Selasa, 31 Agustus 2021

MANUSIA SERAKAH

 MANUSIA SERAKAH

Kata serakah sudah terlalu sering kita dengar, sepertinya sudah sangat kita pahami maknanya. Namun perwujudan perilaku serakah, tetap saja muncul dalam kehidupan manusia pada umumnya dan rakyat Indonesia pada khususnya. Korupsi, memanipulasi peraturan atau undang-undang untuk kepentingan pribadi adalah perilaku yang bertujuan untuk memenuhi ambisi serakah. Dalam banyak hal, Keserakahan adalah cinta atau keinginan untuk uang, kekuasaan atau kepemilikan apapun. Orang yang serakah terlalu terikat pada barang-barang dan uangnya, atau dia menginginkan lebih banyak uang dan lebih banyak hal lain secara berlebihan. Bapak psikologi Sigmund Freud menjelaskan bahwa struktur kepribadian manusia terdiri dari Id, Ego dan Super Ego Mereka bekerja sama untuk menciptakan perilaku manusia . Id menciptakan tuntutan, ego menambahkan kebutuhan realitas, dan superego menambahkan moralitas pada tindakan yang diambil. Id adalah bagian paling dasar dari kepribadian. Ini juga mewakili dorongan kita sebagai manusia yang paling bersifat kebinatangan, seperti keinginan akan makanan dan seks. Id mencari kepuasan instan untuk keinginan dan kebutuhan kita. Jika kebutuhan atau keinginan ini tidak terpenuhi, kita bisa menjadi tegang, cemas, atau marah. Kecemasan dan kegelisahan kita rasakan ketika kita mendambakan sesuatu, dan tidak ada jaminan bahwa setelah mendapatkannya kita akan merasa tenang dan puas secara harfiah selamanya. Hal ini disebabkan karena Id dengan Prinsip Kenikmatan (_Pleasure Principle_) nya memiliki dorongan yang terus menerus ingin dipenuhi untuk mencapai kenikmatan. Jika keinginan ini dibiarkan tanpa kendali maka muncullah keserakahan. Apa tanda-tanda dari keserakahan yang tidak terkendali? • Egois dan mementingkan diri sendiri. Perilaku yang terlalu mementingkan diri sendiri menjadi hal pertama yang dilakukan oleh orang-orang serakah. Orang serakah selalu mengatakan "aku, aku, aku" dengan sangat sedikit memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang lain. • Iri atau cemburu. Iri dan keserakahan. seperti saudara kembar. Sementara keserakahan adalah keinginan kuat untuk memiliki lebih banyak ( kekayaan, kekuasaan dll ), iri adalah kondisi yang mengandung keinginan kuat orang serakah untuk memiliki segala sesuatu yang dimiliki orang lain. • Tanpa Empati. Orang-orang serakah tidak memiliki empati . Mereka tidak peduli dan tidak memperhatikan perasaan orang lain. Ketidakmampuan mereka untuk berempati, kurangnya minat yang tulus pada gagasan dan perasaan orang lain, dan keengganan mereka untuk mengambil tanggung jawab pribadi atas perilaku dan tindakan mereka membuat mereka menjadi orang yang tidak menyenangkan dalam pergaulan. • Tidak pernah puas . Orang serakah benar-benar percaya bahwa mereka pantas mendapatkan lebih, bahkan jika itu harus mengorbankan orang lain. • Ahli memanipulasi. Mereka sangat berbakat dalam mengambil keuntungan dari pekerjaan yang dilakukan oleh orang lain. Mereka bisa menyenangkan dan mempesona, namun agenda utama mereka adalah memiliki orang-orang di sekitar mereka yang mampu memenuhi keinginan mereka. • Tidak bertanggung jawab. Orang serakah fokus untuk memuaskan kebutuhan mendesak mereka namun menyerahkannya kepada orang lain untuk mengatasi konsekuensinya. • Tanpa batas. Dalam mengejar kebutuhan materi, mereka tidak mengenal batas . Mereka akan mengkompromikan nilai-nilai moral dan etika untuk mencapai tujuan mereka. Mereka mencari celah atau cara cerdas untuk mengakali peraturan ataupun undang-undang yang berlaku untuk memenuhi keserakahan mereka. Keserakahan adalah kondisi mental, yang akan diekspresikan dalam banyak pilihan yang dibuat oleh orang yang serakah, utamanya untuk kepentingan diri sendiri. Disisi lain, kebaikan dan kedermawanan hadir tidak hanya ketika berbagi, tetapi manusia bijak juga senang melakukan kedermawanan menyertai pemuasan dorongan kebutuhannya. Kita telah memiliki pemimpin dan bahkan pucuk pimpinan yang bijak dan dermawan. Harapannya jangan sampai pribadi-pribadi ini larut bersama orang-orang serakah yang memiliki segudang keinginan untuk memperkaya dan menguntungkan diri mereka dan kelompoknya, dengan segala cara termasuk merubah ketentuan atau undang-undang yang berlaku. “Ada kecukupan di dunia untuk kebutuhan manusia tetapi tidak untuk keserakahan manusia”. Mahatma Gandi.

RTS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar