan bidangnya. Alhasil, yang harus dilihat bukan hanya dari sisi penawaran, melainkan juga dari sisi permintaan. Untuk mencegah mismatch antara luaran lembaga pendidikan dengan dunia kerja, yang diperlukan bukan hanya pembenahan perguruan tinggi lewat push factor dari negara, tetapi juga rancangan strategi dan prioritas pembangunan ekonomi-industri yang lebih mendorong ekonomi pengetahuan berbasis inovasi. Apapun usaha kita untuk menggenjot jumlah dan kualitas tenaga keinsinyuran tidak akan begitu efektif tanpa terhubung dengan perluasan kebutuhan inovasi-teknologi dalam dunia industri. Di Korea Selatan, misalnya, perguruan tinggi kelas dunia, dengan urutan di bawah 50 dari 100 universitas terbaik dunia, adalah Pohang University of Science and Technology (POSTECH). Universitas ini didirikan oleh pemilik industri baja terkenal, POSCO, dalam rangka memenuhi kebutuhan teknologi sendiri bagi kemandirain teknologi dan menciptakan koneksi yang erat antara akademia dan industri. Meningkatkan mutu perguruan tinggi lebih dari sekadar usaha meningkatkan jumlah publikasi internasional; melainkan dari kemampuan perguruan tinggi merespon market pull; yang dalam ketersambungan erat antara dunia pendidikan dengan dunia inovasi di jantung pasar, akan melahirkan banyak keahlian, inspirasi dan penemuan; yang pada gilirannya akan memberi wahana yang kondusif pagi peningkatan mutu dan kuantitas publikasi internasional. Singkat kata, untuk menjadi makmur, kita harus melihat kesulitan dan perjuangan hidup rakyat sebagai peluang untuk menawarkan solusi. Lewat inovasi yang dapat menciptakan pasar baru, pekerjaan baru, peluang-peluang usaha baru, budaya dan tata kelola baru, rakyat banyak yang selama ini hanya menjadi penonton dalam aktivitas ekonomi, menjadi ikut terlibat. Kemakmuran dan demokratisasi ekonomi terjadi dengan mobilitas vertikal yang meluas dan inklusif. Untuk itu, sudah saatnya negara mengambil peran tut wuri handayani. Rangsanglah market-creating innovations menjadi pemantik api penciptaan kemakmuran; sedangkan pemerintah dapat memperbesar bara api tersebut dengan berbagai kebijakan, institusi dan infrastruktur yang terkoneksi dengan tarikan kebutuhan inovasi-pasar. Itulah jalan produktif penciptaan kemakmuran kita.