Kamis, 29 Juli 2021

Menolak Divaksin

 MENOLAK di VAKSIN... 

 Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyatakan bahwa 99,5 persen orang yang meninggal karena Covid-19 selama 6 bulan terakhir, adalah orang yang tidak vaksin. (4 Juli 2021). Untuk mengetahui alasan orang tidak mau divaksin ada baiknya kita cuplik tulisan William Saletan, tanggal 28 April 2021 Hasil penelitian yang dilakukan di Amerika, menunjukkan adanya hal yang menarik. Ternyata ada 2 jenis kelompok orang yang menolak untuk di vaksin. Berdasarkan tingkat penolakan, yaitu : 1. Mereka yang mengatakan akan “menunggu dan melihat”. Kelompok ini masih mungkin berubah menjadi setuju utk divaksin. Biasa disebut kelompok “ragu-ragu” 2. Mereka yang mengatakan tidak mau divaksin dan akan memegang teguh pendiriannya. Biasa disebut kelompok yang “menolak”. Rata-rata, di seluruh jajak pendapat, orang-orang yang RAGU-RAGU mewakili sekitar 20 persen populasi (penduduk). Orang yang MENOLAK mewakili sekitar 15 persen. Namun walaupun persentase mereka kecil bila keduanya disatukan, kita (pemerintah dan masyarakat) akan menghadapi masalah besar, karena untuk mencapai kekebalan kelompok, titik di mana virus kesulitan menemukan inang yang rentan untuk mempertahankan dirinya sendiri, kita mungkin perlu menyuntik sekitar 70 hingga 85 persen masyarakat. Walaupun kita mampu melakukan vaksinasi pada orang-orang tanpa penolakan, kita tetap membutuhkan orang-orang yang ragu-ragu untuk diyakinkan. ๐Ÿ Kelompok yang “ragu-ragu”. Ketika mereka ditanya mengapa mereka enggan, jawaban mereka yang paling umum berfokus pada keraguan tentang keamanan dan kemanjuran vaksin. Untuk meyakinkan mereka, kita dapat memberi mereka informasi yang relevan, misalnya, bahwa meskipun vaksinnya baru, ilmu tentang hal tersebut telah dikembangkan selama 20 tahun. Penjelasan tersebut cukup bermanfaat, sehingga orang yang ragu-ragu besar kemungkinan akan mengatakan bahwa mereka bersedia untuk divaksin. Beberapa orang ragu-ragu dan menahan diri karena masalah logistik. Tetapi ketika yang berwenang mengatasi masalah tersebut dengan membuat proses vaksinasi lebih mudah dilakukan dan lebih mudah diakses, vaksinnya gratis, permasalahan tersebut bisa diatasi. ๐Ÿ€Kelompok penolak. Beberapa penolak mengatakan mereka tidak memerlukan vaksin, karena mereka kebal karena infeksi sebelumnya. (Kekebalan tidak dapat diandalkan seperti vaksin.) Selain itu mereka mengatakan bahwa mereka tidak akan menerima suntikan COVID karena “ Saya tidak percaya pada pemerintah. Pemerintah dipenuhi dengan orang-orang dengan motif tersembunyi untuk manipulasi dan kontrol.” Selain alasan diatas, setengah dari orang yang mengatakan mereka tidak mau divaksin, percaya adanya satu teori konspirasi tentang vaksin Covid-19 atau vaksin secara umum (menurut jajak pendapat YouGov). Ternyata kelompok yg ragu-ragu juga ada yg berpendapat mirip seperti itu yaitu tidak mempercayai ilmuwan pembuat vaksin dan perusahaan pembuat vaksin. Walaupun penelitian diatas dilakukan di Amerika, cara MEYAKINKAN orang untuk bersedia di vaksin berlaku universal, karena mengandung teknik yang ada dalam ilmu psikologi. Berikut adalah beberapa cara untuk mendekati seseorang yang ragu-ragu terhadap vaksin. 1. Dengarkan kekhawatiran mereka dan berEMPATI. Penting untuk benar-benar mendengarkan dan memahami, karena mungkin seseorang memiliki kekhawatiran yang sangat masuk akal dan hanya membutuhkan beberapa informasi yang jelas. Dekati orang tersebut dengan hormat dan bermartabat, walaupun Anda tidak setuju dengan mereka. 2. Berikan informasi yang jelas dan relevan dengan kekhawatiran masyarakat, tetapi jangan terlalu banyak. Membanjiri mereka dengan terlalu banyak informasi bisa menjadi bumerang. Ketika dihadapkan dengan beberapa argumen yang berlawanan terhadap pandangan mereka yang mereka percayai dan dipegang teguh, orang cenderung mengambil sikap bermusuhan, dan menghabiskan energi untuk melawan pendapat Anda, (teori Adam Grant). Lebih baik untuk mengarahkan seseorang ke satu alasan yang kuat daripada bertele-tele membeberkan studi ilmiah. 3. Pertimbangkan untuk mencari orang yang relevan dan bisa dipercaya oleh mereka. Ketika menghadapi bencana, banyak dari kita atau rata-rata manusia, akan cenderung percaya dan bergantung pada kelompok yang sama dengan kita untuk mendapatkan rasa aman dan dukungan. Sayangnya, hal itu dapat mengarah pada "pemikiran kelompok", di mana orang-orang mendiskreditkan informasi dari seseorang di luar kelompok mereka walaupun informasi itu benar. Sebaliknya orang yang tergabung dalam kelompok yang sama dapat membantu menghilangkan keraguan tentang vaksin kepada sesama anggota. Dokter , pendeta, atau tokoh masyarakat tepercaya dalam satu komunitas , yang memahami pandangan “dunia” mereka akan lebih bisa meyakinkan anggota komunitas yang lain. 4. Seruan pada altruisme orang dan kemanusiaan bersama. Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Para peneliti menemukan bahwa sekitar 6% orang lebih bersedia untuk divaksin jika mereka diberitahu bahwa itu melindungi orang lain selain melindungi diri mereka sendiri. Ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa, “ aspek mempertimbangkan keselamatan orang lain” meningkatkan kesediaan untuk memakai masker dan mengambil tindakan pencegahan kesehatan. Kita berharap bahwa orang dapat mengubah pikiran mereka sendiri, namun bila mereka belum sadar akan pentingnya vaksinasi bagi orang-orang yang memenuhi syarat, ada baiknya kita mencoba menjelaskan bahwa pandemi yang berkelanjutan akan menggagalkan tujuan yang dimiliki semua orang, seperti membuka kembali bisnis dan memperkuat ekonomi kita yang melemah. “Orang yang benar-benar hebat dalam sejarah tidak pernah ingin menjadi hebat untuk diri mereka sendiri. Yang mereka inginkan hanyalah kesempatan untuk berbuat baik bagi orang lain dan dekat dengan Tuhan”. Muhammad Ali.

  RTS

HERD IMMUNITY DAN VAKSIN

HERD IMMUNITY dan VAKSIN.

 Covid-19 sampai saat ini disebagian besar negara didunia, masih menunjukkan “keperkasaannya”. Di Indonesia, pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Jokowi telah berusaha keras dengan segala cara yang cocok dengan situasi dan kondisi Indonesia untuk mengatasi pandemi ini Namun hasilnya masih jauh dari memuaskan, oleh karena itu ada orang-orang atau kelompok yang mengatakan presiden gagal. Penanganan Covid-19 harus dilakukan oleh semua pihak secara komprehensif. Rakyat harus ikut mendukung sepenuhnya program-program pemerintah untuk menanggulangi penyebaran virus Covid-19. Ibarat relasi dalam keluarga, ibu menyuapi makanan pada anak agar sehat, anak harus mau menerima makanan yang diberikan oleh ibu. Saudara-saudara yang lain harus membantu ibu, agar anak mau makan. Tahapan yang sedang berjalan dalam penanggulangan Covid-19 sekarang adalah pembentukan Herd Immunity atau kekebalan kelompok. 

 ❇️ Mengapa herd immunity penting? Kekebalan kelompok terjadi ketika sebagian besar komunitas (kelompok) menjadi kebal terhadap suatu penyakit, membuat penyebaran penyakit dari orang ke orang tidak mungkin terjadi. Akibatnya, seluruh komunitas menjadi terlindungi, bukan hanya mereka yang sudah kebal. 

 ✳️ Berapa persen dari keseluruhan komunitas yang perlu kebal untuk mencapai kekebalan kelompok? Besarnya bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit yang lain. Semakin menular suatu penyakit, semakin besar proporsi populasi yang perlu kebal terhadap penyakit untuk menghentikan penyebarannya. Misalnya, campak adalah penyakit yang sangat menular. Diperkirakan 94% populasi harus kebal untuk memutus rantai penularan. ✅ Bagaimana caranya agar herd immunity tercapai? Sedikitnya ada dua jalur utama untuk herd immunity untuk COVID-19 yaitu infeksi dan vaksin. 

๐Ÿ€Infeksi alami. Kekebalan kelompok dapat dicapai ketika cukup banyak orang dalam populasi telah pulih dari penyakit dan telah mengembangkan antibodi pelindung terhadap infeksi di masa depan. 

 ๐ŸVaksin Kekebalan kelompok juga dapat dicapai ketika cukup banyak orang yang telah divaksinasi terhadap suatu penyakit dan telah mengembangkan antibodi pelindung terhadap infeksi di masa depan. Berbeda dengan metode infeksi alami, vaksin menciptakan kekebalan tanpa menyebabkan penyakit atau komplikasi. Menggunakan konsep herd immunity, vaksin telah berhasil mengendalikan penyakit menular seperti cacar, polio, difteri, rubella dan banyak lainnya. Tetapi mencapai kekebalan kelompok melalui vaksinasi terhadap COVID-19 mungkin sulit karena berbagai alasan. Sebagai contoh: Keraguan vaksin. Beberapa orang mungkin keberatan disuntik vaksin COVID-19 karena alasan agama, kekhawatiran tentang kemungkinan risiko, atau skeptis tentang manfaatnya. Jika proporsi orang yang divaksinasi dalam suatu komunitas di bawah ambang batas kekebalan kelompok, penyakit menular dapat terus menyebar. Kunci dari kekebalan kelompok adalah, jika dalam kelompok tersebut hanya ada sedikit “inang” yang rentan untuk mempertahankan penularan. Mereka yang telah divaksinasi atau sudah terinfeksi secara teoritis tidak dapat tertular dan menyebarkan virus. Atau lebih tepatnya tidak mudah tertular virus. Kondisi di Indonesia, relatif masih banyak orang yang belum mendapat vaksin. Penyebabnya bisa karena belum tersebarnya pemberian vaksin secara merata diseluruh Indonesia (tugas pemerintah) dan penolakan individu (orang) untuk di vaksin.  

❎ Alasan Mengapa Individu Menghindari/Menolak Vaksinasi Arcadio A. Cerda dan Leidy J. Garcia dari Chili melakukan Penelitian untuk menentukan variabel yang mempengaruhi penolakan terhadap vaksin Covid-19 Semua responden yang menjawab penelitian diminta untuk menyebutkan alasan utama yang dapat menyebabkan mereka menghindari vaksinasi. Hasilnya : • Alasan peringkat pertama adalah efek samping vaksin dan tingkat risiko. • Alasan peringkat kedua adalah kurangnya pengetahuan tentang vaksin, dan • alasan peringkat ketiga adalah mereka lebih memilih orang lain untuk divaksinasi terlebih dahulu Selain itu, hasil penelitian menunjukkan tingkat penolakan vaksinasi yang dipilah berdasarkan rentang usia, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin. 

 ๐Ÿ‘ฉ๐Ÿผ‍๐Ÿฆฐ๐Ÿ‘ฑ๐Ÿผ‍♂️Kategori usia menunjukkan bahwa responden antara usia 30 dan 49 tahun menganggap kekhawatiran mereka dengan efek samping dan risiko vaksin sebagai alasan utama penolakan. Responden lain memiliki alasan yang berbeda-beda. ๐Ÿ‘จ๐Ÿผ‍๐ŸŽ“๐Ÿ‘ฉ๐Ÿป‍๐ŸŽ“Demikian pula, tingkat penolakan menurut tingkat pendidikan menunjukkan bahwa orang berpendidikan tinggi lebih sering menolak vaksin karena risiko dan efek samping (S2: 17%; gelar universitas: 13%) daripada orang dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah (SMA: 2,7% ). Demikian pula, mereka yang berpendidikan lebih tinggi menunjukkan tingkat penolakan yang lebih tinggi karena kurangnya pengetahuan tentang vaksin (gelar universitas 11%) daripada orang yang memiliki pendidikan sekolah menengah (3%). 

 ๐Ÿ‘ฉ๐Ÿป‍๐Ÿ’ผ๐Ÿ‘จ๐Ÿป‍⚕️Wanita menolak vaksin lebih banyak daripada pria, terutama karena kekhawatiran tentang efek samping (wanita: 26,2% vs. pria: 13.8%) dan karena kurangnya pengetahuan tentang vaksin (wanita: 11,9% vs pria: 11,3%). Dari hasil tersebut bisa diperolah gambaran kasar faktor penyebab penolakan terhadap vaksinasi, yang hasilnya menunjukkan bahwa alasan utama adalah efek samping dan kurangnya pengetahuan tentang vaksin. Kalaupun di Indonesia penolakan terhadap vaksin disebabkan karena faktor yang sama dengan di Chili, maka sosial media swasta dan sumber komunikasi dari pemerintah (Kominfo) bisa berperan sebagai agen untuk mempromosikan vaksinasi sebagai langkah untuk mencegah penularan. Lebih lanjut, perlunya otoritas kesehatan untuk menggunakan data ilmiah untuk melawan informasi keliru yang disebarluaskan di media sosial dan secara terus menerus memberi tahu warga tentang manfaat dan risiko vaksin COVID-19. Wahai para Youtuber dan Kominfo, masyarakat yang sadar vaksin mengharap partisipasimu untuk mensukseskan vaksinasi dengan cara dan gaya promosi masing-masing yang sesuai dengan selera masyarakat. Lebih dari itu semua kalangan termasuk Komunitas Intelektual, Agama, Partai Politik, Seniman dan lain-lain juga diharapkan untuk ikut berperan aktif membantu pemerintah mewujudkan Herd Immunity di Indonesia secepatnya. “Dari pahitnya penyakit, manusia belajar manisnya kesehatan.” 

RTS

SUGESTI DIRI SENDIRI

 SUGESTI DIRI SENDIRI... Merdeka! ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ Lagi-lagi tentang pandemi Covid-19. Perasaan stres dan depresi melanda banyak orang, dengan diberlakukannya PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat), bahkan ada seruan demo melawan kebijakan pemerintah. Namun kenyataan yang ada, lebih banyak anggota masyarakat yang mampu menahan diri, terus berusaha mengatasi kecemasan dan stres yang melanda dirinya. Seorang teman pernah menulis : Jika kita memikirkan bahagia, kita akan bahagia. Jika kita berfikir sedih, maka kita akan sedih. You are what you think. Anda adalah apa yang anda pikirkan. Didalam ilmu psikologi ada istilah Self Sugession atau Sugesti diri sendiri. Tidak ada tugas yang berat, atau tidak ada tujuan yang berlebihan jika pikiran Anda berpikir bahwa hal itu mungkin dicapai dan dengan demikian Anda menolak kegagalan. Dan itulah yang dilakukan oleh sugesti diri sendiri. Anda membuat pikiran Anda membantu Anda mendapatkan apa yang Anda inginkan. Apa itu sugesti diri sendiri, sebenarnya? Sugesti diri sendiri atau Sugesti pribadi adalah sugesti yang dibangun oleh diri sendiri dan diberikan kepada diri sendiri. Banyak orang yang meremehkan kekuatan sugesti diri sendiri. Padahal sugesti ini bukan hanya dapat mempengaruhi pikiran sadar tetapi juga alam bawah sadar Anda. Sugesti diri sendiri secara sengaja memberi “makan” pikiran bawah sadar Anda. Anda menginginkan sesuatu yang besar. Tetapi Anda tahu bahwa Anda tidak bisa mendapatkannya dengan kondisi Anda saat ini. Bila pikiran Anda juga percaya begitu, maka hasilnya Anda tidak akan pernah bisa mencapainya seumur hidup Anda, karena pikiran bawah sadar Anda juga mendorong Anda ke arah pemikiran negatif. Apa yang diyakini pikiran Anda adalah apa yang terjadi pada Anda . Jika Anda memercayai sesuatu, terlepas dari apakah itu benar atau tidak, pikiran Anda akan mulai mempercayainya, dan Anda akan mendapatkan hasil yang sama seperti yang Anda kira akan terjadi. Pikiran Anda adalah sumber energi yang belum dimanfaatkan dari semua yang Anda lakukan dan semua yang terjadi pada Anda. Apa yang Anda inginkan adalah apa yang Anda dapatkan. Semakin pikiran Anda percaya pada sesuatu, semakin mudah bagi Anda untuk mencapainya, karena seluruh organ tubuh ikut bersiap-siap mencapai tujuan anda. Perilaku Anda akan mengikuti pikiran Anda. Sugesti diri sendiri bekerja jika Anda menggunakannya secara teratur. Katakan pada diri sendiri hal yang sama setiap hari. Katakan dengan keyakinan yang teguh. Katakan seolah-olah Anda tahu bahwa itu benar. Katakanlah seolah-olah Anda mempercayainya, meskipun mungkin saat ini tampaknya tidak mungkin. Sugesti diri bekerja lebih baik jika Anda memiliki tujuan yang pasti. Ketahui apa yang Anda inginkan dan kapan Anda menginginkannya. Usahakan tujuan yang spesifik saat menggunakan Sugesti diri sendiri. Semakin spesifik Anda, maka semakin besar akan berhasil untuk Anda. Misalnya : “Setelah di PHK, saya harus bisa bangkit lagi dalam 3 bulan”. Sugesti diri tidak akan berhasil jika Anda tidak menggunakannya secara teratur. Penggunaan berulang dari sugesti diri sendiri adalah kunci untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan. Jika Anda tidak menggunakan sugesti diri secara teratur, keyakinan Anda pada apa yang ingin Anda capai tidak akan kuat. Dan jika keyakinan Anda tidak kuat tertanam dalam pikiran Anda, pikiran Anda tidak akan membuat Anda berperilaku sesuai dengan yang Anda pikirkan. Tetapkan pikiran Anda. Tentukan tujuan Anda. Buatlah spesifik. Selanjutnya gunakan teknik sugesti diri untuk mengingatkan diri Anda berulang kali tentang apa yang Anda inginkan. Katakan pada diri sendiri dengan keyakinan. Ketika pikiran Anda mulai percaya pada tujuan Anda, tidak peduli seberapa sulit tujuan tersebut, maka hal itu akan mendorong Anda , tanpa Anda sadari untuk bekerja mencapai tujuan Anda. Akhirnya, Anda akan mendapatkan apa yang sebelumnya Anda pikir tidak mungkin. Dalam kondisi prihatin saat ini, kita semua harus mensugesti diri sendiri bahwa Kita akan berhasil melewati masa yang penuh dengan ketidak pastian ini. Dengan tetap berdoa pada Tuhan YME, mohon bimbinganNya, tetap melangkah dengan pasti menuju masa depan yang lebih cerah. “Saya tidak pernah kalah, saya menang atau belajar”. Nelson Mandela RTS

PAKET APAKAH BISA MENULARKAN VIRUS CORONA 19

 ✅ Apakah paket kiriman bisa menularkan virus Corona ? Kemungkinan apakah virus Corona dapat menular lewat paket kiriman juga menjadi perhatian Roberto Colon MD dari Premier Health, Ohio, Amerika. Dikutip dari situsnya, Colon memberi langkah penanganan paket kiriman selama pandemi. Berikut penanganan paket kiriman untuk mencegah COVID-19: 1. Bersihkan bungkus paket kiriman dengan larutan disinfektan 2. Untuk paket makanan, hidangan segera dikeluarkan dari kemasan dan ditempatkan dalam wadah bersih dari rumah 3. Langkah serupa bisa dilakukan pada paket lain, sehingga isi dan kemasan segera terpisah 4. Bungkus paket kiriman langsung dibuang tanpa harus menunggu lama 5. Selama proses menerima, membongkar isi, dan membuang bungkus paket kiriman jangan lupa cuci tangan. "Sebetulnya tidak perlu takut menghadapi paket kiriman. Namun saya merekomendasikan langkah ekstra menghadapi risiko apakah virus Corona dapat menular lewat paket kiriman. Cuci tangan adalah langkah terbaik," kata Colon. 

 RTS ๐Ÿ“ฆ๐Ÿ“ฆ๐Ÿ“ฆ๐Ÿ“ฆ๐Ÿ“ฆ๐Ÿ“ฆ๐Ÿ“ฆ

BERAMAL

 BERAMAL

Masyarakat kelas ekonomi kebawah terbukti telah menjadi kelompok yang paling merasakan dampak negatif penyebaran virus Corona di Indonesia. Berbagai upaya solidaritas antarwarga akhir-akhir ini muncul untuk mengurangi beban ekonomi sebagian warga yang kurang beruntung itu. Ibu-ibu rumah tangga berusaha menyisihkan uang belanja sehari-hari, dan bersama-sama membuat makanan yang diberikan secara gratis pada masyarakat miskin itu. Mereka memberikan sedekah atau donasi dengan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan dan semata-mata hanya mengharapkan ridha-Nya sebagai kebenaran iman seseorang. Puncaknya adalah ketika Sosok Akidi Tio jadi perbincangan setelah sumpang Rp 2 triliun untuk penanganan COVID-19 di Indonesia. Akidi Tio merupakan pengusaha asal Aceh. Semasa hidup dia disebut gemar membantu warga tak mampu di berbagai daerah. Banyak orang yang menyumbangkan uangnya untuk amal percaya bahwa membantu orang yang membutuhkan adalah hal yang penting dan mulia Hal Ini memperkuat hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa sarjana seperti Gil Clary, Mark Snyder dan rekan-rekan yang menemukan bahwa alasan paling penting untuk menjadi sukarelawan adalah kepedulian altruistik. Orang-orang altruistik menikmati perilaku memberi dan memperoleh kesenangan dari tindakan tersebut. Dalam ilmu psikologi, Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Perilaku ini merupakan kebajikan yang ada dalam banyak budaya dan dianggap penting oleh beberapa agama. Altruisme adalah lawan dari egoisme yaitu sifat egois yang mementingkan diri sendiri. Apakah altruisme merupakan faktor bawaan atau bisa dipelajari ? Altruisme bisa merupakan sifat bawaan tapi juga bisa dipelajari. Biasanya anak-anak kecil merasa senang berbagi , dan sampai batas tertentu, kecenderungan altruistik mungkin sudah tertanam dalam diri sebagian orang. Banyak tindakan altruistik bersifat reaktif, atau merupakan reaksi yang bersifat manusiawi. Manusia merespons dengan penuh kasih ketika mereka melihat orang lain kesakitan dan membutuhkan bantuan. Disamping merupakan faktor bawaan, orang juga mempelajari norma-norma altruisme dalam budaya mereka, dan dalam lingkungan keluarga melalui pola asuh orang tua. Selain Altruisme ada beberapa hal yang mampu memotivasi orang untuk beramal. 

 1. NILAI PRIBADI. Adanya rasa moralitas dan etika. 96% orang memberi amal karena mereka merasa berkewajiban untuk memberi sesuatu kepada masyarakat dengan alasan moral. Ada alasan untuk mengatasi kepedihan akibat ketidaksetaraan antara golongan kaya dan miskin. Selain itu mereka juga merasa perlu untuk memanfaatkan “nasib baik” mereka untuk membantu orang lain yang bernasib kurang beruntung. 

 2. IMAN DAN AGAMA Pemberian tanpa pamrih sering menjadi komponen kunci dari banyak sistem kepercayaan spiritual dan agama. Penelitian menunjukkan 71% donor yang hebat menunjukkan nilai-nilai agama mereka sebagai motivasi utama untuk komitmen mereka terhadap amal. 

 3. PENGALAMAN PRIBADI 61% orang mengatakan bahwa pengalaman pribadi yang terjadi dalam hidup mereka, telah memicu perilaku untuk beramal . Hal ini bisa berupa pengalaman kesulitan hidup saat kecil, hingga pengalaman kehilangan anggota keluarga yang telah berjuang melawan penyakit. Apa dampak tindakan beramal pada kehidupan dan pada diri sendiri? Menurut penelitian, tindakan sederhana menyumbangkan uang tunai dapat membantu dan menyegarkan kembali hidup Anda. Keuntungan lainnya, ketika anak-anak Anda melihat Anda menyumbangkan uang, mereka cenderung akan mengadopsi “pola pikir” memberi saat mereka dewasa Penelitian juga menunjukkan bahwa memberikan uang berapapun besarnya untuk amal memiliki dampak positif pada otak, yang selanjutnya akan menyebar memberi kebahagiaan dan rasa bersyukur pada seluruh diri Anda. “Ketika Anda memiliki lebih dari yang Anda butuhkan, bangunlah meja yang lebih panjang bukan pagar yang lebih tinggi”. 

RTS.