Kamis, 08 April 2010

Seminar internasional NADI Thailand

LAPORAN INTERNATIONAL SEMINAR ON COMMON STRATEGY FOR THE ASIA PASIFIC REGION: REGIONAL ARRANGEMENT FOR THE EMERGING CHALLANGES
THAILAND, 30 MARCH-2 APRIL 2010



1. Umum.


Agenda pertemuan “The second Track II Network of ASEAN Defence and Security Institutions (NADI”) untuk Tahun 2010 terdiri dari Internasional seminar workshop di Thailand, NADI meeting di Vietnam dan workshop Peace Keeping di Malaysia. International Seminar On Common Strategy For The Asia Pasific Region: Regional Arrangement For The Emerging Challanges, diorganisir oleh Strategic Research Institute, National Defence Studies Institute, Royal Thai Armed Forces Headquarters (SRI). Seminar diselenggarakan dari Tanggal 30 Maret-2 April 2010, di Montien Riverside Hotel, Bangkok, Thailand. Hadir dalam pertemuan tersebut representatives dari pusat pengkajian strategi ASEAN, institusi kementrian Pertahanan, akademisi Thailand, Australia, Canada, Amerika, representatif institusi pengkajian/studies dari Asia Pasifik.
Tujuan Pertemuan adalah untuk mendiskusikan pengaturan capacity building di regional dalam menghadapi ancaman keamanan non tradisional yang muncul di Asia Pasifik. Pertemuan dipimpin oleh direktur Pusjianstra Thailand “SRI” Mayor Jendral Wisith Jeangprajak. Seminar Internasional ini akan diadakan setiap tahun sekali.

3. Pelaksanaan.

a. Waktu : 30 Maret s.d 2 April 2010.

b. Tempat : Montien Riverside Hotel, Bangkok, Thailand

c. Peserta. Terdiri dari 111 peserta dari Thailand dan 53 peserta dari Indonesia, Singapura, Myanmar, Vietnam, Malaysia, Philipina, Brunei Darusalam, China, Australia, Bangladesh, India, Jepang, Korea, New Zealand, Pakistan, rusiia, Switzerland, USA, International Foundation (European Commision, International Committee of the Red Cross/ICRC, Friedrich Ebert Stiffung, Humand Development Forum Foundation.

d. Kegiatan.

1) Selasa 30 Maret p.m. Seluruh peserta check in di Montien Riverside Garden Hotel.1900 - 2100 Welcome Reception, undangan dari Jendral Puchong Rattanawan, Komandan Jendral National Defence Studies Institute, Venue : Montien Riverside Garden Hotel, Attire: Long-sleeves casual.
2) Rabu, 31 Maret 2010 s/d Jumat 1 April 2010 (Dress : Business suit with tie) Pelaksanaan sindikat seminar sesion I dan II. Syndicated Seminar :

a) Syndicate 1 : Comprehensive Capacity Building for Regional Arrangement
b) Syndicate 2 : Enhancing Regional Peace and Security Council under the ASEAN Charter and Principle.
c) Syndicate 3 : Integrating Capabilities of Civil - Military Cooperation to cope the Regional Poverty and the Population Explosion.
d) Syndicate 4 : Comprehensive Capacity Building on Food and Energy for Regional Sustainable Development.
Masing-masing sindikat memaparkan hasil sindikatnya, kemudian peserta Indonesia berkunjung ke Pusjianstra Thailand, untuk studi banding.



4. Pembahasan

Seminar dan workshop dapat dilaksanakan dengan baik dalam suasana yang kondusif. Pada sambutan selamat datang, Welcome statement oleh Jendral Puchong Rattanawan, Commanding General of National Defence Studies Institut. mengucapkan selamat datang kepada representatives dari think tanks and defence institutes ASEAN dan secara khusus menyampaikan terima kasih kepada direktur Pusjianstra NDSI atas penyelenggarakan internasional seminarnya. Jendral Puchong menekankan agar peserta seminar workshop dapat menghasilkan fresh idea pada Common Strategy For The Asia Pasific Region: Regional Arrangement For The Emerging Challanges, sebagai bahan pertimbangann bagi implementasi CBM di Asia Pasifik, masukan bagi NADI track II yang ketiga di Vietnam dan pertemuan ASEAN Defence Ministers’ Meeting (ADMM) bulan April di Vietnam. Sebagai tambahan dalam menjabarkan agenda hari itu, Mayor Jendral Wisith mengatakan beberapa survey mengenai ancaman keamanan yang akan dihadapi oleh regional, disamping pola kestabilan dan yang lebih besar pada kerjasama keamanan regional.
Pelaksanaan seminar dengan agenda 3 pembicara sebagai keynote speaker, peserta kemudian dibagai menjadi 4 sindikat. Indonesia diwakili oleh Pusjianstra TNI mengikuti sindikat satu dengan materi: “Comprehensive Capacity Building for a Regional Arrangement. Perdebatan cukup sengit karena perbedaan budaya, latar belakang dan pengalaman penugasan selama ini. Masing-masing negara menyampaikan pengalaman dan pandangannya. Secara umum pelaksanaan pertemuan mengikutii Agenda yang telah direncanakan. Penjelasan dari tiap-tiap session sebagai berikut:

Hasil diskusi Sindikat.

Dalam diskusi Indonesia menyampaikan paparan identifikasi tantangan, dan hal-hal yang perlu di antisipasi bersama antara lain:

a. Transnational violent extremism that promotes disorder, disrupt stability, and opposes freedom.

b. State and non state actors that sponsors terrorism, pursue nuclear technologies, proliferate weapons, and support illicit and criminal behaviors.

c. Developing nations experiencing rapid economic activity to include drug-trafficking, trafficking in persons, and piracy.

d. Humanitarian crises such as pandemic, famine or drought.

e. Natural disasters like tsunamis, earth quakes, volcanoes, typhoons and cyclones.

f. Territorial disputes.

g. Poor environmental stewardship and resource management, pillaging of shared resources, and disputes over resource sovereignty.

Walaupun Asia Pasifik telah sukses dalam membangun CBM dan preventive diplomasi, tetapi masih menghadapi beberapa kendala antara lain terlalu besarnya organisasi Asia Pasifik sehingga tidak akan effektif dan kendala legitimasi. Sehingga organisasi seprti ARF masih diatas kertas bagus, implementasinya masih kurang. Diperlukan respon yang cepat dan kerjasama sesuai skala prioritas dalam menanggulangi utamanya ancaman non tradisional. Bentuk kapasitas building yang dapat dilaksanakan selain training, pertukaran informasi adalam Implementasi secara cepat antara Negara-negara ASEAN dan Asia Pasifik agar dapat secara cepat membantu menanggulangi Bencana (ancaman Non tradisional) dengan SOP bersama.


Hasil sindikat 1: Comprehensive Capacity Building for Regional Arrangement

Sindikat satu menyampaikan peluang dan tantangan untuk respon regional. Peluang antara lain bahwa keamanan komprehensif dan kerjasama regional sudah berjalan sesuai mainstream yang ada dan tidak perlu untuk menemukan kembali will yang ada, yang perlu adalah bagaimana implementasinya. Untuk melaksanakan tersebut terdapat beberapa kendala yang ditemui antara lain: Bahwa Negara-negara Regional kekurangan akan kapasitas dan sumber daya, diharapkan bantuan internasional dapat datang dilihat sebagai suatu paket yang sesuai. Untuk Negara-negara ASEAN dibutuhkan respon yang sesuai karena regional ASEAN bukan organisasi yang krisis oleh karenanya ekspektasi harus realistis. Adanya Keragaman tantangan keamanan di kawasan regional dan kebutuhan yang berbeda-beda dari tiap negara maka dibutuhkan analisis ancaman yang berbeda dan secara menyeluruh, di ASEAN dengan skala prioritasnya. Kebutuhan peningkatan kapasitas building di ASEAN terdapat tiga hal yang perlu segera direalisasikan yaitu: Pertama, peningkatan kapasitas building masing-masing Negara di tingkat nasional dan dilanjutkan dengan meningkatkan kerjasama regional. Kedua peningkatan Pendidikan - untuk pemahaman bersama. Ketiga membangun dana keuanganyang lebih besar di bawah organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sindikat juga berpendapat bahwa peran (Role) militer/TNI adalah peran Bantu tetapi signifikan dan kebutuhan adanya pengembangan SOP regional. Dalam kesimpulanya Sindikat satu berpendapat bahwa kerjasama Regional dipandang penting, namun demikian tidak semua tantangan keamanan memerlukan tanggapan/respon secara regional. Untuk kawasan regional dibutuhkan pengembangan kapasitas regional dengan analisis ancaman menyeluruh untuk memfasilitasi prioritas dan respon yang sesuai.
Hasil Sindikat 2 : Enhancing Regional Peace and Security Council under the ASEAN Charter and Principle.
Penekanan sindikat dua dalam rangka memperkuat perdamaian dan keamanan sesuai prisip piagam ASEAN, maka ASEAN telah berkomitmen berdasarkan ruled based, dengan menghormati 4 prinsip piagam ASEAN yaitu:” Respect for the independence, sovereignty and territorial integrity of member states; Peaceful settlement of disputes; Non-interference in member states' internal affairs, and; Right to live without external interference, largely reflective of the traditions of the organization”, yang mendapat kritikan berbagai pihak namun telah membuktikan ASEAN tetap solid. Hal-hal yang telah dilakukan adalah mencegah meluasnya konflik Indochina selama perang dingin. Perkembangan hubungan bilateral dan multilateral diantara anggota ASEAN telah berkembang secara baik dengan tujuan bersama mencapai perdamaian, kesejahteraan dan keamanan di regional. ASEAN telah menghasilkan produk positif piagam ASEAN adalah Political Security Community Blueprint, yang akan membawa politik dan keamanan ASEAN kea rah yang lebih baik.

Hasil Sindikat 3 : Integrating Capabilities of Civil-Military Cooperation to cope the Regional Poverty and the Population Explosion.

Dalam menyatukan kemampuan militer untuk membantu mengatasi kemiskinan
dan ledakan penduduk, melalui mekanisme regional yang ada, anggota sindikat setuju bahwa tidak ada satupun negara yang mampu mengatasi persoalan tersebut secara mandiri. Setiap negara mempunyai elebihan dan kekurangannya masing-masing, untuk itu dibutuhkan kerjasama yang baik antara anggota ASEAN dan regional lainnya khususnya dalam menggunakan aset militer. Mekanisme yang ada di regional sudah sesuai dan perlu pelaksanannya, dengan standar dan norma yang berlaku. Sindikat ini mengajukan bahwa hal ini perlu dirumuskan kembali di NADI-3 di Vietnam, pertemuan ADMM dan ASEAN Summit.

Sindikat 4 : Comprehensive Capacity Building on Food and Energy for Regional Sustainable Development.
a. Sindikat 4 mengawali dengan definisi tentang food yaitu: Food Availabaility: sufficient quantities of food available on a consistent basis.
b. Food Access: having sufficient resources to obtain and distribute appropriate foods for nutritious diet.
c. Food Use: appropriate use based on knowledge of basic nutrition and care.
d. Agar food energy tersebut dapat berkelanjutan harus dikembangkan dan diproduksi oleh regional itu sendiri, apabila tidak dapat dipenuhi baru meminta bantuan dari luar. Semua inisiatif dan pengaturan tentang mekanisme pangan sudah cukup baik namun belum dapat mencukupi kebutuhan regional. Oleh karena itu sindikat 4 menyimpulkan untuk segera membentuk badan keamanan food dan energi di ASEAN melalui sektor pemerintah, swasta maupun civil society dengan road map yang dimulai dari information sharing, channel action dan frame work bersama. Food dan energy merupakan isu yang lebih lunak dari human security. Adanya pendekatan untuk meningkatkan produksi sektor makanan dan energi. Selanjutnya sindikat 4 menyimpulkan Konsep keamanan energi dan pangan melebihi isu keamanan tradisional dan nontradisional. Tantangan keamanan makanan dan energi melebihi ancaman keamanan tradisional, oleh karena pengembangan yang berkelanjutan harus dilaksanakan untuk mengatasinya. Untuk Negara miskin pengembangan ekonomi dan pembangunan kebijakan dibutuhkan untuk menaikkan produksi dan produktivitas utamanya investasi dibidang industri pertanian. (secara lengkap hasil sindikat 1,2,3,4 terlampir).


Closing Remarks

Dalam pernyataan penutupan seminar dan workshop Jenderal (Pur) Boonsrang Niumpradit Mantan, Panglima Tertinggi, Angkatan Bersenjata Thailand, menyatakan bahwa Common Strategy For The Asia Pasific Region: Regional Arrangement For The Emerging Challanges sangat penting bagi peningkatan CBM regional. Beliau menekankan terima kasih kepada semua pihak atas terselenggaranya seminar ini. Tindak lanjut dalam penggunaan aset militer, mekanisme, sop dan prioritas bantuan perlu segera dibentuk dalam implementasinya. Representative dari think tanks ASEAN dan insitusi pertahanan dengan tulus hati menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada “Strategic Research Institute, National Defence Studies Institute, Royal Thai Armed Forces Headquarters”, atas keramahan dan penyelenggaraan yang bagus, sehingga menghasilkan pertemuan yang produktif pada Seminar Internasional ini.

Hasil studi banding ke Pusjianstra Thailand (Strategic Studies Research Center/SSC)

Dalam mengisi waktu sebelum kembali ke Indonesia, delegasi Indonesia diberi kesempatan untuk meninjau Pusjiantra Thailand. Pusjianstra Angkatan Bersenjata Thailand (Direktur Strategic Studies Research Center/SSC, National Defence Studies Institue/NDSI, Royal Thai Armed Forces) dikepalai oleh seorang direktur berpangkat mayor Jendral, dengan kedudukan dibawah NDSI Kerajaan Thailand, sejajar dengan Sesko gabungan Thailand, National defence College dan API. Komandan NDSI seorang berpangkat Jendral (Bintang empat) dengan wakilnya berpangkat Letnan jendral. NDSI dibawah Panglima Angkatan Bersenjata Thailand dan Panglima dibawah Menhan.
Dalam melaksanakan kajian strategis Direktur Strategic Studies Research Center, National Defence Studies Institue, Royal Thai Armed Forces dibantu empat kepala divisi yaitu: Administrasi, Policy & Plan, Conferrence & Seminar, Strategic Studies & research yang bekerja sama dengan research fellows. Disamping membuat kajian strategis maka SSC juga mengadakan kursus dan pelatihan strategis, mengajar para jendral bintang satu baru tentang strategi dan apa yang harus diketahui oleh jendral bintang satu.


5. Kesimpulan.

Seminar International Seminar on Common Srategy for the Asia-Pasific Region: Regional Arrangement for the Emerging Challanges, rangkaian dari The Second Track II Network of ASEAN Defence and Security Institue Meeting (NADI) dapat terlaksana dengan lancar sesuai rencana, dalam situasi yang kondusif, produktif dan terarah dengan kesimpulan sebagai berikut:

a. Hasil seminar workshop mencakup seruan untuk integrasi ASEAN yang lebih besar, melanjutkan pertukaran Peran ASEAN, Sentralisasi ASEAN, memerlukan ide-ide yang baru dengan meningkatkan saling pengertian tentang makna dan menciptakan kerangka keamanan baik pada tingkat nasional dan regional. Comprehensive Capacity Building for Regional Arrangement menghasilkan: peningkatan kapasitas building masing-masing Negara di Tingkat nasional dan dilanjutkan dengan meningkatkan kerjasama regional, peningkatan Pendidikan - untuk pemahaman bersama dan membangun dana keuanganyang lebih besar di bawah organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sindikat juga berpendapat bahwa peran (Role) militer adalah peran Bantu tetapi signifikan dan kebutuhan adanya pengembangan SOP regional.
b. Dalam Enhancing Regional Peace and Security Council under the ASEAN Charter and Principle, telah berjalan baik dengan mengikuti ASEAN charter, pencegahan meluasnya konflik Indochina dan ASEAN telah menghasilkan produk positif piagam ASEAN adalah Political Security Community Blueprint,yang akan membawa politik dan keamanan ASEAN kea arah yang lebih baik.

c. Untuk Integrating Capabilities of Civil-Military Cooperation to cope the Regional Poverty and the Population Explosion. Disepakati untuk menyatukan kemampuan militer untuk membantu mengatasi kemiskinan dan ledakan penduduk, melalui mekanisme regional yang ada, Disadari sepenuhnya bahwa Peran militer untuk menggunakan kemampuan dan asetnya dalam membantu mengatasi Keamanan non-tradisional (NTS) difokuskan lebih pada belajar satu sama lain, terutama pada pengalaman dasar tentang apa rintangan dan kekurangan masing-masing negara sehingga dapat mencegah kesalahan manajemen, melalui koordinasi yang baik.

d. Comprehensive Capacity Building on Food and Energy for Regional Sustainable Development. Food dan energy merupakan isu yang lebih lunak dari human security. Adanya pendekatan untuk meningkatkan produksi sector makanan dan energi. Selanjutnya sindikat 4 menyimpulkan Konsep keamanan energi dan pangan melebihi isu keamanan tradisional dan nontradisional. Tantangan keamanan makanan dan energi melebihi ancaman keamanan tradisional, oleh karena pengembangan yang berkelanjutan harus dilaksanakan untuk mengatasinya. Untuk Negara miskin pengembangan ekonomi dan pembangunan kebijakan dibutuhkan untuk menaikkan produksi dan produktivitas utamanya investasi dibidang industri pertanian.

e. Seminar internasional ini akan diselenggarakan setiap tahun sekali oleh
NDSI Thaliland. Produk dari seminar ini akan dapat dijadikan masukan untuk pengembangan lebih lanjut bagi keamanan Regional di Asia-Pasifik, masukan kepada Pertemuan Menteri Pertahanan ASEAN (ADMM) dan ASEAN Summit, serta pembahasan lebih lanjut NADI di Vietnam pada tanggal 19-22 April 2010. Rencana untuk Tahun 2011, pertemuan NADI
(NADI Meeting) di Indonesia, karena Indonesia menjadi Ketua ASEAN, bulan April 2011, Pelaksanaan seminar worksop Disaster Relief tuan rumah Thailand, bulan Juni/Juli 2011 dan seminar Internasional oleh NDSI Thailand  tentatif Nopember 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar