Minggu, 29 Agustus 2021

TAAT PADA ATURAN

 TAAT pada ATURAN

Akhir-akhir ini Ketaatan manusia Indonesia betul-betul diuji. Pertama, dengan adanya pandemi Covid-19, pemerintah memberlakukan protokol kesehatan 3 M terutama bila berada di area publik. Lebih jauh lagi pemerintah mewajibkan seluruh rakyat Indonesia untuk suntik vaksin agar herd immunity tercapai. Kenyataannya, relatif banyak orang yang belum suntik vaksin dengan berbagai alasan. Mereka tidak patuh pada himbauan dan kewajiban yang diharapkan oleh pemerintah karena tidak ada konsekuensi hukum yang bisa diberikan pada “pembangkang” Pada beberapa kasus, beberapa orang yang dipanggil oleh suatu badan hukum untuk dimintai keterangan juga tidak datang. Tidak ada bentuk ketaatan walaupun ada konsekuensi hukum. Mengapa ada orang yang taat, sedangkan disisi lain ada yang tidak taat? Dalam psikologi ada beberapa teori tentang ketaatan.

 🍁_Mere exposure effect_ Teori ini mengatakan bahwa orang memilih ketaatan hanya karena orang tersebut telah “terpapar” olehnya . Hal ini menunjukkan bahwa kepatuhan psikologis sebenarnya diciptakan oleh lingkungan. Jika orang tua dan teman-teman kita adalah orang-orang yang patuh, biasanya kita juga demikian. Orang cenderung mengembangkan preferensi untuk suatu hal hanya karena mereka terbiasa dengannya. 

 🍂 Takut akan hukuman Unsur psikologis dari ketaatan semacam ini adalah kecemasan yang individu rasakan ketika menghadapi konsekuensi. Kita takut dihukum. Kita takut dimarahi . Kita takut kemewahan kita diambil. Jika kita tidak patuh di tempat kerja, kita kehilangan pekerjaan. 🎋Ingin penghargaan Secara psikologis, penghargaan bahkan bisa lebih berpengaruh pada kesediaan seseorang untuk patuh daripada rasa takut akan hukuman. Ini bisa berupa pujian, kenaikan gaji, surat penghargaan atau hadiah lain. 🌿Menghindari perubahan Orang merasa tidak akan rugi jika mematuhi aturan. Hidup kita akan tetap sama jika kita tidak menyimpang dari tradisi yang sudah kita ikuti selama ini. Kita berusaha menghindari perubahan yang akan mengakibatkan kerugian dan penyesalan. Hal ini disebut _Loss Aversion_ Mengapa orang tidak taat? 

 🍀Merasa Cerdas Sederhananya, semakin naif seseorang, semakin besar kemungkinan Ia mengikuti aturan tanpa berpikir. Semakin cerdas seseorang maka timbul kemampuan untuk meninjau aturan, terutama kebijakan pemerintah, untuk kepentingan diri sendiri. 

 ☘️ Menginginkan popularitas Banyak orang yang ingin dikenal oleh masyarakat dengan menunjukkan perilaku tidak patuh. Benar dan salah bukanlah faktor penting bagi orang tersebut. Selain teori tersebut diatas, psikologi mengenal adanya Gangguan Kepribadian Antisosial, kadang-kadang disebut Sosiopati, yaitu gangguan mental di mana seseorang secara konsisten tidak memperhatikan benar dan salah dan mengabaikan hak dan perasaan orang lain. Orang dengan gangguan kepribadian antisosial cenderung memusuhi, memanipulasi atau memperlakukan orang lain dengan kasar atau dengan ketidakpedulian yang tidak berperasaan. Walaupun mereka tidak taat pada peraturan, mereka tidak menunjukkan rasa bersalah atau penyesalan atas perilaku mereka. Karena karakteristik ini, orang dengan gangguan Kepribadian Anti Sosial biasanya tidak dapat memenuhi tanggung jawab yang berkaitan dengan keluarga, pekerjaan, atau sosial. “Dia yang tidak bisa taat tidak bisa memerintah.” Jack Hyles.

RTS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar