Kamis, 26 September 2019

Demo Mahasiswa 25 september 2019

MAHASISWA BANYAK TUNTUTANMU. APA SUMBANGANMU PADA NEGARA?
 Beberapa hari ini mahasiswa dengan gagah berani dan garang turun kejalan untuk menyampaikan aspirasinya kepada DPR dan Pemerintah. Tuntutan utama adalah adalah pembatalan RKUHP yang dianggap mengandung pasal-pasal kontroversial dan pembatalan UUKPK yang sudah disahkan. Namun ada pernyataan menarik dari wakil mahasiswa, yaitu dari Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Swasta Jakarta, kepada Kompas.com. yang menyatakan bahwa Mahasiswa Demo Bukan untuk lengserkan Jokowi, Melainkan Hanya Menuntut Pembatalan RKUHP dan UU KPK. Dia menilai kedua rancangan undang-undang tersebut tak sesuai dengan amanat reformasi. Hal senada juga diucapkan oleh pencetus penggalangan dana untuk aksi demo mahasiswa tanggal 23-24 September 2019. Melalui laman penggalangan dana yang dibuatnya, mantan personel grup musik itu menyebut bahwa aksi ini bukan untuk menggulingkan Presiden Jokowi dari jabatannya. Melainkan, para mahasiswa menuntut agar kebijakan-kebijakan Jokowi sejalan dengan janji-janjinya. Hari minggu tanggal 23 dan 24 September 2019, mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia melakukan aksi unjuk rasa. Bahkan tanggal 25 September pelajar SMU dan SMK ikut kakak-kakaknya turun kejalan. Dari pengalaman -pengalaman di dalam negeri ataupun diluar negeri, demo atau unjuk rasa yang semula diinginkan berjalan damai hampir selalu berakhir dengan ricuh, anarkhis disertai perusakan. Sudah pernah saya tulis bahwa ketika sekumpulan orang berkumpul menjadi suatu massa, maka kepribadian atau jiwa orang-perorangan hilang digantikan dengan jiwa massa. Massa dapat bertindak secara primitif dan tidak rasional karena individu yang menjadi bagian dari massa dan dipengaruhi sikap serta tindakan karena adanya massa yang hadir.” (Gustave Le Bon) Seseorang yang terlibat dalam massa cenderung kehilangan kepribadian yang sadar dan rasional, serta melakukan tindakan kasar dan irasional yang berlawanan dengan kebiasaan2nya. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi calon-calon intelektual. Mahasiswa dengan pendidikannya akan memiliki kemampuan berfikir, dan kepekaan sosial serta sikap kritis, dan dikemudian hari diharapkan mahasiswa mampu menjadi pengontrol sebuah kehidupan sosial dalam masyarakat dengan cara memberikan saran, kritik dan juga solusi untuk permasalahan sosial masyarakat maupun permasalahan bangsa. Sebab mahasiswa adalah bagian dari masyarakat. Kepedulian tersebut bukan hanya diwujudkan dalam bentuk demo ataupun turun kejalan saja, tetapi dengan pemikiran-pemikiran cemerlangnya, diskusi-diskusi, atau memberikan bantuan moril dan juga materil kepada masyarakat serta bangsa. Aksi demo yang dilakukan mahasiswa saat ini disebabkan karena mahasiswa merasa bahwa mereka dan masyarakat tidak diikut sertakan dalam penyusunan rencana kedua undang-undang tersebut dan DPR mencederai demokrasi. Pemerintah dan DPR memahami ada sumbatan komunikasi yang terjadi selama ini. Pemerintah dan DPR sadar bahwa kepentingan bangsa diatas segala-galanya, maka tuntutan mahasiswa yang menolak RKUHP sudah dikabulkan dengan menunda pengesahannya sampai DPR yang baru bersidang. Pemerintah dan DPR berjanji akan membuka dialog selebar-lebarnya. Walaupun sebenarnya pada waktu menyusun RKUHP, sudah mengakomodir masukan dari berbagai masyarakat. Tuntutan pembatalan UUKPK yang sudah disahkan, bisa dilakukan melalui Mahkamah Konstitusi, bukan dengan demo dijalan. Karena negara ini adalah negara hukum. Apalagi yang mahasiswa inginkan atau tuntut pada Pemerintah dan DPR? Mengapa masih melakukan demo? Tidak salah bila ada pemikiran bahwa ada agenda tersembunyi dibalik tuntutan yang diutarakan. Sadarkah bahwa aksi turun kejalan yang dilakukan mahasiswa telah ditiru oleh adik-adiknya siswa SMU/SMK yang sudah dirasuki sifat Hero yang sering mereka tonton/lakukan dalam games yang menjamur didunia maya. Karena usia yang masih muda, maka dalam mewujudkan sifat Hero seringkali berubah menjadi perilaku Agresif dan Vandalisme, perusakan dan penghancuran secara kasar dan ganas. Tuntutan mahasiswa adalah mulia, peduli pada kepentingan masyarakat, tetapi pertanyaannya, apakah kewajiban mahasiswa dalam bela negara sudah dilakukan? Apakah mahasiswa ikut berpartisipasi aktif dalam pemadaman hutan? Apakah mahasiswa ikut membantu pemerintah dalam meyakinkan masyarakat Papua bahwa seluruh masyarakat Indonesia mencintai mereka? Apakah mahasiswa ikut membantu menangani bencana alam? Apakah mahasiswa juga ikut menjaga agar anak bangsa tidak kecanduan narkoba? Dan pertanyaan terakhir, apakah mahasiswa ikut mengatasi kerusuhan yang timbul sebagai dampak demo yang mereka lakukan saat ini? Adik-adik siswa-siswa SMU/K sedang dirusak moralnya, oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang senang melihat moral bangsa hancur. Mengapa mahasiswa tidak cepat tanggap bahwa aksi siswa yang masih dibawah umur, memerlukan penanganan yang sangat hati-hati? Mengapa mahasiswa tidak ikut cuci “piring yang kotor” setelah mereka selesai makan? Banyak sekali pertanyaan sekaligus harapan yang ditujukan pada mahasiswa sebagai manusia dewasa yang berpendidikan tinggi. Masa depan bangsa dan negara ada ditangan mahasiswa, putera/putri bangsa yang cerdas dan santun Harapan masyarakat, hendaknya mahasiswa sadar bahwa hak dan kewajiban harus berjalan seiring dan proporsional. “Jangan Tanyakan Apa yang Negara Berikan Padamu, Tapi Tanyakan Apa yang Telah Kamu Berikan pada Negaramu.”. John F Kennedy, presiden ke 35 Amerika Serikat.

Rabu, 25 September 2019

Komunikasj Persuasif kontroversi RUUKUHP

KOMUNIKASI PERSUASIF...

Tadi malam saya lihat acara di salah satu TV swasta. Ada dialog antara beberapa kelompok, topiknya : “Kontroversi RKUHP: Dari Pasal Kumpul Kebo Sampai Penghinaan Presiden“ (24/9/2019) Saya hanya ingin menjelaskan bahwa dalam acara tersebut terjadi komunikasi persuasif yang dilakukan oleh “Kelompok pemerintah dan DPR” yang saya anggap sebagai sumber informasi dan “kelompok mahasiswa dkk” sebagai penerima informasi. Topik ini sangat cocok dengan kondisi saat ini dimana “mahasiswa” diberbagai daerah sudah dua hari melakukan demo untuk menolak disahkannya RKUHP oleh DPR. Rencananya demo mahasiswa masih akan berlangsung beberapa hari kedepan. Kelompok mahasiswa yg diwakili oleh 3 orang wakil mereka mengemukakan faktor2 penyebab mereka melakukan demo. Mereka mengharap Pemerintah dan DPR bekerja untuk kepentingan rakyat dengan hati nurani, dan mereka menyoal sederet pasal kontroversi yang dianggap terlalu masuk ranah pribadi, kebebasan terancam dikebiri, reformasi, sedang “dikorupsi”. Dengan lantang dan gagah berani, serta semangat yang berapi-api, sesuai dengan ciri anak muda atau dewasa awal, mereka mengkritik senior mereka yang mewakili pihak pemerintah dan DPR. Sikap mereka terlihat jelas, menyalahkan DPR dan Pemerintah dan membela rakyat yang oleh mereka dianggap didholimi dengan pasal-pasal yang ada di RKUHP. Namun sayang, ketika pemimpin acara menanyakan apakah dari 3 orang yang mewakili mahasiswa tersebut ada yang kuliah Ilmu Hukum? Ternyata tidak ada. Pemimpin acara sempat menyayangkan dan mengatakan bahwa sebaiknya dalam diskusi yang menyangkut aspek Hukum, pembicara adalah orang yang melek hukum. Sangat berbeda dengan kelompok Pemerintah dan DPR yang diwakili oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan beberapa anggota DPR yang semuanya adalah pakar hukum dan sangat paham akan seluk beluk ilmu hukum. Saya tidak akan membahas aspek hukum yang diperdebatkan, namun akan membahas aspek komunikasi persuasif yang terjadi. Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau mempengaruhi sikap seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Komunikator yang ingin merubah sikap lawan komunikasi adalah pihak pemerintah dan DPR. Sedangkan pihak yang ingin dirubah sikapnya adalah mahasiswa yang melakukan demo. Ingin dirubah karena sikap mahasiswa yang berwujud demo dianggap tidak tepat. Selain meresahkan masyarakat, mengganggu ketertiban umum, aksi demo yang semula diinginkan berjalan damai kemungkinan bisa “ditunggangi” oleh kelompok yang tidak bertanggung jawab sehingga demo berubah menjadi anarkhis. Ternyata memang terbukti. SIKAP. Ada beberapa defini tentang Sikap, antara lain oleh Soetarno (1994) yaitu: sebuah pandangan dan perasaan yang diikuti oleh kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Soetarno menekankan obyek sebagai hal utama untuk pengertian sikap. Komponen sikap ada 3 yaitu: 1. Kognisi: Proses berfikir di mana individu menjadi sadar akan persepsinya terhadap obyek. 2. Afeksi: proses di mana individu mempunyai kecenderungan untuk suka atau tidak suka pada objek. 3. Konasi: Predisposisi perilaku yang sudah sampai tahapan individu akan melakukan sesuatu tindakan/perilaku terhadap objek. Obyek nya disini adalah RKUHP. Mahasiswa berfikir (KOGNISI) bahwa RKUHP merugikan rakyat maka harus dibatalkan pengesahaannya, atau ditunda sampai DPR yang baru. Mahasiswa merasa tidak senang (AFEKSI) terhadap RKUHP yang dibuat oleh DPR bersama Pemerintah karena ada beberapa pasal yang kontroversial. Mahasiswa akan melakukan demonstrasi (KONASI) sebagai wujud penyaluran aspirasi mereka untuk menghentikan pengesahan RKUHP. Kelanjutannya demo memang di lakukan oleh mahasiswa. Sikap ini yang akan dirubah oleh pihak DPR dan Pemerintah melalui tahapan komponen sikap. Pemikiran (kognisi) tentang pasal -pasal bermasalah ternyata TIDAK TEPAT karena mahasiswa tidak membaca secara mendalam. Hanya menerima informasi dari sosmed yang viral yang bersifat menyesatkan. Akibatnya perasaan (AFEKSI) atau emosi negatif muncul. Mahasiswa yang berjiwa muda seringkali mudah tersulut emosinya, sehingga pikiran rasional terganggu atau lenyap. Mahasiswa melakukan demo sebagai perwujudan KONASI, perilaku yang awalnya direncanakan positif, berubah menjadi anarkhis, mengganggu kehidupan bernegara. Lebih jauh lagi, Obyek yang semula adalah RKUHP melebar ke arah Pemerintah pada umumnya dan Presiden pada khususnya. Apakah komunikasi persuasif yang dilakukan pihak Pemerintah dan DPR dalam acara TV tersebut, bisa dikatakan berhasil merubah sikap mahasiswa? Kesan yang saya peroleh tadi malam, perubahan BELUM tampak pada aspek perasaan atau afeksi dan perilaku. Karena tanggapan mahasiswa tetap keras. Mahasiswa tetap merasa tidak senang dan tetap menyalahkan DPR dan Pemerintah. Kemungkinan penolakan terhadap penjelasan pemerintah salah satunya disebabkan oleh HARGA DIRI yang tinggi dari mahasiswa. Mereka tidak mau dianggap tidak mampu berfikir rasional, tidak mau mengakui kekurangan karena mereka merasa sudah masuk dan menjadi anggota dalam dunia kaum Intelektual, dengan kata lain mereka sudah berhak disebut sebagai Orang Pandai. “Menulis adalah baik, berpikir lebih baik. Kepandaian baik, kesabaran lebih baik”. Hermann Hesse Penulis, penyair dan Peraih Nobel sastra (1946) Merdeka! 🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩

Jumat, 20 September 2019

Butir butir Pedoman Pada Pancasila

BUTIR-BUTIR PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA

Lima asas dalam Pancasila dijabarkan menjadi 36 butir pengamalan, sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila. Butir-butir Pancasila ditetapkan dalam Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa.

 I. SILA PERTAMA : KETUHANAN YANG MAHA ESA

 1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. 2. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama & penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup. 3. Saling hormat-menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. 4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

II. SILA KEDUA : KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
 1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. 2. Saling mencintai sesama manusia. 3.Mengembangkan sikap tenggang rasa. 4. Tidak semena-mena terhadap orang lain. 5. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. 6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. 7. Berani membela kebenaran dan keadilan. 8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu kembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

III. SILA KETIGA : PERSATUAN INDONESIA 1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. 2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. 3. Cinta Tanah Air dan Bangsa. 4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan bertanah Air Indonesia. 5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

IV. SILA KEEMPAT : KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN 1.Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat. 2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. 3.Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. 4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan. 5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah. 6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. 7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung-jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

V. SILA KELIMA : KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
 1.Mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong. 2. Bersikap adil. 3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. 4. Menghormati hak-hak orang lain. 5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain. 6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain. 7. Tidak bersifat boros. 8. Tidak bergaya hidup mewah. 9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum. 10. Suka bekerja keras. 11. Menghargai hasil karya orang lain. 12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial. 

Rabu, 18 September 2019

PENCIPTAAN KEMAKMURAN

Politik Inovasi Yudi Latif Direktur Sekolah Pancasila Kompas, Rabu, 18 September 2019. Wacana publik akhir-akhir ini, termasuk Pidato Presiden, sering mengeluhkan hambatan kemakmuran yang ditimbulkan oleh gejala deindustrialisasi, defisit perdagangan dan pembayaran, perangkap pendapatan menengah (middle income trap), dan jebakan ekonomi ekstraktif. Namun, nyaris tak ada perhatian politik dan kebijakan strategis untuk melakukan transformasi perekonomian ke arah kemakmuran yang terus meningkat secara berkesinambungan dan inklusif. Untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut, Indonesia harus mentransformasikan diri dari perekonomian berbasis ekstraktif, pertanian tradisional, dan manufaktur konvensional menuju ekonomi berbasis pengetahuan dan teknologi (knowledge economy). Selama ini, ukuran yang berkaitan dengan total factor productivity dan knowledge economy index menunjukan betapa rendahnya kontribusi nilai tambah iptek dan tingkat inovasi Indonesia bagi pertumbuhan ekonomi. Bisa dipahami bila pada periode kedua pemerintahannya, Presiden Joko Widodo bertekad menggencarkan pembangunan sumber daya manusia, termasuk memberikan perhatian yang serius terhadap kegiatan riset dan inovasi. Sejumlah rencana telah dicanangkan seperti penambahan anggaran riset negara, penyatuan lembaga-lembaga riset di bawah satu badan, bahkan telah mulai “mengimpor” rektor asing demi menggenjot mutu perguruan tinggi. Kebijaksanaan riset-inovasi dan kebutuhan pasar Sebelum pilihan-pilihan kebijakan itu dijalankan, seyogianya pemerintah perlu menetapkan arah kebijakan dan strategi pendekatan yang tepat bagaimana politik inovasi-teknologi harus dikembangkan agar berjalan efektif dalam mendorong kemakmuran bangsa. Perlu dipahami terlebih dahulu, bahwa hambatan utama pemacuan riset dan inovasi di Indonesia justru terlalu memusat pada inisiatif dan dorongan (push factor) dari negara. Kurang ada terobosan untuk memasyarakatkan hasil riset atau menggairahkan kegiatan riset di jantung masyarakat (pasar). Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan aktivitas riset di negeri ini mewarisi tradisi para apostel pencerahan Eropa yang bekerja untuk kepentingan pemerintah kolonial. Andrew Goss dalam bukunya The Floracrats: State-Sponsored Science and the Failure of the Enlightenment in Indonesia (2011), menyebutnya sebagai tradisi para floracrat; kekuasaan para ilmuwan pecinta bunga yang bekerja di lembaga-lembaga ilmu pengetahun pemerintah kolonial. Di bawah tradisi seperti itu, Ilmuwan/peneliti profesional Indonesia memperoleh legitimasi melalui negara. Pemerintah yang menentukan dan mengendalikan aktivitas riset. Pemerintah pula yang menjadi konsumen utama dari hasil penelitian. Dengan demikian, kendati para ilmuwan memandang dirinya sebagai “pembimbing” masyarakat, pada kenyataannya mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan masyarakat dalam kerangka memasyarakatkan ilmu pengetahuan dan menghidupkan aktivitas riset dan inovasi di jantung masyarakat. Dengan demikian, “Ilmu pengetahuan tetap menjadi urusan kaum elite pemerintah yang boleh jadi dikerjakan dengan penuh minat dan bakat, namun tetap tidak mampu menerobos pagar tinggi sekeliling Kebun Raya.” Dalam jebakan tradisi seperti itu, berapa pun anggaran riset, badan apapun yang mengoordinasikan lembaga-lembaga riset, dan dari mana pun rektor didatangkan, tidak akan efektif dalam mendorong aktivitas inovasi-teknologi dalam kerangka kemakmuran bangsa. Bagaimana pun juga, riset inovatif itu harus sampai ke pasar (masyarakat). Harus mengikuti kebutuhan dan tarikan (pull factor) dari pasar. Oleh karena itu, selain harus mendekatkan hubungan antara lembaga-lembaga riset pemerintah dan perguruan tinggi dengan kebutuhan pasar, juga harus menjadikan aktivitas riset dan inovasi sebagai bagian organik dari dunia usaha. Relevansi dan urgensi pergeseran kebijakan riset-inovasi dan pembangunan kemakmuran dari dorongan pemerintah ke arah tarikan pasar dijelaskan antara lain oleh Clayton M. Christensen, Efosa Ojomo dan Karen Dillon dalam The Prosperity Paradox: How Innovation Can Lift Nations Out of Poverty (2019). Secara jernih digambarkan, betapa banyak usaha dan sumberdaya telah diguyurkan baik oleh negara maupun lembaga-lembaga internasional untuk mengatasi kemiskinan. Sejak 1960, Official Development Assistance telah menggelontorkan $4.3 trilyun dana asistensi pembangunan dalam rangka memerangi kemiskinan di berbagai negara miskin. Negara Indonesia sendiri telah mengerahkan begitu banyak program dan subsidi bagi kaum miskin. Selain itu, berbagai resep juga telah diberikan, mulai dari dorongan untuk memperbaiki infrastruktur (keras dan lunak), memperbaiki tata kelola negara, menambah bantuan (investasi) luar negeri, meningkatkan perdagangan luar negeri dan sebagainya. Namun, hasilnya tidak terlalu menggembirakan. Lebih banyak negara tetap dalam jeratan kemiskinan atau jebakan pendapatan menengah-bawah, karena tidak mampu melakukan transformasi perekonomiannya. Banyak negara terlalu menguras energinya untuk mengurusi kemiskinan, tapi kurang memberikan perhatian pada usaha menciptakan kemakmuran. Bahwa menjadi bangsa yang “makmur” (prosper) itu beda dengan bangsa yang “kaya” (rich, wealthy). Sejumlah negara bisa jadi kaya hanya karena memiliki satu-dua sumberdaya alam yang berlimpah. Namun, kekayaan seperti itu tak bisa berkelanjutan, dan tak bisa mendorong mobilitas vertikal secara luas. Untuk menjadi “makmur”, suatu perekonomian harus bisa menciptakan nilai tambah secara berkelanjutan yang bisa meluaskan mobilitas vertikal secara lebih inklusif. Lewat studi komparatif secara ekstensif terhadap negara-negara yang berhasil mentransformasikan diri dari negara miskin menjadi makmur, Clayton dan kawan-kawan menyimpulkan bahwa usaha menumbuhkan kemakmuran tak bisa hanya mengandalkan push factor dari negara. Mendorong perubahan konstitusi dan kelembagaan demokrasi, instalasi institusi-insitusi baru, pranata antikorupsi, dan beragam infrastruktur oleh negara mungkin bisa menyelesaikan masalah secara temporer, namun pada umumnya tidak membawa perubahan secara berkesinambungan. Pembangunan dan kemakmuran bisa lebih mudah mengakar di banyak negara manakala terkoneksi dengan aktivitas inovasi di jantung pasar, yang pada gilirannya dapat menarik berbagai sumberdaya yang diperlukan masyarakat. Yang dimaksud dengan inovasi adalah perubahan dalam proses, yang melalui proses itu suatu organisasi melakukan tranformasi pekerja, modal, material, dan informasi ke dalam produk atau jasa dengan nilai tambah yang lebih besar. Setidaknya ada tiga jenis inovasi yang harus dikenali. Pertama adalah “sustaining innovations”; yakni inovasi dalam bentuk perbaikan terhadap solusi-solusi yang telah ada di pasar , yang secara tipikal ditargetkan untuk mempertahankan pelanggan yang menginginkan performa yang lebih baik dari suatu produk atau jasa. Inovasi seperti ini diperlukan oleh suatu negara dan perusahaan agar bisa tetap kompetitif dalam mempertahankan pelanggan. Kedua adalah “efficiency innovations”; yakni inovasi yang memungkinkan organisasi bisa mengerjakan (menghasilkan) lebih banyak dengan sumberdaya lebih sedikit. Efisiensi inovasi sangat penting bagi daya hidup organisasi (usaha) manakala lapangan industri makin sesak dan kompetitif. Ketiga adalah “market-creating innovations”; yakni inovasi yang dapat menciptakan pasar baru karena kemampuan menghadirkan produk atau jasa yang belum ada di pasar; atau produk dan jasa yang sudah ada di pasar, namun dengan lebih murah dan terjangkau oleh kalangan yg lebih luas (non-consumers). Meski sustaining innovations dan efficiency innovations diperlukan bagi keberlangsungan perusahaan, namun keduanya tak begitu menjanjikan perluasan tenaga kerja dan ruang-ruang usaha baru. Untuk itu, usaha kemakmuran harus lebih mendorong “market-creating innovations”. Pengalaman lintas negara menunjukan bahwa inovasi terakhir itu dapat membangkitkan mesin ekonomi suatu negara dengan beberapa dampak ikutan. Pertama, menciptakan pekerjaan—seiring dengan makin banyaknya orang yang diperlukan untuk membuat, memasarkan, mendistribusikan, dan menjual hasil-hasil inovasi baru. Kedua, mendorong kemunculan sektor-sektor usaha baru sebagai dampak ikutan. Ketiga, menciptakan keuntungan dari luasnya bentang penduduk, yang pada gilirannya bisa mendatangkan dana bagi pelayanan publik, termasuk pendidikan, infrastruktur, kesehatan, dan sebagainya. Keempat, memiliki potensi besar untuk membawa serta perubahan budaya dan tata kelola yang lebih kondusif bagi usaha-usaha pemajuan kemakmuran. Dengan demikian, lokomotif kemakmuran itu terletak pada usahawan inovator yang mampu mengembangkan inovasi-teknologi yang dapat menciptakan pasar baru. Dan agar suatu bangsa dapat mempertahankan kemakmuran dalam jangka panjang, diperlukan pemerintahan baik, yang dapat menjaga dan mendukung budaya inovasi. Usaha pemerintah dalam pengadaan kebijakan, tata kelola, dan infrastuktur harus ditempatkan sebagai kerang pendukung dalam mempromosikan usaha-usaha market-creating innovations. Ditilik dari perspektif itu, arah kebijakan pembangunan, riset dan inovasi di Indonesia selama ini terlalu menekankan stategi push factor dari negara. Infrastruktur dibangun tanpa terkoneksi secara erat dengan tarikan dinamika pasar. Berbilang lembaga riset negara terus didirikan, dengan aktivitas dan produk riset yang kurang terhubung dengan kebutuhan pasar; juga tanpa kerangka kebijakan yang dapat menumbuhkan aktivitas riset dan inovasi di dunia usaha, atau memberikan kerangka insentif bagi gagasan-gagasan inovasi yang dapat mengarah pada market-creating innovations. Di Amerika, misalnya, anak-anak muda cemerlang dengan ide-ide teknologi inovatif bisa membangun start-up dengan pinjaman modal ventura. Memang tidak semua berhasil; tetapi selalu ada beberapa yang sukses mengembangkan perusahaan berbasis pengetahuan berskala global, seperti microsoft, apple, facebook, dan lain-lain. Defisit insinyur dan strategi mencegah mismatch Usaha meningkatkan mutu perguruan tinggi juga ditempuh melalui push factor dari negara, dengan jalan pintas “mengimpor” rektor dari luar, tanpa mempertimbangkan soal mutu pendidikan itu dengan ketersambungannya dengan pasar (industri). Selama ini banyak dikeluhkan soal rendahnya proporsi mahasiswa sains-teknologi (keinsinyuran) di perguruan tinggi kita. Jumlah mahasiswa (dan lulusan) bidang keinsinyuran hanya 14% dari jumlah seluruh mahasiswa di Indonesia (sekitar 50% belajar teknik komputer), dengan tingkat putus kuliah paling tinggi (4,66%). Bandingkan dengan proporsi lulusan bidang keinsinyuran di Korea Selatan (38%), China (33%), dan bahkan Malaysia (25%). Akibatnya, Indonesia mengalami defisit insinyur. Di sisi lain, kendati jumlah mahasiswa keinsinyuran itu relatif kecil, faktanya dari sekitar 100 ribu lulusan bidang keinsinyuran, hanya sekitar 5 ribu yang bekerja secara profesional sesuai dengan bidangnya. Alhasil, yang harus dilihat bukan hanya dari sisi penawaran, melainkan juga dari sisi permintaan. Untuk mencegah mismatch antara luaran lembaga pendidikan dengan dunia kerja, yang diperlukan bukan hanya pembenahan perguruan tinggi lewat push factor dari negara, tetapi juga rancangan strategi dan prioritas pembangunan ekonomi-industri yang lebih mendorong ekonomi pengetahuan berbasis inovasi. Apapun usaha kita untuk menggenjot jumlah dan kualitas tenaga keinsinyuran tidak akan begitu efektif tanpa terhubung dengan perluasan kebutuhan inovasi-teknologi dalam dunia industri. Di Korea Selatan, misalnya, perguruan tinggi kelas dunia, dengan urutan di bawah 50 dari 100 universitas terbaik dunia, adalah Pohang University of Science and Technology (POSTECH). Universitas ini didirikan oleh pemilik industri baja terkenal, POSCO, dalam rangka memenuhi kebutuhan teknologi sendiri bagi kemandirain teknologi dan menciptakan koneksi yang erat antara akademia dan industri. Meningkatkan mutu perguruan tinggi lebih dari sekadar usaha meningkatkan jumlah publikasi internasional; melainkan dari kemampuan perguruan tinggi merespon market pull; yang dalam ketersambungan erat antara dunia pendidikan dengan dunia inovasi di jantung pasar, akan melahirkan banyak keahlian, inspirasi dan penemuan; yang pada gilirannya akan memberi wahana yang kondusif pagi peningkatan mutu dan kuantitas publikasi internasional. Singkat kata, untuk menjadi makmur, kita harus melihat kesulitan dan perjuangan hidup rakyat sebagai peluang untuk menawarkan solusi. Lewat inovasi yang dapat menciptakan pasar baru, pekerjaan baru, peluang-peluang usaha baru, budaya dan tata kelola baru, rakyat banyak yang selama ini hanya menjadi penonton dalam aktivitas ekonomi, menjadi ikut terlibat. Kemakmuran dan demokratisasi ekonomi terjadi dengan mobilitas vertikal yang meluas dan inklusif. Untuk itu, sudah saatnya negara mengambil peran tut wuri handayani. Rangsanglah market-creating innovations menjadi pemantik api penciptaan kemakmuran; sedangkan pemerintah dapat memperbesar bara api tersebut dengan berbagai kebijakan, institusi dan infrastruktur yang terkoneksi dengan tarikan kebutuhan inovasi-pasar. Itulah jalan produktif penciptaan kemakmuran kita.

Minggu, 08 September 2019

NUSANTARA BANGSA TAK PERNAH TERJAHAH

Prof Dr Agus Budiyono, alumnus ITB, alumnus MIT Amerika Serikat. Perguruan Tinggi sangat bergengsi di dunia. Beliau lama mengajar sebagai Profesor di Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Australia. Hari ini beliau menerima Penghargaan dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila dalam "Tujuh Puluh Empat Ikon Apresiasi Prestasi Pancasila" atas prestasi dan inspirasinya sebagai penyandang empat gelar Profesor di bidang Aeronautika dan Astronautic. Dari beberapa kali berdiskusi dengan beliau, tampak sekali keinginan kuat beliau untuk menyatukan dan memperkuat potensi-potensi SDM yang dimiliki Indonesia untuk memajukan Indonesia oleh anak-anak bangsa sendiri. Sejak pulang dari mancanegara ke tanah air pada akhir 2016, tidak menunggu lama, beliau berkeliling ke seluruh pelosok tanah air guna membangkitkan kepercayaan diri anak bangsa bahwa Indonesia mampu! Indonesia bisa! Tulisan beliau terbaru (19 Agustus 2019) berjudul "Nusantara Tidak Pernah Dikalahkan", sungguh sangat menyentuh dan menyentak keIndonesiaan kita, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Andai saja Presiden Joko Widodo menunjuk beliau sebagai Menristekdikti dalam kabinet mendatang, saya yakin wajah dunia pendidikan tinggi dan dunia riset di Republik ini akan berubah. Beliau tidak akan mengimpor Rektor dan Peneliti dari negara lain. Semoga... *ARTICLE: Nusantara Tidak Pernah Dikalahkan* _READING TIME: 6 MINUTES_ _by Agus Budiyono, Alumni Massachusetts Institute of Technology_ _disampaikan dalam Seminar Nasional "Literasi Sains untuk Membumikan Nilai-nilai Pancasila" Solo, 19 Agustus 2019_ Saya menghabiskan sebagian besar usia dewasa saya di luar nusantara. Saya pernah tinggal di _Amerika (Cambridge, Boston, Nashua, Columbus),Eropa (Assen),Australia (Melbourne) dan Timur Jauh (Seoul)._ Kemanapun saya pergi saya bangga menjadi orang Indonesia. Sangat bangga. Saya datang dari bangsa yang kaya raya. Nenek moyang sayalah yang dulu menyelamatkan bangsa Eropa dari ancaman kepunahan dan membiayai transformasi masyarakat mereka untuk keluar dari abad kegelapan. Eropa tahun 1200an adalah daratan yang terkebelakang. Lima ratusan tahun kemudian, pun dengan episode Renaissance tahun 1400-1700an, nasib mereka tidak berubah banyak. Sampai tahun 1694, Eropa masih didera wabah kelaparan. Menurut catatan pegawai di kota _Beauvais_, wabah kelaparan yang mengganas membuat para warga yang miskin mengkonsumsi makanan yang sangat tidak higienis (dan tidak akan pernah terbayang oleh penduduk nusantara kita). Mereka makan kucing dan serpihan bangkai kuda yang terserak di tengah kotoran. Lainnya memakan paku-pakuan, rumput dan akar tanaman yang mereka rebus dalam air. Pemandangan ini meruyak di seluruh daerah Perancis. Sekitar 15% populasi *Perancis* mati kelaparan antara tahun 1692-1694. Tahun 1695, wabah yang sama memukul *Estonia* dan membunuh seperlima populasinya. Tahun berikutnya, 1696, adalah giliran *Finlandia* yang seperempat penduduknya habis. Sementara itu *Skotlandia* juga dihajar wabah kelaparan antara tahun 1695-1698, dimana beberapa daerah kehilangan 20% dari penduduknya. Itulah wajah Eropa selama lebih dari setengah abad. Negeri-negerinya diperintah oleh penguasa-penguasa yang lalim dan diperas oleh para perampok dan bajak laut. Sementara warga Perancis sedang sekarat dan bergulat dengan kelaparan masal, Raja Louis XIV asyik glenikan dengan simpanan-simpanannya di Versailles. Bagaimana kondisi nusantara pada perioda tersebut? Pada perioda 1200 - 1700 nusantara kita adalah tempat paling makmur seluruh dunia. Setelah era kerajaan maritim *Sriwijaya* (650-1183), tahun 1300an muncul, *Majapahit*, empire kedua di Nusantara yang masa keemasannya didokumentasikan dalam buku _Negara Kertagama_. Wilayah Majapahit membentang melebihi Indonesia kita sekarang ini. _Subur kang sarwo tinandur. Gemah ripah loh jinawi_. Sawah luas seperti tanpa batas. Hutan dan kebun dengan seribu macam buah, umbi-umbian, rempah-rempah dan tentunya beraneka ragam ternak. Sungai, laut dan danau penuh berisi ikan dan berbagai komoditi. Sementara tanah yang dipijak berisi mineral dan berbagai logam mulia. Pendeknya, nusantara kita adalah paradisal archipelago. Raja-raja kita memerintah dengan adil dan bijaksana. Memang ada persaingan dan peperangan di sana-sini. Tetapi ini peperangan bukan karena kekurangan. Semua raja di wilayah nusantara adalah penguasa yang kaya raya. _Madep ngalor sugih, madep ngidul sugih._ Tidak pernah ada masalah kelaparan seperti di Eropa sana. Jadi tidaklah logis. _It doesn't add up_. _Ora gathuk_. Tidak nalar, kalo bangsa kelaparan tadi itu datang _kledang-kledang_ menjajah bangsa yang kuat dan makmur. Dari keseluruhan riset saya, berikut ini adalah rekonstruksi yang lebih mungkin terjadi di situasi nusantara kita saat itu: 1. Para explorer dari Eropa itu dikirim kemana-mana oleh penguasanya justru sebagai misi SOS (tapi kemudahan berkembang menjadi misi keserakahan). Bangsa nyaris punah yang sedang mencari jalan keselamatan. Mereka mengetahui dari laporan para traders sebelumnya bahwa ada negeri makmur di katulistiwa yang mempunyai semuanya. Sumber daya yang besar. Itu adalah harapan besar bagi mereka untuk _survive._ 2. Ketika datang ke nusantara, tidak seperti yang digambarkan oleh kebanyakan narasi mereka kemudian(yang ironically menjadi rujukan utama sejarah kita sampai saat ini), mereka bukanlah datang dengan kapal-kapal yang gagah yang pantas untuk menguasai kita. Layar kapal-kapal mereka compang-camping. Tiang-tiang kapal banyak yang patah. Awak-awak kapal mereka kurus kering, kelaparan dan penyakitan sesudah dihajar badai-badai dan digarap para perompak sepanjang lintasan ke nusantara. Mereka tiba di kepulauan kita dengan kaki lemes, mata nanar dan tatapan kosong. Salah satu episoda yang tercatat secara resmi adalah diterimanya 7 pelaut Portugis oleh *Sultan Abu Lais* tahun 1512, sesudah mereka diselamatkan oleh nelayan karena kapalnya hampir karam. Alvares Cabral memimpin pelayaran 13 kapal dan hanya 7 yang selamat. 3. Hanya atas belas kasihan raja-raja kita lah mereka itu diterima dan ditampung dalam wilayah nusantara. Disanak dan diorangkan, karena penguasa-penguasa kita menjunjung tinggi nilai bahwa tamu haruslah dihormati. Sebenarnya kalangan _Central Intelligence_ istana sudah menengarai bahwa ada potensi ancaman (kelak akan terbukti secara besar-besaran), tapi raja-raja kita adalah penguasa yang dermawan dan terbuka hatinya. Atas nama kemanusiaan, orang-orang asing tersebut diberi makan dan bahkan diberi sekedar pekerjaan. Karena memang di negeri asalnya sana sedang berlangsung krisis pekerjaan dan ekonomi sampai orang-orang mati kelaparan di jalan-jalan. Penguasa kita, yang resourcenya luar biasa, menyisihkan sedikit opportunity buat mereka. Zaman sekarang ini mungkin sektor pekerjaan informal: menyapu halaman, membantu masak, membersihkan kandang kuda, menguras kolam ikan dsb. 4. Dalam perkembangannya, kelompok yang mula-mula disanak tadi ternyata sesuai prediksi berbalik mengkudeta para tuan-nya. Dibekali dan diperkuat dengan teknologi senjata api yang marak di Eropa, gelombang-gelombang pendatang baru ke nusantara ini perlahan-lahan mulai melakukan aksi penguasaan. Dimulai dari taktik monopoli dagang. Kemudian secara berangsur yang tadinya adalah perusahaan menjadi pemerintahan. Dimulai dengan datangnya Afonso de Albaquerque (belajar dari rute _Diaz_ dan _Vasco De Gama_) tahun 1511 di selat Malaka sesudah ybs menaklukan satu demi satu pelabuhan-pelabuhan di perairan India. Persaingan kemudian terjadi antara bangsa pendatang Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda. Masing-masing ingin menguasai dan memonopoli jalur rempah-rempah. Mereka, bangsa yang kelaparan dan hampir punah ini, menemukan bahwa dagang rempah-rampah sangat menguntungkan. 5. Gelombang explorer dari Eropa tadi terbukti ternyata membawa kerusakan di seluruh wilayah dunia, tidak hanya Nusantara. Pada Maret tahun 1520 ketika fleet Spanyol tiba, Meksiko adalah rumah bagi 22 juta penduduknya. Pada bulan December, penduduknya tinggal 14 juta. Pendatang Eropa tidak hanya membawa mesiu, mereka juga datang dengan virus cacar, flu dan tubercolusis. Tahun 1580 penduduk Meksiko menyusut menjadi tinggal 2 juta. Dua abad kemudian, pada tanggal 18 Januari 1778, explorer Inggris _James Cook_ mencapai kepulauan Hawaii, daerah padat dengan penduduk hampir setengah juta. Tahun 1853 hanya 70,000 orang yang selamat mewarisi puing-puing Hawaii. Peradaban _Maya_ dan _Aztec_ kolaps dan punah karena sergapan dan dominasi bangsa Eropa. Tetapi peradaban Nusantara kita berbeda. Tidak sedikitpun kita bergeming dari serbuan bangsa barbar dari Utara. Sejak pecah perang pertama, tahun 1500an di Ternate, penduduk nusantara tidak berhenti angkat senjata untuk mengusir bekas budak yang menjadi durhaka. Perang *Saparua* di Ambon, Perang *Padri* (Sumbar), Perang *Diponegoro* (1825-1830), Perang *Aceh* (1873-1904), Perang *Jagaraga* (Bali) dan ratusan perang lainnya. Demikianlah bela tanah air ini terus berlanjut sampai proklamasi kemerdekaan 1945 dan era mempertahankan sesudahnya. Termasuk era perang budaya dan teknologi yang sekarang berlangsung. 6. Catatan ini kiranya penting bagi generasi muda Indonesia. Mereka harus kita bekali kepercayaan dan sejenis keimanan bahwa mereka adalah bagian dari bangsa pejuang dan negeri pemenang yang setara dengan negara besar dimana saja. Bangsa besar yang bisa memimpin dan memandu bangsa-bangsa lain di seluruh dunia. Maka, kelak di tahun 2045, ketika Indonesia sudah menjadi salah satu dari 5 besar ekonomi dunia, saya juga ingin membantu memastikan bahwa kita adalah 1 dari 5 negara yang aktif mengurus dan mungkin malah memimpin Stasiun Ruang Angkasa Dunia _(International Space Station)_. Launching station kita akan terletak di Morotai yang dilewati garis equator sehingga bahan bakar roket kita akan lebih hemat. _Space Shuttle_ kita bukan bernama _Magellan_ atau _Nebuchadnezaar_, tapi adalah _SS Karaeng Galesung, SS Tjoet Nya' Dien_ atau _SS Ngurah Rai_. Nama orang-orang gagah berani yang menjadi saksi bahwa penjajahan sejati tidak pernah ada di Nusantara. _Ditulis dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-74 dan memperinganti penerbangan pertama pesawat N250 buatan Indonesia, 10 Agustus 1995._ *References (primary and partial list):* _Diamond, Jared. Collapse: How societies choose to fail or succeed. Penguin, 2005._ _Diamond, Jared. Guns, Germs and Steel. New York (1997)._ _Harari, Yuval Noah. Sapiens: A brief history of humankind. Random House, 2014._ _Harari, Yuval Noah. Homo Deus: A brief history of tomorrow. Random House, 2016._ _Prapanca, Mpu. Negara Kertagama. Majapahit, 1365_ _Library of Congress, Reuters, AP, AFP, Compton’s Encyclopedia, Wikipedia, National Geographic, Smithsonian magazine, New York Times, Washington Post, Los Angeles Times, Times of London, Lonely Planet Guides, The Guardian, The New Yorker, Time, Newsweek, Wall Street Journal, The Atlantic Monthly, The Economist_

Kamis, 05 September 2019

Perubahan Terus menerus

*Hari ini Suka atau Tidak, Fakta Sudah Terjadi* 1. 25 Tahun lalu Wartel (Warung Telekomunikasi) adalah bisnis yg menguntungkan, namun saat ini Wartel sudah tidak kita jumpai lagi, karena semua orang memiliki hand phone 2. 20 tahun lalu Telepon Umum masih terbilang alat yg sangat membantu, namun saat ini yg tersisa hanya bangkainya saja. 3. 20 tahun yang lalu, Nokia dengan symbiannya adalah raja ponsel di seluruh dunia. Fakta hari ini Symbian tinggal kenangan, dihajar oleh Black Berry. 4. 10 thn lalu Black Berry merajai Chating di Indonesia, semua orang selalu meminta pin BB, namun sekarang sudah dilibas oleh Android dgn Whatsapp, Line dan Telegram 5. 10 tahun yang lalu Yahoo adalah raksasa dunia internet. Fakta hari ini habis terlindas oleh Google. 6. 10 tahun yang lalu, surat kabar, majalah, dan televisi adalah media informasi paling efektif. Fakta hari ini, mereka tergerus oleh YouTube, Facebook,Twitter, Instagram, Linkedin. 7. 10 tahun yang lalu gerai Matahari, Ramayana, Carrefour, Hypermart adalah raja dunia retail . Fakta hari ini, gerai mereka banyak tutup, tergantikan oleh Bukalapak, Tokopedia, Blibli, dll. 8. 10 tahun yang lalu kita masih pakai kertas, survey, dll jika ingin kredit, Fakta hari ini, mereka akan segera tergerus oleh akulaku dan kredivo. 9. 10 tahun yang lalu ojek adalah profesi yang bahkan tidak dipandang sebelah mata pun. Fakta hari ini, tukang ojek adalah S1 bahkan S2, karena sudah online. 10. 10 tahun lalu order Taxi sangat menjengkelkan, sekarang sudah ada Grab, Uber dll. 11. 10 tahun lalu, dunia investasi hanyalah milik orang kaya, orang banyak duit. Fakta hari ini, dengan uang 100 rb rupiah pun pengamen jalanan bisa beli Reksadana saham. 12. 10 tahun yang lalu Anda buka toko kelontong harus pakai modal besar. Fakta hari ini, hanya bermodal Smartphone Anda bisa jadi grosir dengan aplikasi Kudo. 13. 10 tahun lalu anda pesan hotel dan ticket pesawat lewat travel agent. Fakta hari ini, ribuan travel agent berguguran tergantikan oleh Traveloka, Agoda, Pegipegi dll... 14. 10 tahun lalu saya kesulitan mencari makanan halal jika ke luar negeri, namun sekarang begitu mudahnya mencari restorant Halal dan Masjid terdekat dengan applikasi Halal Trip. 15. 10 tahun lalu mencari teman lama cukup sulit terutama teman sekolah SD, SMP ataupun SMA, saat ini hp sudah penuh dengan Group WA Alumni 16. 10 tahun yang lalu, jika Anda tidak terbuka pada perubahan jaman, maka hari ini Anda adalah orang yg tergilas oleh jaman. Mungkin suatu saat kantor2 pelayanan (Services Office) sudah tidak lagi dilayani oleh karyawan tetapi semuanya sudah memakai mesin, contoh saat ini sudah mulai terjadi di Bank seperti layanan Transfer, tarik tunai ataupun setor tunai sudah memakai mesin. Dan tidak menutup kemungkinan suatu saat (dalam waktu yg sangat cepat) transaksi perbankan memakai Alipay ataupun WeChatpay, krn ini sdh mulai terjadi dinegara2 lain. contoh Hong Kong dan China. Dan jika hari ini pun Anda tidak terbuka oleh informasi dan perubahan, Percayalah 10 tahun yang akan datang Anda adalah orang orang yang TERTINGGAL karena Perubahan & Inovasi, tidak akan pernah berhenti, meski Anda berkeras untuk tidak ikut berubah... Di Dunia ini tidak ada tempat Berhenti jangan pernah LAMBAT nanti engkau TERGILAS jangan pernah BERHENTI nanti engkau MATI. TERUSLAH BERGERAK, IKUTILAH PERUBAHAN ITU... ANDA SIAAAAAAAP...??? Semoga kita sukses, Aamiin.. *Walaupun kita sudah pensiunan atau lansia, tapi kita harus tetap bergerak* 🙏